Waspada Cuaca Ekstrem Saat Mudik Lebaran, BMKG: Sejumlah Wilayah Potensi Hujan Lebat

Kepala BMKG Dwikorita mengimbau kepada seluruh pemudik, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem selama arus mudik.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2023, 16:13 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2023, 01:05 WIB
Cuaca Ekstrem Diperkirakan hingga Akhir Oktober
Kendaraan melintas saat hujan di Pedesterian Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (15/10/2022). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan adanya potensi cuaca ekstrem terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia pada 15 hingga 21 Oktober 2022. Karena kondisi atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup kompleks dan dinamis untuk sepekan kedepan, yang dipengaruhi oleh fenomena atmosfer global, regional ataupun lokal. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Waspadai potensi cuaca ekstrem yang bakal terjadi di masa mudik Lebaran tahun ini. Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati ada sejumlah wilayah yang berpeluang diguyur hujan sangat lebat selama periode 15 sampai 21 April 2023. 

"Hujan lebat hingga sangat lebat diprakirakan mengguyur bagian wilayah Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Papua," kata Dwikorita dilansir Antara, Senin, 10 April 2023. 

Untuk itu para pemudik dimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian saat menuju ke kampung halaman. 

Kondisi cuaca yang sama juga berpeluang terjadi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) serta wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat.

Bahkan diperkirakan hujan lebat masih berpeluang terjadi di bagian wilayah Provinsi Aceh, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara selama periode 22 sampai 28 April 2023. 

"Kemudian daerah merah (berpeluang alami hujan lebat) untuk arus balik 29 April sampai 5 Mei yaitu Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua," kata Dwikorita.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa hujan lebat dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir bandang dan tanah longsor.

"Maka dari itu kami mengimbau kepada seluruh pemudik, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem selama arus mudik," jelas Dwikorita.

 

BMKG: Memasuki Masa Peralihan, Cuaca Bisa Berubah dari Panas ke Hujan

DPR Minta Penjelasan Pemerintah Terkait Jatuhnya Lion Air PK-LQP
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat rapat kerja (raker) dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/11). Rapat membahas berbagai hal mengenai jatuhnya Lion Air PK-LQP. (Liputan6.com/JohanTallo)

Kepada BMKG Dwikorita juga menyampaikan bahwa saat ini wilayah Indonesia sedang memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

"Pada masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya karena arah angin bertiup sangat bervariasi," jelas Dwikorita. 

Namun, dia melanjutkan, secara umum cuaca pada pagi hari biasanya cerah, kemudian berawan pada siang hari, dan hujan menjelang sore atau malam hari.

Dwikorita mengatakan bahwa awan kumulonimbus biasanya tumbuh pada pagi menjelang siang. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Sedangkan menjelang sore hari, warna awan akan menjadi gelap dan dapat menyebabkan hujan.

Apa Itu Cuaca Ekstrem?

Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi Sepekan ke Depan
Awan mendung menggelayut di langit Jakarta, Kamis (1/2). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi curah hujan dari sedang hingga tinggi akan terjadi hingga 1 minggu ke depan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Menurut Peraturan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2022, Cuaca Ekstrem adalah kejadian fenomena alam yang ditandai oleh kondisi curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, dan jarak pandang yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta.

Peringatan Dini Cuaca Ekstrem adalah informasi yang bersifat segera dan berisikan informasi potensi terjadinya Cuaca Ekstrem.

Berdasarkan informasi dalam Pasal 3, Peringatan Dini Cuaca Ekstrem terdiri atas:

  • Peringatan Dini Cuaca Ekstrem bersifat umum; dan
  • Peringatan Dini Cuaca Ekstrem berbasis risiko

Berdasarkan informasi yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kejadian fenomena cuaca ekstrem menjadi sangat sering sejak 30 tahun terakhir. Kejadian cuaca ekstrem tersebut terjadi di beberapa provinsi besar di Indonesia di antarnya adalah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Faktor pertama penyebab terjadinya cuaca ekstrem adalah karena aktifnya Monsun Asia di mana adanya angin yang berhembus secara periodik dari Benua Asia menuju Benua Australia yang melewati Indonesia.

Indonesia yang berada di garis khatulistiwa yang berdampak oleh pergerakan angin ini. Angin periodik tersebut mengindikasikan musim hujan di Indonesia yang sedang berlangsung.

Apabila cuaca ekstrem sedang berlangsung di Indonesia, pola konvergensi dan perlambatan kecepatan angin akan terjadi di beberapa wilayah, oleh karena itu uap air yang menjadi awan hujan akan terkonsentrasi di suatu wilayah sehingga air yang turun intensitasnya tinggi. Hujan lebat dan dalam waktu lama dapat terjadi akibat konvergensi dan perlambatan tersebut.

Infografis BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem
Infografis BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya