Liputan6.com, Jakarta - Sering sekali kita menyaksikan orang alim, atau para kiai di Indonesia banyak berkumpul dengan anak muda.
Ternyata ada rahasia besar kenapa hal tersebut terjadi. Soal ini, ulama masyhur KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha buka tabir rahasia tersebut.
Dalam ceramahnya yang tayang di Youtube channel @NgugemiDawuhMasyayikh Gus Baha menyatakan, para kiai khawatir anak-anak muda ini lebih suka duduk-duduk di gardu, atau di tempat orang yang tidak soleh.
Advertisement
"Jangan-jangan anak-anak muda itu suka jagongan di gardu di tempat orang nakal, karena ada kopi gratis boleh nyetel musik bebas," kata Gus Baha.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Berikut Ini Alasannya
Ia juga menyangka anak muda ini ada rasa canggung ketika datang ke tempat kiai atau orang soleh, karena banyak etika dan tatanan. Padahal hal ini menurutnya harus dihapuskan.
"Sementara sowan ke orang soleh harus banyak etika, banyak tatanan," ujarnya.
"Nah jangan-jangan mereka anak muda ini enggak tertarik kita, di tempat orang yang tidak soleh merasa dapat baiknya, sementara di kita orang alim enggak," ujarnya.
"Lah di sini sirnya, kenapa kiai-kiai alim itu sama anak-anak muda guyon santai itu awal dawah itu," katanya.
"Karena manusia itu pasti Al Insan Abdul Ihsan, manusia itu budaknya kebaikan," tambahnya.
Advertisement
Alasan Kiai Jawa Suka Mayoran atau Makan-Makan
Ia juga menyebutkan, tentang alasan banyak kiai Jawa sering mayoran, atau makan bersama.
"Kenapa kiai kiai Jawa itu suka nyuwunsewu mayoran, suka makan-makan," ujarnya.
Bagi Gus Baha hal semacam itu tidak perlu repot-repot dicari hukum dan dalilnya karena itu njlimet.
"Itu bukan terus mbok takoni iku sunahe Rasul piye? dalile piye? ini urusan daqoik sesuatu yang ngitung-itung sudah njlimet bukan tekstualis, ini sudah njlimet," tegas Gus Baha.
"Jangan sampai di tempat orang-orang yang nyuwunseu yang kurang baik itu makan-makan mayoran, ketemu wong soleh hanya minta ijazah," tandasnya.
Ia mengucapkan hal tersebut tidak ingin menyinggung siapa-siapa, hal tersebut hanya sebatas cerita dan teori.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul