Jejak Peninggalan Kerajaan Kutai yang Masih Tersisa Hingga Kini, Ada Kalung Siwa sampai Keris Bukit Kang

Warisan Kerajaan Kutai, dari Kalung Siwa hingga Keris Bukit Kang, masih menyimpan cerita sejarah Nusantara.

oleh Nurul Diva diperbarui 16 Jan 2025, 16:42 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 16:42 WIB
Makam Raja-raja Kutai
Makam Raja-raja Kutai... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kerajaan Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang menyimpan banyak cerita sejarah, budaya, dan keagamaan. Keberadaan kerajaan ini dikenal melalui peninggalan berharga yang kini menjadi saksi bisu perjalanan waktu, memperlihatkan kejayaan peradaban masa lalu yang berpusat di Kalimantan Timur.

Sejumlah peninggalan Kerajaan Kutai kini tersimpan di Museum Mulawarman dan beberapa cagar budaya lainnya, termasuk prasasti Yupa, arca, hingga ornamen kerajaan seperti kalung Siwa dan keris Bukit Kang. Artefak-artefak ini menjadi penghubung penting antara generasi saat ini dengan masa lampau, memberikan wawasan tentang kepercayaan, gaya hidup, hingga transformasi politik kerajaan.

Artikel ini mengulas jejak peninggalan Kerajaan Kutai secara rinci, termasuk sejarahnya yang mencakup transformasi dari kerajaan Hindu menjadi kesultanan Islam. Peninggalan-peninggalan ini menjadi bukti nyata peran Kerajaan Kutai dalam membentuk budaya dan identitas Nusantara. Berikut informasinya, dirangkum Liputan6 dari berbagai sumber, Kamis (16/1).

Sejarah Singkat Kerajaan Kutai: Dari Hindu ke Islam

Merujuk RRI, Kerajaan Kutai Martapura didirikan pada abad ke-4 dan dikenal sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Didirikan di Muara Kaman, Kutai Martapura mencapai puncak kejayaan pada masa Raja Mulawarman, yang dikenal sebagai pemimpin bijaksana dan dermawan. Prasasti Yupa mencatat persembahan besar Mulawarman kepada para brahmana sebagai bentuk komitmennya terhadap agama dan stabilitas sosial.

Transformasi besar terjadi pada abad ke-16 ketika Kerajaan Kutai Kartanegara, yang didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti pada abad ke-13, menaklukkan Kutai Martapura. Penggabungan ini melahirkan Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martapura, menandai era baru yang ditandai dengan perpaduan tradisi Hindu dan Islam.

Pada masa Sultan Aji Muhammad Muslihuddin, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Tenggarong, menjadikannya pusat pemerintahan dan perdagangan yang strategis. Transformasi ini mencerminkan adaptasi kerajaan terhadap perubahan politik dan ekonomi, termasuk pengaruh Islam yang semakin kuat.

Prasasti Yupa: Bukti Tertua Peradaban Kutai

Prasasti Batu Yupa/kebudayaan.kemdikbud.go.id
Prasasti Batu Yupa... Selengkapnya

Dilansir dari laman Sasanti Institute, Prasasti Yupa adalah peninggalan paling berharga dari Kerajaan Kutai yang mencatat sejarah kejayaan Raja Mulawarman. Prasasti ini berupa tiang batu andesit yang digunakan dalam upacara keagamaan dan sebagai simbol kebesaran kerajaan.

Terdapat tujuh prasasti Yupa yang ditemukan di Muara Kaman, masing-masing mengisahkan penghormatan Mulawarman kepada para brahmana, termasuk pemberian emas dan tanah. Prasasti ini menjadi bukti kuat peran agama Hindu dalam membentuk tatanan sosial dan budaya kerajaan.

Kini, prasasti Yupa menjadi salah satu koleksi utama Museum Mulawarman, menghubungkan generasi modern dengan warisan Hindu dari masa lalu Nusantara.

Ornamen Kerajaan: Dari Kalung Siwa hingga Keris Bukit Kang

Kalung Ciwa dan beberapa ornamen peninggalan Kerajaan Kutai Lainnya/kebudayaan.kemdikbud.go.id
Kalung Ciwa dan beberapa ornamen peninggalan Kerajaan Kutai Lainnya... Selengkapnya

Ornamen kerajaan seperti Kalung Siwa dan Keris Bukit Kang menjadi simbol kekuasaan dan budaya Kerajaan Kutai. Kalung Siwa, peninggalan Sultan Muhammad Sulaiman, melambangkan persatuan dan keagungan. Sementara itu, Keris Bukit Kang dianggap suci dan diwariskan secara turun-temurun dalam tradisi kerajaan.

Selain itu, Kura-kura Mas, yang merupakan mahar pernikahan Putri Aji Bidara Putih dengan seorang pangeran Cina, mencerminkan hubungan diplomatik antara Kerajaan Kutai dan dinasti Cina. Peninggalan ini menunjukkan betapa pentingnya peran Kutai dalam menjalin hubungan internasional di masa lampau.

Artefak lain seperti Tali Juwita, singgasana Sultan, dan pakaian kebesaran kerajaan memperkaya koleksi budaya Kutai yang kini dilestarikan di berbagai museum dan situs sejarah.

Arsitektur dan Cagar Budaya: Bukti Kejayaan Masa Lalu

Cagar budaya seperti arca di Sungai Pantun, Gunung Kombeng, dan Muara Wahau menjadi bukti kekayaan arsitektur dan seni rupa Kerajaan Kutai. Arca-arca ini, yang mencakup kelompok Siwa dan Buddha, mencerminkan perpaduan agama Hindu dan Buddha dalam kebudayaan Kutai.

Selain arca, Kelambu Kuning menjadi tempat penyimpanan artefak bersejarah seperti gong, tajau, dan perhiasan kerajaan lainnya. Struktur ini melambangkan kekayaan budaya dan tradisi adat Kutai yang masih dihormati hingga saat ini.

Peninggalan Senjata Meriam

Meriam Gentar Bumi dan Meriam Sapu Jagat/ips.pelajaran.co.id
Meriam Gentar Bumi dan Meriam Sapu Jagat... Selengkapnya

Kerajaan Kutai juga dikenal melalui peninggalan senjata seperti Meriam Gentar Bumi dan Meriam Sapu Jagat, yang menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah Inggris dan Belanda. Selain itu, tombak dari Kerajaan Majapahit menandakan hubungan erat antara dua kerajaan besar di Nusantara.

Gamelan Gajah Prawoto, topeng, dan keramik Tiongkok yang ditemukan di kawasan Mahakam memperlihatkan pengaruh budaya lain yang masuk ke Kutai, mencerminkan keterbukaan kerajaan terhadap perdagangan dan diplomasi internasional.

1. Apa peninggalan tertua dari Kerajaan Kutai?

Prasasti Yupa adalah peninggalan tertua dan menjadi bukti keberadaan Kerajaan Kutai sebagai kerajaan Hindu pertama di Indonesia.

2. Apa fungsi Kalung Siwa di masa Kerajaan Kutai?

Kalung Siwa digunakan sebagai simbol kebesaran dan persatuan, serta sering dipakai dalam upacara kenegaraan.

3. Di mana peninggalan Kerajaan Kutai disimpan?

Sebagian besar peninggalan disimpan di Museum Mulawarman, Tenggarong, Kalimantan Timur.

4. Apa peran Raja Mulawarman dalam sejarah Kutai?

Raja Mulawarman dikenal karena kedermawanannya, memberikan hadiah kepada brahmana, dan menjaga stabilitas sosial kerajaan.

5. Bagaimana transformasi Kutai dari Hindu ke Islam?

Pada abad ke-16, Kutai mulai menganut Islam di bawah Sultan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa, yang mengintegrasikan tradisi Hindu dan Islam.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya