Liputan6.com, Jakarta - Ada tips super jitu yang mudah sekali agar dapat terhindar dari maksiat menurut Gus Baha. Ulama kharismatik murid almarhum KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen ini memiliki tips mudah agar seseorang terlepas dari maksiat.
"Bayangkan kalau besok itu pasti mati. Maka latihannya harus gitu bayangkan besok itu pasti mati, berarti itu hari terakhir kamu," kata Gus Baha dalam sebuah pengajian yang diunggah di Youtube short akun @khairazzaadittaqwa.
Dengan cara tersebut menurut Gus Baha jika hari itu melakukan maksiat, maka akan merasa malu. Orang akan berpikir, masa iya hari terahir hidup masih melakukan maksiat.
Advertisement
"Masa hari hari terakhir hidup maksiat, kan malu, habis maksiat mati waduh malunya," kata Gus Baha.
Selain itu, Gus Baha juga berpendapat, jika sholat yang dilakukan juga sebagai sholat terakhir. Maka akan melakukan sholat dengan terbaik.
Baca Juga
Â
Analogi Menggendong Anak Tersayang
"Bayangkan akhirat itu besok kamu pertemuan terakhir dengan anak istri, sholat juga tenanan karena ini sholat terakhir, sehingga kalau mau maksiat itu takut seperti ini. Jangan jangan ini kehidupan terakhir," kata Gus Baha.
Dalam unggahan lain Gus Baha mengatakan orang yang punya akal itu adalah orang yang bisa menikmati sesuatu yang baik. Ia mencontohkan, Jika seseorang punya anak pertama atau punya anak yang masih kecil itu pasti digendong-gendong itu senangnya luar biasa.
"Bukan main melihat anak sehat itu senangnya, bukan main," ujarnya.
Persoalan tersebut Gus Baha membandingkan antara kenikmatan maksiat dengan kebaikan, layaknya menggendong anak baru lahir, dengan berbuat maksiat.
Advertisement
Lawan Kenikmatan Maksiat dengan Menikmati Kebaikan
"Mungkin saat itu banyak orang yang sedang maksiat, dengan perempuan nakal atau dengan teman-teman nakalnya yang menganggap maksiat seperti itu nikmat dan bahagia," katanya.
Ia membandingkan, andaikan ini ditimbang, ya ditimbang maksiat jika dihutung paling ukuran bahagianya itu 70 persen tapi yang yang menimang anak baru lahir atau masih kecil bisa saja bahagianya itu sampai 100 persen.
Ia juga mengungapkan, artinya selama ini kesalahan kita adalah menganggap maksiat itu pasti menyenangkan dan taat itu tidak menyenangkan.
"Makanya saya berkali-kali fatwa untuk melawan kenikmatan maksiat, orang harus terbiasa menikmati kebaikan," tandasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Simak Video Pilihan Ini:
Advertisement