5 Cara Mendidik Anak Perempuan untuk Menghindari Pelecehan Seksual dan Kejahatan Daring

Dunia maya yang seharusnya menjadi tempat bermain dan belajar yang aman bagi anak-anak, kini malah menjadi salah satu jalan bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak untuk melancarkan aksi mereka.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 08 Okt 2024, 17:13 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2024, 17:13 WIB
Virtual sexual abuse
Anak-anak tumbuh di era digital modern (Foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta Bagaimana perkembangan anak-anak di era digital saat ini? Dunia maya yang seharusnya menjadi tempat bermain dan belajar yang aman bagi anak-anak, kini malah menjadi salah satu jalan bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak untuk melancarkan aksi mereka. Dengan mudah, mereka menyusup ke dalam kehidupan digital anak-anak melalui berbagai platform seperti permainan daring dan aplikasi perpesanan.

Di balik layar yang menemani anak-anak, terdapat banyak ancaman yang menyertai hiburan mereka. Ancaman-ancaman tak terduga ini sangat mungkin muncul di sekitar anak-anak. Para pelaku seringkali menjalin hubungan dengan korban, biasanya dengan menyamar sebagai teman sebaya atau karakter yang disukai atau dengan pendekatan lainnya.

Menurut nytimes.com, salah satu modus umum yang digunakan oleh pelaku kejahatan seksual online adalah "sextortion". Setelah berhasil membangun hubungan dengan korban, pelaku akan mulai meminta korban untuk mengirimkan foto atau video yang bersifat eksplisit. Jika korban menolak, pelaku akan mengancam akan menyebarkan konten tersebut ke teman-teman atau keluarga korban. Situasi seperti ini membuat banyak anak-anak sebagai korban akhirnya terjebak dan merasa takut untuk melawan.

Sangat penting bagi para orang tua untuk lebih memperhatikan anak-anak mereka, apa saja yang perlu dilakukan orang tua dan bagaimana tipsnya? Intip ulasannya sebagaimana dilansir Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (8/10/2024).

Cara Mencegah Kekerasan Virtual pada Anak-Anak

Virtual sexual abuse
Anak-anak berinteraksi dengan dunia digital (Foto: Pexels.com)

1. Tetapkan Pedoman Penggunaan Internet

Salah satu langkah utama adalah menetapkan pedoman yang jelas mengenai kapan dan bagaimana anak-anak dapat berinteraksi dengan orang lain secara daring. Dialog yang terbuka dan jujur akan selalu memperkuat kepercayaan antara orang tua dan anak.

2. Edukasi tentang Keamanan Online

Luangkan waktu untuk mendampingi anak-anak dan berdiskusi mengenai keamanan online. Jelaskan kepada mereka betapa pentingnya menjaga kerahasiaan informasi pribadi dan menghindari berbicara dengan orang asing yang tidak mereka kenal. Ajarkan mereka untuk tidak mengirimkan gambar atau video pribadi kepada siapapun, terutama jika mereka merasa tidak nyaman.

3. Awasi Aktivitas Daring Anak

Secara rutin, pantau aktivitas daring anak-anak Anda. Perhatikan dengan siapa mereka berinteraksi, apa yang mereka lakukan, dan bagaimana mereka merespons pesan atau permintaan dari orang lain. Jika Anda melihat adanya tanda-tanda mencurigakan, segera tanyakan kepada anak Anda tentang apa yang terjadi.

4. Jaga Komunikasi

Pelihara komunikasi yang terbuka dengan anak-anak. Dorong mereka untuk menceritakan jika mengalami hal-hal yang membuat mereka merasa tidak nyaman atau terancam. Berikan dukungan dan bantuan yang mereka butuhkan. Semakin besar keterbukaan orang tua kepada anak, semakin mudah bagi anak untuk menyampaikan pandangannya.

5. Lapor Jika Ada Ancaman

Jika Anda mencurigai adanya ancaman eksploitasi seksual terhadap anak, segera laporkan kepada pihak berwenang. Jangan ragu untuk melaporkan tindakan yang mencurigakan, meskipun Anda tidak memiliki bukti yang pasti.

Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak Sangat Penting

Peran orang tua
Orang tua berperan penting dalam memfasilitasi komunikasi anak (Foto: Pexels.com)

Orang tua berperan sebagai pelindung utama bagi anak-anak mereka. Melakukan tindakan pencegahan dan berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak sangat penting untuk melindungi mereka dari bahaya online dan memastikan mereka tumbuh dengan aman di era digital saat ini. Orang tua sebaiknya menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak untuk kembali, sehingga mereka tidak merasa terikat secara berlebihan pada hiburan di dunia maya dan tidak mencari kebahagiaan di tempat lain.

Konsekuensi dari virtual sexual abuse sangatlah serius. Korban dapat mengalami trauma psikologis jangka panjang, seperti depresi, kecemasan, dan rendah diri. Selain itu, mereka bisa menjadi target bullying atau diskriminasi. Untuk mencegah virtual sexual abuse, penting bagi orang tua untuk memantau aktivitas online anak-anak mereka, memberikan edukasi tentang keamanan online, dan menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka untuk berkomunikasi.

Pengembangan fitur keamanan di platform digital, seperti verifikasi usia dan pelaporan konten yang tidak pantas, memang dapat membantu melindungi anak-anak dari ancaman virtual sexual abuse. Namun, lingkungan di mana anak dibesarkan akan menjadi faktor terbesar dalam membantu mereka memutuskan dan membedakan mana yang baik dan buruk.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya