Hukum Qadha Puasa Ramadan Setelah Nisfu Sya'ban, Bolehkah?

Kurang lebih sepekan lagi umat Islam di seluruh dunia menyambut Ramadhan. Di Indonesia, Ormas Islam Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan pada 23 Maret 2023

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mar 2023, 22:36 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2023, 22:30 WIB
Ilustrasi puasa, Ramadan, Islami
Ilustrasi puasa, Ramadan, Islami. (Photo by Ahmed Aqtai: https://www.pexels.com/photo/photo-of-ramadan-light-on-top-of-table-2233416/)

Liputan6.com, Jakarta - Kurang lebih sepekan lagi umat Islam di seluruh dunia menyambut Ramadhan. Di Indonesia, Ormas Islam Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan pada 23 Maret 2023.

Sementara, ormas Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU) juga telah merilis hilal awal Ramadhan, dengan hasil yang kurang lebih sama. Puasa hari pertama diperkirakan 23 Maret.

Kini, Bulan Sya'ban mendekati pekan terakhir. Itu artinya, kita telah melewati Nisfu Sya'ban.

Seringkali pertanyaan yang terlontar setelah Nisfu Syaban adalah perihal kebolehan puasa Qadha pada separuh akhir bulan Syaban. Sebab sebagian masyarakat menganggap segala bentuk puasa pada paruh akhir bulan Sya’ban mutlak tidak boleh.

Mengutip website MUI, larangan berpuasa bila telah menginjak separuh akhir bulan Syaban terdapat pada hadis Nabi SAW yang menyatakan tidak boleh berpuasa ketika memasuki paruh kedua bulan Sya’ban yakni dari tanggal 16 sampai akhir.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلَا تَصُومُوا

Dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila telah memasuki paruh kedua bulan Sya’ban, maka kalian tidak boleh berpuasa!” (HR. at-Tirmidzi, Abu Daud, Ibn Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad)

Sebenarnya pemahaman ulama pada hadis ini cukup problematik. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani jumhur ulama selain madzhab Syafi’i memandang boleh-boleh saja berpuasa di separuh akhir bulan Syaban dan menilai hadist di atas sebagai hadist lemah.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Boleh Puasa Separuh Akhir Sya'ban Jika

Sementara al-Ruyani yang merupakan ulama madzhab Syafi’i memandang makruh hukumnya puasa di setengah akhir bulan Sya’ban dan haram hukumnya bila berpuasa satu atau dua hari akhir bulan Syaban menjelang puasa Ramadan.

Di lain tempat, kebanyakan ulama madzhab Syafi’i dengan adanya hadist tadi menghukumi haram puasa di separuh akhir bulan Syaban yakni dari tanggal 16 sampai akhir. Tapi, keharaman tersebut tidak berlaku di beberapa kondisi.

Setidaknya ada tiga situasi di mana puasa di paruh kedua bulan Syaban hukumnya boleh.

Pertama, puasa di separuh akhir bulan Syaban dibarengi dengan puasa di hari sebelumnya. Jadi, bila seseorang berpuasa sejak tanggal 15 kemudian lanjut ke tanggal 16, 17 sampai kira-kira tanggal 28, maka itu boleh. Karena tanggal 29 atau 30 itu termasuk hari syak (ragu) apakah sudah masuk Ramadan atau belum. Di hari syak ini, untuk konteks orang yang berpuasa baru dari tanggal 15 bulan Syaban, sebaiknya tidak berpuasa.

Kedua, bila puasa di paruh kedua bulan Syaban sesuai dengan jadwal puasa seseorang yang memang sudah terbiasa berpuasa di hari itu. Misalnya orang yang terbiasa puasa hari Senin dan Kamis tetap boleh melaksanakannya walau hari Senin dan Kamis itu memasuki separuh akhir bulan Syaban.

Ketiga, bila puasa yang dilaksanakan adalah puasa nadzar, qadha, atau kafarat. Jadi, terutama untuk perempuan, boleh hukumnya berpuasa di paruh kedua bulan Syaban, terlebih bila puasa tersebut adalah ganti atau qadla dari puasa Ramadan sebelumnya. (Abu Bakar Syatha ad-Dimiyati, I’anatut Thalibin, juz 2, hlm. 309).

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya