Bekasi Banjir, Kepala BMKG: Kami Telah Melakukan Modifikasi Cuaca di Jabodetabek

Banjir besar Bekasi awal Maret 2025 akibat hujan deras dan kiriman air dari Bogor, membuat aktivitas lumpuh. Modifikasi cuaca dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan.

oleh Nurul Diva Diperbarui 05 Mar 2025, 08:56 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2025, 08:56 WIB
Ilustrasi banjir.
Ilustrasi banjir. (Liputan6.com/M Syukur)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Banjir besar tengah melanda wilayah Bekasi dan sekitarnya sejak kemarin, menyebabkan ribuan warga terdampak dan aktivitas lumpuh di sejumlah titik. Intensitas hujan yang tinggi disertai dengan luapan air dari hulu sungai menjadi faktor utama yang memperparah kondisi. Pemerintah melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengklaim telah melakukan modifikasi cuaca untuk mengendalikan curah hujan.

Modifikasi cuaca ini dilakukan dengan harapan dapat mengurangi potensi hujan deras di kawasan padat penduduk dan mengalihkan curah hujan ke lokasi yang lebih aman. Namun, meskipun upaya tersebut sudah berjalan, Bekasi tetap mengalami banjir cukup parah. Hal ini menimbulkan pertanyaan, sejauh mana efektivitas modifikasi cuaca dalam menanggulangi banjir di kawasan urban?

Menurut Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati, langkah ini merupakan salah satu strategi mitigasi bencana yang telah diterapkan sejak beberapa waktu terakhir. Modifikasi cuaca ini difokuskan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) yang memiliki curah hujan tinggi serta berpotensi menimbulkan dampak bencana banjir.  Berikut informasi selengkapnya, dirangkum Liputan6, Rabu (5/3).

Promosi 1

Strategi BMKG dalam Modifikasi Cuaca untuk Kendalikan Hujan

BMKG menerapkan teknik modifikasi cuaca dengan penyemaian bahan higroskopis seperti garam (NaCl) ke dalam awan-awan potensial hujan. Metode ini bertujuan untuk mempercepat proses kondensasi dan menjatuhkan hujan di lokasi tertentu sebelum awan mencapai kawasan rawan banjir. Strategi ini diharapkan dapat mengurangi volume hujan yang turun di daerah yang sudah berisiko mengalami genangan tinggi.

Selain itu, pemantauan cuaca dilakukan secara intensif untuk menentukan titik-titik optimal dalam penyemaian awan. BMKG bekerja sama dengan berbagai pihak dalam analisis pergerakan awan dan intensitas hujan yang diprediksi terjadi. Dengan data yang diperoleh, operasi modifikasi cuaca dapat disesuaikan agar lebih efektif dalam menekan curah hujan di Jabodetabek.

Namun, efektivitas metode ini masih dipengaruhi oleh faktor cuaca yang terus berubah dan kondisi atmosfer yang sulit diprediksi. BMKG menegaskan bahwa modifikasi cuaca bukan solusi instan, tetapi bagian dari strategi mitigasi yang perlu dikombinasikan dengan upaya lain seperti perbaikan sistem drainase dan pengelolaan tata ruang kota.

“Kami, BMKG akan melakukan modifikasi cuaca. Konsepnya adalah menghalangi awan-awan yang harusnya bergerak, bertiup ke area rawan itu dijatuhkan sebelum masuk ke area rawan. Jadi, dijatuhkan misalnya di laut, tidak dijatuhkan di darat,” kata Dwikorita Karnawati, dirujuk dari ANTARA.

Peran BNPB dalam Operasi Modifikasi Cuaca di Jabodetabek

BNPB turut berperan dalam pelaksanaan operasi modifikasi cuaca dengan menyiapkan infrastruktur dan logistik yang dibutuhkan. Melalui koordinasi dengan BMKG, BNPB mengoperasikan pesawat untuk menyemai garam ke dalam awan guna mengurangi potensi hujan deras yang bisa memperparah banjir di wilayah perkotaan.

Operasi ini dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dari pemantauan awan hingga pelaksanaan penyemaian dengan pesawat. Proses ini memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam penentuan lokasi penyemaian agar hujan turun di tempat yang lebih aman, seperti laut atau waduk. Hal ini bertujuan untuk menekan risiko banjir di daerah padat penduduk seperti Bekasi dan Jakarta.

“Kalau tidak diturunkan, maka awan-awan itu akan menggerombol, mengumpul, seperti yang kemarin terjadi itu kumpulan awan, kalau kita lihat dari satelit awan itu luasnya hampir seluas wilayah Provinsi Jawa Barat. Jadi, Provinsi Jawa Barat, dari satelit, sudah tertutup awan. Bahkan, sampai ke Lampung dan Palembang,” tambah Dwikorita Karnawati.

Meski demikian, BNPB menyatakan bahwa modifikasi cuaca bukan satu-satunya langkah yang bisa diandalkan untuk mencegah banjir. Peningkatan kapasitas sungai, optimalisasi drainase, serta penertiban bangunan liar di bantaran sungai juga menjadi faktor penting dalam pengurangan risiko banjir jangka panjang.

Prediksi BMKG: Hujan Lebat Masih Akan Berlanjut

Berdasarkan data yang dihimpun BMKG, curah hujan tinggi diperkirakan masih akan terjadi hingga pertengahan Maret 2025. Wilayah Jabodetabek, termasuk Bekasi, masih berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dalam beberapa pekan ke depan. Masyarakat pun diminta untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir susulan.

Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan dinamika atmosfer global. BMKG menyebutkan bahwa kondisi ini membuat pola hujan menjadi lebih sulit diprediksi, sehingga modifikasi cuaca menjadi langkah preventif yang terus dioptimalkan.

Sebagai bentuk mitigasi tambahan, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk memantau informasi cuaca secara berkala melalui kanal resmi. Dengan begitu, warga dapat lebih siap menghadapi kondisi cuaca ekstrem dan mempersiapkan langkah-langkah antisipatif untuk mengurangi dampak banjir.

"Periode 4-11 Maret 2025, hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi. Di Pulau Jawa bagian barat," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto.

Dampak Banjir Terhadap Warga dan Langkah Penanganannya

Banjir yang melanda Bekasi telah mengakibatkan ribuan warga mengungsi dan berbagai fasilitas umum terganggu. Banyak rumah warga yang terendam air dengan ketinggian mencapai lebih dari satu meter, menyebabkan kerusakan besar pada properti dan infrastruktur. Situasi ini semakin memperburuk kondisi warga yang harus bertahan di pengungsian dengan fasilitas terbatas.

Pemerintah daerah bersama BNPB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi dampak banjir, termasuk distribusi bantuan logistik dan evakuasi bagi warga yang terdampak. Kendati demikian, akses menuju beberapa wilayah yang terisolasi akibat banjir masih menjadi tantangan dalam proses penyaluran bantuan.

Selain itu, tim penyelamat terus beroperasi di berbagai titik untuk memastikan keselamatan warga yang masih berada di lokasi banjir. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk selalu mematuhi arahan evakuasi guna menghindari risiko lebih besar akibat meningkatnya debit air di beberapa area.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Topik

Apakah modifikasi cuaca efektif dalam mencegah banjir?

Modifikasi cuaca bertujuan untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah rawan banjir dengan menjatuhkan hujan di area yang lebih aman, seperti laut atau waduk. Langkah ini diharapkan dapat meminimalisir volume air yang masuk ke wilayah perkotaan, sehingga mengurangi risiko banjir. Namun, efektivitasnya tergantung pada kondisi atmosfer dan pelaksanaan yang tepat.​

Bagaimana peran penghijauan di wilayah hulu dalam mencegah banjir?

Penghijauan di wilayah hulu, seperti penanaman pohon, dapat meningkatkan daya serap tanah terhadap air hujan, sehingga mengurangi volume air yang mengalir ke wilayah hilir. Langkah ini merupakan upaya jangka panjang yang efektif dalam mengurangi risiko banjir di wilayah perkotaan.​

Apa yang harus dilakukan masyarakat saat menghadapi prediksi cuaca ekstrem?

Masyarakat perlu menyiapkan payung, jaket, dan jas hujan untuk musim hujan agar tubuh selalu kering dan hangat. Kemudian jaga daya tahan tubuh dengan banyak minum air putih dan menjaga asupan makanan agar  bisa beradaptasi di tengah cuaca yang tidak menentu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya