Liputan6.com, Jakarta - Sabar adalah sifat yang sangat mulia dan utama. Saking mulianya sifat sabar ini, sering diidentikkan dengan keimanan seorang manusia.
Keutamaan sifat sabar ini banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, hadis, dan penjelasan para ulama. Menurut Al-Ghazali, setidaknya ada sekitar tujuh puluh lebih keterangan Al-Qur’an terkait sifat keutamaan sabar, anjuran sabar, dan ganjaran yang akan diperoleh orang yang senantiasa menjaga kesabaran.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Di antaranya QS. Al-Baqarah ayat 153 yang menyatakan, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Tentang menjadi sabar dan shalat sebagai penolong juga tercantum dalam QS. Al Baqarah ayat 45.
Mengutip dari laman NU online, menurut Syekh Ibnu Abid Dunya (208-281 H) dalam karyanya as-Shabru wa Tsawâb ‘alaihi, ada tiga tingkat kesabaran. Pertama, sabar atas musibah. Kedua, sabar dalam menjalani ketaatan. Ketiga, sabar atau menahan diri dari laku kemaksiatan. Sabar yang terakhir adalah sabar dengan tingkatan tertinggi.
Saksikan Video Pilihan ini:
3 Tingkatan Sabar
Syekh Ibnu Abid Dunya mencantumkan sebuah hadis riwayat Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Rasulullah ra bersabda:
الصَّبْرُ ثَلَاثٌ: فَصَبْرٌ عَلَى الْمُصِيبَةِ، وَصَبْرٌ عَلَى الطَّاعَةِ، وَصَبْرٌ عَنِ الْمَعْصِيَةِ، فَمَنْ صَبَرَ عَلَى الْمُصِيبَةِ حَتَّى يَرُدَّهَا بِحُسْنِ عَزَائِهَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ثَلَاثَمِائَةِ دَرَجَةٍ بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ، وَمَنْ صَبَرَ عَلَى الطَّاعَةِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ سِتَّمِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُخُومِ الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ، وَمِنْ صَبَرَ عَنِ الْمَعْصِيَةِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ تِسْعَمِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُخُومِ الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ مَرَّتَيْنِ
Artinya: "Sabar ada tiga tingkatan. Sabar atas musibah, sabar dalam menjalani ketaatan, dan sabar dari laku kemaksiatan. Siapa saja yang sabar menghadapi musibah, sampai ia mampu merestorasinya sebaik mungkin, Allah akan mengangkat 300 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sejauh antara langit dan bumi. Dan, yang bersabar dalam menjalani ketaatan, Allah mengangkat 600 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sejauh antara lapisan-lapisan bumi dan batas (ketinggian) ‘arsy. Sedangkan, bagi yang bersabar dari laku kemaksiatan, Allah mengangkat 900 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sekitar dua kali lipat antara lapisan-lapisan bumi dan batas (ketinggian) ‘arsy".
Kitab as-Shabru wa Tsawâb ’alaihi ini, penuh dengan nasihat-nasihat sabar. Baik dari Al-Qur’an, hadis, kalam para sahabat, dan para ulama salafuna as-shalih yang lain. Seperti nasihat Imam Ibrahim at-Taimiy yang mengatakan:
مَا مِنْ عَبْدٍ وَهَبَ اللَّهُ لَهُ صَبْرًا عَلَى الْأَذَى، وَصَبْرًا عَلَى الْبَلَاءِ، وَصَبْرًا عَلَى الْمَصَائِبِ، إِلَّا وَقَدْ أُوتِيَ أَفْضَلَ مَا أُوتِيهِ أَحَدٌ، بَعْدَ الْإِيمَانِ بِاللَّهِ
Artinya: "Setiap kali Allah menganugerahi kesabaran pada hamba-Nya, baik atas rasa sakit, malapetaka, dan musibah, pasti juga memberinya yang lebih baik dari (ganjaran) keimanan itu sendiri".
Kalam at-Taimiy di atas, mengajarkan kita bahwa mempertahankan keimanan jauh lebih penting dari pada keimanan itu sendiri. Segala bentuk kesusahan dan derita yang dirasakan umat adalah ujian keimanan dari Allah. Mengingat, iman yang hakiki yaitu iman yang tak lekang waktu, tempat dan kondisi, suka ataupun duka, lapang atau sempit. Sungguh, nasihat yang besar.
Advertisement