Liputan6.com, Jakarta - Dunia kedokteran tidak ada yang tak mengenal Ibnu Sina. Ia juga dikenal dengan nama Latinnya, Avicenna, adalah seorang tokoh besar dalam sejarah keilmuan Islam.
Dia adalah seorang polymath yang hidup pada abad ke-10 dan ke-11 Masehi. Ibnu Sina dikenal karena kontribusinya yang luas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, dan logika.
Ternyata dalam kisahnya diceritakan ia pernah menyembuhkan pesohor kerajaan, seorang pangeran yang alami gangguan jiwa. Menarik sekali, karena sang pesohor minta dipenggal lehernya, lantaran merasa dirinya sapi.
Advertisement
Sebelum ke kisah pesohor tersebut, Ibnu Sina terkenal salah satunya karena satu karyanya terkenal "Al-Qanun fi al-Tibb" (Kanon Kedokteran), sebuah ensiklopedia medis yang sangat berpengaruh yang menjadi panduan utama dalam praktik kedokteran di dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad.
Selain itu, Ibnu Sina juga dikenal karena karyanya dalam bidang filsafat, di antaranya adalah "Kitab al-Shifa" (The Book of Healing) dan "Kitab al-Najat" (The Book of Salvation), yang membahas berbagai konsep filosofis, seperti metafisika, logika, dan etika.
Simak Video Pilihan Ini:
Ternyata Sang Pangeran Menderita Delusi
Menukil jateng.nu.or.id, pada suatu hari Ibnu Sina dipanggil seorang pejabat tinggi sehubungan adanya seorang pangeran yang juga pesohor kerajaan yang sedang terganggu jiwanya.
Gangguan itu adalah melankoli dan halusinasi dan kemudian berkembang menjadi delusi. Delusi adalah jenis gangguan mental di mana penderitanya tidak dapat membedakan kenyataan dan imajinasi, sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia pikirkan.
Akibat delusi sang pangeran merasa dan berpikir bahwa dirinya adalah seekor sapi. Ia tak lagi mau makan makanan sebagaimana biasa dimakan manusia. Ia juga tak mau minum minuman sebagaimana biasa diminum oleh mereka. Keadaan ini membuat gelisah sang pejabat tinggi yang kemudian ia memerintahkan pejabat di bawahnya untuk meminta izin pada sang Raja mendatangkan Ibnu Sina untuk mendiagnosis dan mengobati penyakitnya.
Ia adalah pangeran Buyhid. Ia mengalami gangguan kejiwaan yang disebut delusi. Ia merasa dan berpikir bahwa dirinya adalah seekor sapi sehingga sering berperilaku seperti binatang ternak berkaki empat tersebut. Ia sudah tak mau makan dan minum sebagaimana biasanya karena semua hidangan itu dia pikir tidak cocok untuk dirinya. Akibatnya badannya kurus kering dan sangat lemah.
Beberapa dokter telah didatangkan untuk mendiagnosis penyakit sang pangeran, tetapi tak seorang pun dari mereka memahami penyakitnya.
Advertisement
Menarik, Begini Cara Ibnu Sina Menyembuhkan Sang Pangeran
Dalam keadaan seperti itu, seorang pejabat tinggi bernama Allau Dullah sangat mencemaskan keadaan sang pangeran. Ia kemudian memerintahkan kepada pejabat di bawahnya, Khwaja Abu Ali, untuk memohon izin sang Raja mendatangkan Ibnu Sina guna menangani penyakit sang pangeran.
Ibnu Sina menyanggupi permintaan itu dengan catatan tidak boleh ada seorang pun campur tangan terhadap cara sang dokter sekaligus ulama hafidz qur’an itu dalam memberikan psikoterapi terhadap sang pangeran. Kesanggupan itu sangat penting sebab pada saat itu belum banyak orang paham bagaimana sebuah psikoterapi diterapkan.
Metode ini sama sekali baru dan seringkali mengejutkan dan menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan tertentu bagi yang belum paham prinsip-prinsip dasar psikoterapi.
Ketika Ibnu Sina datang dan bertemu dengan sang pangeran, ia mengatakan kepada sang pangeran bahwa ia akan segera disembelih dan sang jagal pun telah tiba. Mendengar kabar itu sang pangeran sangat kegirangan karena selama ini memang hal itu yang dia tunggu-tunggu. Ibnu Sina kemudian memerintahkan kedua temannya untuk mengikat kedua lengan sang pangeran secara ketat dengan seikat tali yang kuat.
Tak lama setelah itu Ibnu Sina datang ke tempat itu sambil mengacung-acungkan sebuah pisau. Sebelum bermaksud menyembelih sang pangeran, Ibnu Sina mengasah pisau itu dengan batu hingga tampak sangat tajam. Ibnu Sina berpenampilan bak seorang jagal yang sangat kejam dan tak kenal ampun.
Tak lama setelah itu, sang pangeran membaringkan diri dan Ibnu Sina mengangkangi dada sang pangeran seolah-olah dia benar-benar akan menyembelihnya. Tetapi setelah menyentuh lengan dan beberapa bagian dari tubuh sang pangeran, Ibnu Sina mengatakan, “Sapinya sangat lemah dan mudah remuk, tidak ada gunanya menyembelih binatang yang sedemikian lemah.”
Ibnu Sina lalu menyarankan agar sapi makan terlebih dahulu hingga kenyang baru kemudian dapat disembelih. Sang pangeran yang dalam imajinasinya adalah seekor sapi itu setuju atas usul sang jagal dan kemudian mulai memakan apa saja dari makanan yang disodorkan padanya. Makanan itu telah dicampuri obat yang tepat dengan dosis yang pas oleh Ibnu Sina.
Sang pangeran pun perlahan-lahan membaik keadaannya dan akhirnya sembuh baik secara jasmani maupun rohani.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul