Teks Khutbah Jumat Februari: Waktu Luang dan Cara Memanfaatkannya

Waktu yang baik, apakah itu singkat atau lama jika diisi dengan hal yang bermanfaat maka akan memberikan sesuatu yang berharga, dan begitu juga sebaliknya, jika diisi dengan hal yang sia-sia maka akan menjadikan sesuatu yang penuh dengan keburukan dan penyesalan.

oleh Putry Damayanty diperbarui 16 Feb 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2023, 18:30 WIB
Rotasi Bumi Makin Cepat
Ilustrasi jam. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Waktu merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT berupa kesempatan dan jalan untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Waktu adalah pemberian yang kita tidak tahu sampai kapan akan tetap dimiliki atau dinikmati.

Islam menganjurkan agar manusia memanfaatkan waktu luang dan kesempatan yang dimiliki agar ia tidak termasuk golongan orang yang  merugi. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam QS. ‘Ashr ayat 1-3 (yang artinya): 

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”

Waktu yang baik, apakah itu singkat atau lama jika diisi dengan hal yang bermanfaat maka akan memberikan sesuatu yang berharga, dan begitu juga sebaliknya, jika diisi dengan hal yang sia-sia maka akan menjadikan sesuatu yang penuh dengan keburukan dan penyesalan.

Teks khutbah jumat kali ini mengutip dari laman PabrikJamMasjid.com dengan judul “Waktu dan Waktu Luang, Urgensi Memanfaatkannya”.

 

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji syukur kita ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai salah satu cara kita bersyukur kepada-Nya, atas segala nikmat-Nya yang tidak terhingga, terutama nikmat hidayah Iman, Islam serta nikmat keamanan, kesehatan dan kecukupan rezeki.

Hanya karena rahmat-Nya semata kita bisa hadir di masjid yang diberkahi ini, untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai Muslim dan untuk menghidupkan salah satu syiar yang sangat agung dalam Islam yaitu shalat Jumat.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terimpah kepada junjungan kita, Nabi yang mulia, Muhammad ﷺ , keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang mengikuti tuntunan beliau ﷺ dengan ikhlas dan sabar hingga akhir zaman.

Tak lupa kami mengingatkan diri kami sendiri dan Jamaah shalat Jumat sekalian, agar senantiasa berusaha meningkatkan upaya-upaya untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa.

Dengan takwa yang sebenar-benarnya, Allah Ta’ala akan memberikan jalan keluar atas problema kehidupan yang kita hadapi. Allah Ta’ala juga akan memberi rezeki dari arah yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya sama sekali.

Allah Swt berfirman,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ .وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ

Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. [QS. ath-Thalaq: 2-3]

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda,

نِعْمَتانِ مَغْبُونٌ فِيهِما كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ والفَراغُ

“Ada dua nikmat yang banyak banyak manusia tertipu di dalamnya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” [Hadits riwayat Al- Bukhari di dalam Shahih Al- Bukhari (6412)]

Hadits sangat populer, masyhur di kalangan kau Muslimin. Bagaimanakah maksud hadits ini? Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah, saat diminta untuk menerangkan maksud dari hadits ini mengatakan sebagai berikut:

“Kebanyakan manusia menyianyiakan kesehatannya tanpa faidah dan juga waktu luangnya dalam hal-hal yang tidak ada faedahnya."

Tubuhnya sehat, badannya selamat dari penyakit, punya waktu luang akan tetapi tidak digunakan dalam hal-hal yang bermanfaat baginya, dalam perkara yang mendekatkan dirinya kepada Allah, dan dalam urusan yang bermanfat bagi dirinya di dunia ini.

Orang semacam ini tertipu atau lengah dalam dua nikmat tersebut. Seorang mukmin hendaklah memanfaatkan nikmat tersebut dalam hal-hal yang Allah ridhai dan dalam urusan yang bermanfaat buat dirinya.

Misalnya, dalam perdagangan, berbagai mata pencaharian yang halal, atau memperbanyak puasa, shalat, dzikir, berbagai ketaatan, mengunjungi orang sakit, amar makruf nahyi mungkar, dakwah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbagai bentuk kebaikan lainnya.

Jadi, seorang mukmin itu memanfaatkan kesehatan dan waktu luang dengan apa saja yang Allah ridhai dan apa saja yang bermanfat buat dirinya di dunia ini yang halal. Bila kedua nikmat tersebut tidak dia gunakan dalamperkara yang bermanfaat buat dirinya, maka itulah yang dimaksud ketertipuan.

Dalam kesempatan khutbah ini, kami ingin fokus membahas lebih lanjut tentang nikmat waktu luang, bukan tentang nikmat kesehatan. Insyaallah, bila diberi umur panjang kita akan bahas secara khusus tentang masalah nikmat kesehatan dalam khutbah mendatang.

Orang yang diberi waktu luang, kesehatan dan keamanan, kalau tidak mendapat dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan cenderung menggunakan waktu luangnya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat untuk dirinya baik di dunia dan akhirat.

Kebanyakan orang menghambur-hamburkan waktunya. Mereka merugikan diri mereka sendiri dengan tidak memanfaatkan umur dan waktunya dengan sebaik-baiknya.

Mereka melalui hari demi hari dan tahun demi tahun dalam keadaan lalai dengan dunia dan berpaling dari akhirat, serta terbenam dalam ketidakpedulian dan kelalaian.

Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi rahimahullah, seorang ulama besar dari Irak yang meninggal pada tahun 597 H / 1201 M, mengatakan, ”Semestinya seseorang mengetahui kemuliaan masa dan nilai waktunya, sehingga dia tidak menyia-nyiakan sesaat pun waktunya dalam hal di luar kebaikan dan mempersembahkan di dalamnya perkataan dan perbuatan yang utama.”

Lanjutan Khutbah Pertama

Betapa sering kita saksikan orang-orang yang mengisi waktu luangnya dengan hal – hal yang sama sekali tidak bermanfaat, tidak melakukan apa pun yang penting dan tidak membicarakan hal yang urgen dan bermanfaat.

Seolah waktu tidak pernah ada artinya. Mereka hanya mengejar kesenangan diri sendiri dan kepuasan hati. Padahal waktu itu adalah kehidupan. Waktu merupakan kekayaan paling mahal yang dimiliki anak manusia setelah nyawanya.

Yahya bin Hubairah rahimahullah, seorang menteri yang berilmu dan shalih di masa kekhalifahan Al-Muqtafi billah pada abad 6 H, pernah mengucapkan perkataannya yang sangat terkenal tentang nilai waktu.

الوَقْتُ أَنْفَسُ مَا عُنِيَتْ بِحِفْظِهِ ♦♦♦ وَأَرَاهُ أَسْهَلُ مَا عَلَيْكَ يُضِيْعُ

“Waktu adalah sesuatu yang paling berharga yang semestinya kamu jaga dengan sebaik-baiknya. Namun saya melihat waktu adalah sesuatu yang justru paling mudah kamu sia-siakan.” [Qimatuz zaman ‘indal ‘ulama’, hal 118]

Waktu luang memang nikmat yang dilalaikan oleh kebanyakan orang. Akibatnya mereka tidak bisa bersyukur atas nimat tersebut dengan sebaik-baiknya. Mereka tidak menghormatinya dengan semestinya. Akibatnya, banyak madharat yang bisa menimpa orang-orang yang tidak memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya.

Bahaya Menyia-nyiakan Waktu LuangMa’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di antara madharat dari menyia-nyiakan waktu luang menurut Dr. Humam bin Abdurrahman Al-Haritsi adalah sebagai berikut:

Membuat seseorang berjalan tanpa tujuan dan tanpa makna dalam hidup ini.Membantu seseorang untuk berbuat dosa, karena ia tidak memenuhi waktunya dengan ketaatan dan melakukan perbuatan baik.Membangkitkan kebosanan dan keputusasaan dalam jiwa orang mukmin, dan Nabi ﷺ telah memperingatkan akan hal itu.Menunjukkan kelemahan tekad, kurangnya kesadaran dan perencanaan yang buruk.dan berbagai mudharat lain yang harus diperhatikan dan diusahakan untuk diatasi sampai pada tahap mampu menyibukkan diri dengan kebaikan dan dalam hal-hal yang bermanfaat bagi manusia.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا

اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ

Urgensi Memanfaatkan Waktu Luang Agar Tidak Menyesal

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kita sudah mengetahui bahwa waktu luang merupakan nikmat yang agung namun justru kebanyakan orang terlena karenanya, tidak bersyukur kepada yang memberi nikmat tersebut.

Padahal setiap nikmat harus disyukuri apabila ingin bertambah atau tidak sirna. Lantas, bagaimana cara mensyukuri nikmat waktu luang agar kita tidak menyesal dengan sirnanya nikmat ini di kemudian hari?

Syaikh Dr. Abdullah bi Abdurrahman Al-Jibrin rahimahullah memberikan pejelasan kepada kita tentang cara mensyukuri nikmat waktu luang. Menurut beliau caranya adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan waktu luang dengan mempelajari ilmu.Menggunakan waktu luang dengan menghafal al-Quran.Memanfaatkan waktu luang dengan berdoa dan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beristighfar dan bertaubat kepada-Nya.Memanfaatkan waktu luang dengan mencari harta yang halal, misalnya dalam perdagangan yang mubah yang tidak ada syubhat di dalamnya. Dia memiliki tujuan dalam mencari harta tersebut untuk memelihara martabat dirinya, membuat dirinya kaya dan bersedekah dengan harta yang Allah anugerahkan kepadanya.Semua ini merupakan bentuk-bentuk bersyukur kepada Allah atas nikmat waktu luang. Masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya.”

Demikianlah penjelasan Syiakh Abdullah al-Jibrin rahimahullah. Jadi, prinsipnya adalah waktu luang harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Caranya adalah memanfaatkannya dengan semua hal yang positif, bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarga dan bahkan kalau mampu bermanfaat bagi orang lain, selama tidak melanggar maksiat.

Ragamnya bisa banyak, sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing individu serta skala prioritasnya dan kecenderungannya. Ini tentu berbeda satu sama lain.

Bila kita mampu melakukan hal seperti ini, kita dinilai telah bersyukur kepada Allah Ta’ala dan tidak termasuk orang yang terpedaya dengan nikmat waktu luang ini.

Saksikan Video Pilihan ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya