Gus Baha: Kalau Berpikir Tasawuf Takut Allah, Ya Sekarang Bukan Nanti

Gus Baha ajak berfikir secara taswuf, Allah sudah dari dulu dan sekarang tetap ada, ibadah juga harus ada sekarang bukan nanti nanti.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Apr 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2024, 07:30 WIB
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)

Liputan6.com, Jakarta - Ulama Al-Qur'an asal Rembang, KH ahmad Bahauddin Nursalin alias Gus Baha mengajak kita untuk berfikir secara tasawuf kali ini. Ahli tafsir ini membuka persoalan taat kepada Allah dengan cara berfikir tasawuf.

"Kalau cara berpikir tasawuf itu gini, surga dan neraka itu 'muajalah' itu nanti," kata Gus baha yang dikutip dari kanal Youtube @rizaleffendi1335.

"Kamu nyembah Allah ingin masuk surga takut menghindari maksiat atau takut sehingga tidak maksiat karena takut neraka. Dan surga itu simbol ridanya, neraka simbol bencinya Allah," tambah santri Mbah Moen ini.

"Terus kata orang-orang tasawuf cara berpikirnya, Allah itu sudah ada sekarang, mulai dulu sampai sekarang Allah sudah ada," ujarnya.

"Kalau Allah sudah ada berarti Allah sekarang ya bisa berstatus ridha ke kamu, atau berstatus benci ke kamu kenapa takutnya nanti wong Allahnya sekarang, kok takutnya nanti, ya sekarang juga," papar Gus Baha.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Penjelasan Tiga Jenis Takut Kepada Allah SWT

Ilustrasi mesjid dengan tulisan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW
Ilustrasi mesjid dengan tulisan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Foto: Abdullah Oguk/Unsplash.com

"Kamu harus 'amaltu nakdad', naqdad itu cash, Allahnya ada sekarang ya ibadahnya harus ada sekarang," tandas Gus Baha.

Mengutip pernyataan Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung, KH Basyaruddin Maisir saat mengisi pengajian rutin bulanan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Al Hikmah di Aula Utama Al Hikmah, di lampung.nu.or.id, Takut (khauf) kepada Allah bisa ditimbulkan karena tiga hal yaitu haibah, khosyah, dan rohbah.

“Takut kepada Allah itu bermacam-macam, karena takut merupakan salah satu tanda seorang hamba bertakwa kepada Allah SWT,” ujarnya.

Ia mengatakan, meski dalam bahasa Arab rasa takut secara umum diartikan sebagai khauf. Akan tetapi, di dalamnya memiliki banyak penjelasan yang lebih terperinci, terutama takut kepada Allah SWT.

Dinukil dari kitab Kifayatul Atqiya bahwa rasa takut kepada Allah, ada yang dikenal dengan haibah, yakni takut karena keagungan dan kemuliaan Allah SWT itu sendiri, Allah Maha Besar, Maha Pencipta, Maha Mulia.

“Sama halnya dengan kita takut kepada kedua orang tua karena kemuliaannya, keagungannya mengurus kita sejak kecil,” ungkapnya.

Penjelasan dan Contoh Dua Jenis Takut Pada Allah SWT

Ilustrasi kitab Allah Swt.
Ilustrasi kitab Allah SWT. (Image by chandlervid85 on Freepik)

Ia melanjutkan rasa takut yang kedua yakni khosyah, yakni takut karena didasari oleh ilmunya Allah SWT dan yang diberikan kepada para hamba-Nya.

“Takut yang kedua ini, karena didasari oleh ilmu. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang berbunyi innama yakhsallaha min ibadihil ulama, artinya sungguh yang takut kepada Allah, di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama,” ungkapnya.

Takut yang ketiga, yakni ruhbah, yakni takut kepada Allah karena ada ancaman dari Allah SWT.

“Rasa takut ini ditimbulkan karena adanya ancaman dari Allah SWT, seperti takut disiksa karena meninggalkan sholat 5 waktu,” katanya.

Menurut Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung itu, takwa juga menjauhi segala sesuatu yang menyibukkan diri sehingga lupa kepada Allah. “Takwa harus meninggalkan sesuatu selain Allah, termasuk dosa-dosa yang masih dilakukan,” paparnya. Karena dosa yang masih dilakukan menjadikan takwanya seorang hamba tidak sah atau sempurna di mata Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya