Liputan6.com, Jakarta - Selalu ada cerita menarik menginspirasi dari seorang mualaf, mulai dari perjuangan masuk Islam hingga awal-awal menjadi muslim. Mualaf diartikan orang yang sebelumnya menganut agama di luar Islam kemudian memutuskan menjadi seorang muslim.
Salah satu cerita mualaf yang menarik adalah yang dibagikan oleh seorang gadis cantik asal Simalungun, Sumatera Utara. Ia adalah Arnita Rodelina Turnip, wanita yang mengaku membenci Islam saat masih memeluk agama sebelumnya.
Arnita menjadi seorang mualaf ketika menjadi mahasiswa di IPB University tahun 2015. Perjalanan mualafnya tidak singkat. Namun, ia tidak membantah jika keinginan masuk Islam-nya dalam seminggu.
Advertisement
Baca Juga
Gadis cantik dari pulau Sumatera itu membagikan cerita mualafnya di YouTube Rukun Indonesia. Pantauan Liputan6.com di kolom komentar channel tersebut, Jumat (23/2/2024), perjalanan mualaf Arnita menjadi inspirasi banyak orang.
Seperti apa cerita mualaf Arnita? Bagaimana awal mula ia tertarik dengan Islam? Seperti apa tantangan-tantangan yang dihadapinya? Simak cerita mualaf Arnita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Lahir Seorang Kristiani
Gadis cantik ini lahir dari seorang ibu guru ngaji yang awalnya beragama Islam. Namun karena suaminya Kristen, ibu Arnita mengikuti agama sang suami. Hingga akhirnya Arnita lahir beragama Kristen.
Arnita sudah hidup berdampingan dengan Islam sejak kecil. Saudara-saudaranya dari ibu mayoritas beragama Islam. Ketika masuk bulan Ramadhan, ia sering ikut sahur tapi siangnya makan. Saat masuk waktu berbuka puasa, ia kembali ikut makan bersama.
Orang tuanya menyekolahkan Arnita di SMA Katolik. Selama sekolah ia banyak belajar tentang agama yang dianutnya hingga muncul rasa benci pada yang namanya Islam.
“Karena apaan si ribet gitu lima kali doa (sholat), ngapain, mempersulit,” ungkap dia mengakui pernah membenci Islam.
Lulus di SMA Katolik, Arnita melanjutkan pendidikannya di IPB University dengan jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Kampus pertanian ini mewajibkan mahasiswa tingkat pertamanya untuk tinggal di asrama, termasuk Arnita.
“Jadi, di asrama itu pakaiannya memang pakaiannya muslimah, tertutup bagi yang beragama muslim,” imbuhnya.
Dalam bayangan Arnita, kuliah di Jawa itu seperti di film-film televisi yang pakaiannya pakai rok pendek. Tentu saja ia kaget ketika ditegur oleh petugas keamanan lantaran menggunakan rok pendek dan pakai tanktop saat masuk asrama.
“Sampai (ditegur satpam), ditutupi sama taplak meja,” cerita Arnita.
Advertisement
Cekcok dengan Teman Kamar yang Muslimah
Arnita yang termasuk gadis taat dengan agamanya satu kamar dengan seorang muslimah yang tak kalah taatnya. Temannya yang beragama Islam itu kerap melaksanakan sholat tahajud, rajin membaca Al-Qur’an sambil menunggu waktu subuh.
“Dia itu tahajud iya, tadarus iya. Jadi, ya Allah jam 3 pagi masih saja salat bangun, nyalain lampu. jadi saya kesal,” cerita Arnita.
Suatu ketika, Arnita menyarankan agar temannya membaca Al-Qur’an tanpa suara. “Terus saya bilang, bisa gak baca dalam hati aja,” katanya.
“Kata dia gak bisa. Baca Al-Qur’an itu harus dilafalkan, jadi kita tau mana yang benar (atau) salah pelafalannya,” ujarnya.
Seketika muncul ide dalam benak Arnita. Besoknya, gadis asal Sumatera ini melakukan ibadah sesuai agama yang dianutnya, seperti membaca Alkitab dengan suara yang dikeraskan.
“Terus dia bilang, ngapain sih. Lho, aku kan baca kitab juga, emang gak boleh? Lu aja boleh,” kata dia.
Akhirnya terjadilah keributan. Sampai-sampai kakak pendamping asrama datang memisahkan. Arnita pun merasa malu dan tidak enak, ia akhirnya meminta maaf.
Tertarik dengan Islam dan Akhirnya Mualaf
Ceramah Dr. Zakir Naik sedang ramai dibahas dan didengar zaman itu di YouTube. Arnita kemudian menonton video Dr. Zakir Naik yang kerap mendapatkan pertanyaan lintas agama, kemudian dijawabnya berdasarkan Al-Qur’an.
Sejak itu, muncul pertanyaan-pertanyaan di pikiran Arnita dan merasa ada yang mengganjal dari ajaran agamanya. Di mata kuliah agama Kristen, Arnita bertanya ke kakak asistensi.
“Kak kita kan di chapter ini dibilang kalau kita itu tidak boleh makan-makanan yang haram dan minum-minuman yang memabukkan, tapi why kita minum, makan babi?” tanya dia.
Kakak asistensinya menjawab, “Kamu harus mempercayai apa itu Kristus. Kamu harus lebih banyak lagi (belajar). Kalau keimananmu semakin kuat, maka kamu akan percaya.”
Namun, Arnita merasa tidak puas dengan jawaban kakak asistensinya itu. Lantas, ia mencari jawaban dari berbagai sumber yang bisa didapatkannya. Ia membuka lagi isi-isi ceramah di YouTube, salah satunya ceramah Ustadz Abdul Somad (UAS).
Singkat cerita, ia mulai tertarik dengan Islam. Arnita pun datang ke Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Hurriyyah IPB untuk dituntun mengikrarkan dua kalimat syahadat. Oleh salah satu ustadz, Arnita minta datang kembali di hari esoknya.
Kabar Arnita akan pindah agama dari Kristen ke Islam seketika langsung menyebar di IPB, termasuk terdengar oleh kakak tingkatnya. Ia pun sempat dirayu untuk tidak pindah dari agamanya.
“Saya dipanggil sama kakak-kakak tingkat, dibawa dengan harapan tidak jadi ikrar hari Sabtu. Harusnya saya ikrar hari Sabtu, tapi jadinya hari Senin saya masih ingat tanggal 20 September 2015,” tuturnya.
Oleh kakak tingkatnya, Arnita ditanya alasan pindah agama ke Islam. “Saya bilang, bukan karena siapa-siapa, bukan karena menikah,” demikian alasan Arnita.
Akhirnya kakak tingkat Arnita menyerah. Arnita pun masuk masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Hingga kini ia masih berpegang teguh dengan ajaran Islam, bahkan semakin yakin dengan Islam.
Advertisement