Menteri Wihaji Luncurkan Gerakan Ayah Teladan di Hari Kartini, Perjalanan Menuju Kesetaraan Dimulai dari Rumah

GATI, lanjut Wihaji, bukan sekadar program, melainkan simbol baru dari kesetaraan yang dimulai dari dalam rumah.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani Diperbarui 21 Apr 2025, 21:16 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2025, 20:57 WIB
Menteri Wihaji
Pada hari ini, Senin (21/4), bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, Menteri Wihaji meresmikan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) di Majalengka. (Foto: dok. Kemendukbangga)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Hari Kartini di Majalengka sedikit berbeda pada tahun ini. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Dr Wihaji, S.Ag, M.Pd memilih momen ini guna menyoroti sosok yang kerap luput dari perhatian dalam isu pengasuhan anak: ayah.

Ya, bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, Menteri Wihaji meresmikan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), sebuah inisiatif nasional yang bertujuan memperkuat peran ayah dalam keluarga, demi menciptakan generasi Indonesia yang berkualitas.

Gerakan Ayah Teladan Indonesia adalah bagian dari emansipasi pria,” ujar Wihaji dalam dialog bersama ratusan pegiat dan komunitas ayah teladan di Gedung Islamic Center Majalengka, Senin (21/4). 

“Kartini sudah berjuang pada zamannya, membuktikan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki — kecuali dalam hal melahirkan, menyusui, dan hamil.”

GATI, lanjut Wihaji, bukan sekadar program, melainkan simbol baru dari kesetaraan yang dimulai dari dalam rumah. Melalui program ini, Kemendukbangga/BKKBN memperkenalkan pendekatan-pendekatan kreatif seperti:

  • Konseling digital melalui web Siapnikah dan Satyagatra
  • KOMPAK TENAN, wadah bagi komunitas dan penggiat ayah teladan
  • DEKAT (Desa/Kelurahan Ayah Teladan) yang dikembangkan di Kampung KB
  • SEBAYA (Sekolah Bersama Ayah) sebagai pendekatan berbasis institusi pendidikan

Semua dirancang untuk membentuk budaya pengasuhan yang adil dan setara, sekaligus mematahkan stereotip bahwa urusan anak adalah ‘urusan ibu’.

 

Menghadapi Fenomena "Fatherless"

Faktanya, masih banyak anak Indonesia tumbuh tanpa kehadiran aktif seorang ayah. Menurut data UNICEF 2021, sebanyak 20,9% anak tidak memiliki figur ayah karena berbagai alasan: perceraian, kematian, atau pekerjaan yang membuat ayah tinggal jauh dari rumah. Bahkan menurut BPS, hanya 37,17% anak usia 0–5 tahun yang dibesarkan oleh kedua orang tua secara bersamaan.

“Peran ayah seringkali tereduksi sebagai pencari nafkah semata,” ungkap Wihaji. “Padahal, kehadiran emosional ayah sangat penting bagi perkembangan anak, terutama saat remaja.”

Menurutnya, peran ayah yang aktif dalam pengasuhan bisa menjadi salah satu kunci mengatasi fenomena “generasi strawberry” — istilah populer untuk menyebut generasi muda yang dianggap rapuh dan mudah hancur dalam tekanan.

“Melalui GATI, kita ingin membangun kesadaran bahwa kehadiran ayah itu penting. Dari sinilah lahir keluarga berkualitas, dan pada akhirnya, generasi yang kuat dan berkarakter menyongsong bonus demografi Indonesia,” tegasnya.

 

Kampanye Cinta Lewat Vasektomi

GATI juga diluncurkan bersamaan dengan pelayanan vasektomi serentak di 34 provinsi. Aksi ini menjadi simbol kuat bahwa kesetaraan bukan hanya soal kesempatan, tetapi juga tentang berbagi tanggung jawab.

“Ini (vasektomi) adalah wujud cinta, komitmen, dan kesetaraan dalam perencanaan keluarga,” tutur Wihaji.

Hadir dalam peluncuran ini berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Wakil Bupati Majalengka, Anggota DPR RI, perwakilan kementerian lintas sektor, hingga komunitas dan penggiat ayah dari berbagai daerah. Para peserta vasektomi, ayah, calon ayah, remaja, hingga lansia ikut menyaksikan gerakan besar ini dimulai — dari Majalengka, untuk seluruh Indonesia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya