Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan umat Islam, khususnya pada bulan Ramadan, istilah "imsak" dan "subuh" sudah tidak asing lagi. Kedua waktu ini memiliki kedudukan penting dalam pelaksanaan ibadah puasa. Namun, masih banyak yang belum memahami perbedaan hakiki antara keduanya.
Imsak dan subuh adalah dua waktu yang berdekatan namun memiliki makna dan fungsi yang berbeda dalam syariat Islam. Imsak merupakan waktu persiapan menjelang dimulainya kewajiban puasa, sementara subuh adalah waktu yang secara resmi menandai dimulainya kewajiban puasa dan waktu shalat fardhu pertama dalam sehari.
Baca Juga
Perbedaan waktu antara imsak dan subuh, yang umumnya berkisar 10 menit, seringkali menimbulkan pertanyaan di kalangan umat Muslim. Mengapa ada jeda waktu tersebut? Apa landasan syar'inya? Dan bagaimana penentuan waktu tersebut dalam praktik astronomi Islam?
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, ulasan mengenai beda waktu imsak dan subuh.
Mengenal Lebih Dalam Waktu Imsak dan Subuh
Banyak yang mengira waktu imsak sebagai batas akhir makan sahur. Padahal, puasa dimulai saat terbit fajar atau adzan Subuh. Makna imsak menurut KBBI adalah saat dimulainya larangan hal-hal yang membatalkan puasa. Jadwal imsak yang tertera 10-15 menit sebelum Subuh hanya peringatan untuk bersiap mengakhiri sahur, bukan tanda dimulainya puasa.
Rasulullah SAW bersabda: “Makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan, karena ia tidak akan mengumandangkan azan kecuali setelah fajar terbit.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menegaskan puasa dimulai saat terbit fajar atau adzan Subuh.
Secara bahasa, imsak berasal dari kata ‘amsaka’ (menahan). KBBI mendefinisikannya sebagai saat dimulainya larangan hal-hal yang membatalkan puasa dan berpantang dari hal-hal tersebut mulai terbit fajar sampai berbuka. Dalam fikih, imsak sering disinonimkan dengan puasa itu sendiri.
Praktik imsak berbeda di berbagai negara. Di Indonesia, biasanya 10 menit sebelum Subuh; di Timur Tengah, umumnya saat adzan Subuh; Malaysia mirip Indonesia; Turki mencantumkan waktu imsak namun tanpa pengumuman khusus; dan di Eropa dan Amerika, bervariasi tergantung komunitas Muslim setempat.
Advertisement
Perbedaan Pendapat Ulama tentang Imsak
Terdapat perbedaan pendapat ulama tentang imsak. Beberapa mendukungnya sebagai kehati-hatian (ihtiyath), membantu umat Muslim mempersiapkan diri. Sebagian menentang, karena penetapan waktu imsak sebelum Subuh tidak memiliki dasar kuat dalam syariat, menekankan waktu mulai puasa adalah saat terbit fajar (Subuh).
Pendapat moderat menyatakan imsak boleh sebagai kehati-hatian, tetapi bukan kewajiban. Perdebatan teologis muncul, sebagian menganggap penetapan waktu imsak sebagai bid’ah (inovasi dalam agama), karena Al-Quran dan Hadits hanya menyebutkan fajar sebagai batas waktu makan sahur. Perbedaan interpretasi Hadits juga menjadi faktor perbedaan pendapat.
Dasar Waktu Imsak dan Subuh dari Al-Quran dan Hadits
Perbedaan waktu imsak dan Subuh memiliki dasar kuat dalam ajaran Islam. Imsak adalah waktu mulai menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, sedangkan Subuh adalah waktu masuknya shalat Subuh dan dimulainya puasa secara resmi.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 187: “...Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...” Ayat ini menjelaskan waktu puasa dimulai saat terlihat fajar shadiq (benang putih) yang menandai waktu Subuh.
Hadits dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan pada malam hari, maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan jeda waktu untuk persiapan sebelum Subuh. Hadits lain dari Anas bin Malik menyebutkan anjuran bersahur karena keberkahannya (HR. Bukhari dan Muslim), dan dari Hudzaifah yang bersahur bersama Nabi SAW hingga mendekati Subuh (HR. An-Nasa'i).
Secara astronomis, Subuh adalah saat fajar shadiq muncul (matahari 18-20° di bawah ufuk). Waktu imsak ditetapkan sekitar 10 menit sebelum Subuh sebagai tindakan kehati-hatian (ihtiyath) untuk menghindari terlewatnya waktu Subuh. Penetapan ini merupakan ijtihad ulama berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Pemahaman yang tepat tentang perbedaan ini tidak hanya penting untuk kesempurnaan ibadah, tetapi juga mencerminkan keindahan syariat Islam yang selalu memberikan kemudahan dan kehati-hatian dalam pelaksanaan ibadah. Perbedaan waktu ini merupakan bentuk rahmat Allah SWT kepada umat-Nya, memberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki ibadah puasa sehari penuh.
Advertisement
