Liputan6.com, Jakarta - Doa berasal dari bahasa Arab yakni du'a. Aulia Fadhli dalam bukunya 'Doa-Doa Mustajab Orang Tua untuk Anaknya' menjelaskan, kata du'a diulang berkali-kali dalam Al Quran dan memiliki arti yang berbeda.
Berikut ini ada kisah Syekh Atha’ As-Sulami kesehariannya bekerja sebagai penenun pakaian, ia terkenal sebagai penjahit, desainer pakaian, dan juga sosok pesohor.
Dia dikenal memiliki doa yang indah, yang bisa kita jadikan sebagai wirid harian.
Advertisement
Namun suatu ketika pulang dari pasar, ia menangis. Sampai ada doa indah yang meluncur darinya, hal ini bisa diamalkan kita semua.
Sebelum kepada kisah sang penenun, doa memiliki kekuatan luar biasa dalam kehidupan. Sesuatu yang nampak tidak mungkin di mata manusia akan menjadi mungkin atas kehendak-Nya.
Doa merupakan permohonan dari seorang hamba kepada Tuhan. Doa juga sebuah perintah dari Allah SWT kepada ciptaan-Nya. Dia berfirman dalam surat Al-Mu'min (Ghafir) ayat 60:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ - ٦٠
Artinya: "Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mu'min: 60
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Syekh Atha’ As-Sulami yang Menangis
Sementara menukil alif.id, Imam Al-Ghazali dalam karyanya Minhajul Abidin (Juz 1 Hlm. 177) mengisahkan bahwa Syekh Atha’ As-Sulami kesehariannya bekerja sebagai penenun pakaian, di samping itu, ia juga bekerja sebagai desainer pakaian.
Setelah selesai mendesain pakaian dengan jahitan yang rapi, pakaian itu, dibawa ke pasar untuk dijual ke para pedagang pakaian.
Pada suatu hari Syekh Atha’ As-Sulami pergi ke pasar untuk menjual pakaian yang ia desain dengan rapi. Bahkan pakaian yang ia jual adalah hasil karya terbaiknya. Akan tetapi, seorang pedagang pakaian menawarnya dengan harga yang murah, dengan alasan pakaian karya Syekh Atha’ As-Sulami banyak kekurangan atau cacatnya.
Akhirnya Syekh Atha’ As-Sulami membawa pulang pakaian hasil karyanya itu, sembari menangis tersedu-sedu. Si pedagang merasa menyesal, atas penawarannya tadi.
Kemudian ia meminta maaf kepada Syekh Atha’ As-Sulami, lalu membeli pakaian tersebut sesuai harga yang ditawarkan oleh Syekh Atha’ As-Sulami.
Si pedagang bertanya kepada Syekh Atha’ As-Sulami kenapa kamu menangis?
Advertisement
Begini Doa Indah Itu
Syekh Atha’ As-Sulami menjawab, “Aku menangis bukan karena penawaran murah atas hasil karyaku (sebagaimana persangkamu) namun aku menangis karena aku bekerja di profesi ini, dan aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat pakaian ini sebaik mungkin, hingga tidak ada kekurangannya. Namun ternyata setelah aku perlihatkan kepada ahlinya yang sangat teliti, ternyata banyak kekurangan atau cacatnya yang aku sendiri tidak mengetahuinya.”
Lalu Syekh Atha’ As-Sulami memberi nasehat kepada si pedagang dengan ungkapan, “Bagaimana amalan kita jika nanti diperlihatkan di hadapan Allah? Betapa banyak cacat dan kekurangannya?”
Semenjak peristiwa itu, Syekh Atha’ As-Sulami giat beribadah dan banyak menangis karena takut kepada Allah SWT, dan ia sering sekali memanjatkan doa.
Imam Ar-Rifa’i dalam dalam karyanya Halatu Ahli Al-Haqiqati Ma’allahi Ta’ala, (Juz 1 Hlm. 150) megabadikan doa yang sering dipanjatkan oleh Syekh Atha’ As-Sulami ketika ia sedang menangis. Adapun doanya sebagai berikut:
اللهم ارحم انقطاعي إليك، وإعراضي عن سواك، وغربتي في بلادك، ووحشتي بين عبادك، ووقوفي بين يديك
Allahummarham inqita’i ‘ilaika, wa’i’raadii amman siwaka, waghurbati fi biladika, wawahshati baina ibadika, wawuqufi baina yadaika.
Ya Allah sayangilah terputusnya aku denganmu, dan palingkanlah dari selainmu, dan keterasinganku di negerimu, dan kesedihanku diantara hamba hambamu, dan diamku di hadapanmu.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul