Liputan6.com, Jakarta - Tahun baru Imlek 2023 sebentar lagi tiba. Tahun macan akan berubah menjadi tahun kelinci dalam tradisi Tahun Baru China pada 21 Januari 2023 mendatang.
Chinese New Year (CNY) atau Tahun Baru Imlek adalah festival tradisional terpenting Tiongkok, dengan banyak kebiasaan menarik. Salah satunya adalah spring Festival (Festival Musim Semi) adalah perayaan terpenting yang diamati di Tiongkok, dengan makna budaya dan sejarah.
Festival itu menandai awal musim semi, dan awal tahun baru menurut kalender lunar China. Festival ini dirayakan di seluruh negeri, tetapi juga memiliki banyak perayaan terkait di negara dan kelompok etnis yang berasal dari Tiongkok.
Advertisement
Baca Juga
Salah satunya di Indonesia. Keturunan Tiongkok di Nusantara merayakan Imlek secara leluasa.
Hal ini tak lepas dari peran Presiden Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid, yang juga sosok Ketua PBNU tiga kali berturut-turut, yang dikenal dengan kampanyenya mengenai inklusi dan toleransi.
Bicara soal etnis China dengan Islam, ada interaksi intensif yang menyebabkan terjadi pertukaran budaya. Salah satunya bisa dilihat dari busana khas Tiongkok yang diadopsi menjadi busana muslim, baju koko.
Uniknya, baju koko kini telah menjelma menjadi busana muslim semua kalangan. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga kiai pun begitu familier dengan baju koko.
Baju koko digunakan untuk sholat berjamaah, sholat Jumat, sholat Idul Fitri dan Idul Adha, hingga acara-acara keagamaan lainnya. Lelaki muslim kelihatan ganteng maksimal saat mengenakan baju koko.
Lantas, bagaimana sejarah baju koko menjadi busana muslim yang begitu populer di Indonesia?
Saksikan Video Pilihan Ini:
Sejarah Baju Koko
Mengutip kanal Lifestyle Liputan6.com, ketika mengikuti pengajian, salat Jumat, bahkan merayakan Idul Fitri, mayoritas umat Muslim di Tanah Air menggunakan busana muslim. Ya, busana yang dikenakan apalagi kalau bukan namanya baju koko.
Baju koko itu sebenarnya merupakan salah satu bagian atau unsur Tionghoa yang masuk ke budaya Betawi.
Dikutip dari Majalah Adhiluhung Pelestari Budaya Nusantara Edisi 03/2013 berjudul Wayang, Keris, Batik & Kuliner Tradisional dijelaskan bahwa baju koko berasal dari baju orang China, dikenal dengan sebutan tui-khim (dalam bahasa Hokkian). Baju koko yang biasa digunakan kaum pria itu tanpa kerah, terkadang ada sedikit aksesori bordir.
Baju koko pun biasa dipakai oleh kaum muslim untuk pergi ke masjid atau acara keagamaan, sehingga dikenal dengan sebutan baju muslim.
Kok Namanya Baju Koko? Ternyata hingga awal abad ke-20, pria Tionghoa di Batavia masih mengenakan kostum tui-khim. Namun saat itu, mereka memadupadankan dengan celana komprang atau longgar, dan biasa digunakan untuk kegiatan harian.
Sementara orang Betawi memadukan baju koko dengan celana batik. Nah menurut seorang budayawan, masih dikutip di buku yang sama, baju tui-khim disebut sebagai baju koko karena faktor masa lalu.
Berdasarkan sejarahnya, orang yang biasa memakai baju tui-khim adalah engkoh-engkoh. Jika diejak dalam bahasa Indonesia disebut koko. Jadilah kemudian disebut baju koko.
Advertisement