Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam, Nabi Khidir AS sering dianggap sebagai figur yang memiliki umur panjang atau bahkan hidup abadi. Meskipun tidak ada banyak informasi tentangnya dalam Al-Quran, kisahnya menjadi subjek dari berbagai cerita dan legenda dalam tradisi Islam.
Salah satu kisah yang paling terkenal adalah perjalanannya bersama Nabi Musa, di mana Nabi Khidir menjadi guru spiritual bagi Nabi Musa, mengajarkan kepadanya pelajaran-pelajaran penting tentang kehidupan, kebijaksanaan, dan keadilan.
Dalam kisah tersebut, Nabi Khidir dipercayai telah hidup selama berabad-abad, menjalankan misi-misi ilahi yang diberikan kepadanya oleh Allah.
Advertisement
Dia dianggap sebagai sosok yang bijaksana dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang kehendak Allah. Kisahnya memberikan pelajaran tentang pentingnya kesabaran, kepercayaan, dan ketundukan kepada kebijaksanaan ilahi.
Meskipun keberadaannya dan statusnya di luar pemahaman manusia, keyakinan akan kehidupan panjang atau abadi Nabi Khidir menjadi bagian penting dari warisan keagamaan Islam, mengilhami umat Islam untuk meneladani nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan keteguhan dalam keimanan.
Baca Juga
Pertanyaan yang banyak muncul kemudian, benarkah Nabi Khidir berumur sangat panjang dan bahkan hingga kiamat?
Simak Video Pilihan Ini:
Keyakinan Nabi Khidir Masih Hidup
Menukil islami.co, Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Khidir masih hidup hingga saat ini, tetapi ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir telah meninggal sejak lama.
Perbedaan pendapat yang mencolok ini disebabkan oleh ketiadaan dalil pasti tentang asal-usul nabi Khidir, bahkan Al Quran dalam surat al-Kahfi hanya menyebut Nabi Khidir dengan istilah “seorang hamba yang telah Kami beri rahmat dari sisi Kami dan telah Kami Ajari ilmu dari sisi Kami.”
Ibnu Ishaq juga di dalam karyanya yang bertajuk al-Mubtada’ hanya menyebutkan bahwa Nabi Khidir memang berumur panjang, tetapi tidak disebutkan angka pastinya. Ibnu Ishaq mengungkapkan bahwa para sahabatnya menyampaikan bahwa ketika kematian telah berada di hadapan Nabi Adam, Nabi Adam mengumpulkan seluruh anaknya dan berkata, “Sesungguhnya Allah akan menurunkan siksaan kepada para penduduk bumi. Oleh sebab itu, bawalah jasadku ini ke dalam gua dan kuburkan aku di negeri Syam (sekarang bernama Syria)”.
Begitu pula ketika musibah banjir bandang, Nabi Nuh berpesan kepada anak-anaknya, “Sesungguhnya Nabi Adam telah berdoa kepada Sang Pemilik Semesta agar memanjangkan usia orang yang menguburkan jasadnya hingga hari kiamat.
Advertisement
Pendapat Nabi Khidir telah Wafat
Alhasill, tidak ada satu orang pun yang menguburkan jasad Nabi Adam kecuali Nabi Khidir yang dapat melaksanakannya. Oleh sebab itu, Allah mengabulkan permintaan Nabi Adam untuk memanjangkan usia Nabi Khidir hingga waktu yang dikehendaki oleh Allah sendiri”.
Pendapat lainnya justru menyangkal bahwa Nabi Khidir bisa hidup hingga hari kiamat. Diriwayatkan dari Ali bin Musa ar-Ridha dan Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Abu Bakar an-Naqqasy dalam tafsir-nya mengungkapkan bahwa Nabi Khidir telah meninggal dunia.
Abu Bakar an-Naqqasy juga menambahkan bahwa Imam Bukhari pernah ditanyai ihwal “Apakah Nabi Khidir masih hidup?” dan Imam Bukhari menolak pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir masih hidup dengan hadis, “Di penghujung seratus tahun ke depan, tidak tersisa seorang pun di atas muka bumi ini.” (H.R al-Bukhari).
Abu Hayyan dalam kitab tafsirnya dan Ibnu Umar juga mendukung pendapat Abu Bakar an-Naqqasy. Mereka berdua menyatakan bahwa Nabi Khidir telah wafat sekaligus menyangkal bahwa Nabi Khidir hidup kekal hingga saat ini. Abu Fadhl al-Mursy mengatakan bahwa jika Nabi Khidir masih hidup, Nabi Khidir harus mendatangi Nabi Muhammad untuk beriman dan mengikuti beliau.
Pendapat ini dikuatkan oleh hadits riwayat Imam Ahmad yang berbunyi “Jika Musa masih hidup, maka tiada jalan lain bagi-nya kecuali mengikuti (ajaran)-ku”.
Terlepas dari kebenaran usia Nabi Khidir, satu hal yang harus kita percaya adalah Nabi Khidir pernah hidup di bumi dan ini tidak boleh disangkal oleh siapapun. Wallahu A’lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul