Pengamat: Masih Ada Peluang Poros Tengah Jilid II Terbentuk

Kemungkinan terbentuknya kembali poros tengah pun kini mengemuka.

oleh Nadya Isnaeni Panggabean diperbarui 12 Apr 2014, 07:46 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2014, 07:46 WIB
Pengamat: Pemilu 2014 Konflik Internal Parpol Tak Eksplosif
Dinamika positif itu menurut Pengamat politik UIN Syarifhidayatullah Gun Gun Heryanto, karena parpol melakukan reformulasi.

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada parpol peserta Pemilu 2014 yang memenuhi presidential threshold sebesar 20 persen dalam berbagai perhitungan cepat yang digelar lembaga-lembaga survei. Termasuk PDIP yang mengusung Jokowi sebagai bakal capresnya.

Perlu strategi koalisi bagi parpol-parpol ini untuk bisa mendudukan capresnya dalam ajang pilpres yang digelar Juli nanti. Kemungkinan terbentuknya kembali poros tengah pun kini mengemuka.

Poros tengah ini merupakan koalisi partai-partai Islam, seperti PAN, PKS (yang dulu bernama Partai Keadilan), PPP, dan PKB yang terbentuk 1999 lalu. Lahirnya kembali poros tengah ini dinilai bakal bisa menyaingi perolehan suara PDIP di pileg.

"Peluang itu mungkin lebih kecil ketimbang tidak terbentuk. Poros tengah terbentuk tahun 1999. Waktu itu pemilihan presiden tidak dilakukan oleh rakyat tapi oleh anggota MPR. Jadi popularitas calon tidak penting. Setelah itu, 2004 kan dipilih rakyat," kata Saiful Mujani dari Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat malam (11/4/2014).

"Poros tengah lebih dari cukup untuk mencalonkan calon presiden."

Namun, Saiful menilai, pertimbangan untuk terbentuknya kembali poros tengah bergantung pada figur yang dihadirkan koalisi ini. Harus ada sosok yang bisa menarik pemilih secara besar. Namun kemungkinan berkoalisi untuk mendukung 1 calon di antara partai poros tengah itu dinilai kecil.

"Di antara partai di poros itu tak ada figur yang bisa menarik pemilih secara besar. Jadi daya tariknya lemah."

Sementara, lanjut dia, sejauh ini, hanya Jokowi, Praboiwo, dan Aburizal Bakrie yang dinilai mampu menggaet pemilih. "Kecenderunganya, ngapain koalisi kalau pasti kalah," pungkas Saiful.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya