Gus Baha Minta Jangan Sepelekan Tidur Malam dan Rebahan, Tetap Mulia Meski Tak Tahajud

Jangan remehkan orang yang rebahan dan tiduran, meski tidak tahajud, begini menurut Gus Baha.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mei 2024, 03:30 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2024, 03:30 WIB
Gus Baha 1
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang memanfaatkan malam hari untuk tidur dan memulihkan energi setelah beraktivitas seharian. Meski tidur adalah aktivitas umum di malam hari, sebagian orang kesulitan untuk tidur sehingga terpaksa begadang.

Hal ini mengundang berbagai pandangan tentang bagaimana waktu malam harus dihabiskan.

Malam hari, selain menjadi waktu istirahat, juga menjadi waktu istimewa untuk beribadah dan berdoa kepada Allah SWT. Banyak amalan sunnah yang dapat dikerjakan seperti sholat witir, sholat hajat, dan sholat tahajud. Namun, tidak semua orang tergerak untuk melakukan ibadah malam tersebut.

Beberapa orang memilih untuk bersantai atau rebahan, menikmati musik, menonton film, atau bermain game. Pilihan ini sering kali disebabkan oleh kelelahan tubuh setelah seharian beraktivitas, sehingga mereka merasa tidak mampu melaksanakan ibadah sunnah di malam hari.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, berpendapat bahwa orang yang menghabiskan malam dengan bersantai atau rebahan tetap harus bersyukur.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Tidur dan Rebahan, Setidaknya Tiudak Maksiat dan Mencuri

Ilustrasi sedang merasa malas, mager, rebahan
Ilustrasi sedang merasa malas, mager, rebahan. (Photo by Adrian Swancar on Unsplash)

Selama aktivitas tersebut tidak melanggar syariat, sesungguhnya mereka sedang meninggalkan maksiat, yang juga merupakan bentuk ibadah.

"Alhamdulillah, malam ini saya tidak berzina, tidak mencuri, tidak dugem," ujar Gus Baha, mencontohkan bentuk syukur sederhana atas terhindarnya seseorang dari perbuatan maksiat.

Sikap ini penting agar seseorang tidak merasa rendah diri saat melihat orang lain beribadah.

Menurut Gus Baha, terkadang Allah SWT memberikan hidayah-Nya melalui cara yang tidak disangka-sangka. Dengan melakukan hal-hal yang dibolehkan syariat dan menyenangkan hati, seseorang sebenarnya sedang berada dalam keadaan yang diridhai Allah, meski tidak melakukan ibadah malam.

Gus Baha juga mengutip penjelasan ulama yang berbunyi, "Setiap perkara mubah yang dilakukan, pasti di saat bersamaan ada perkara haram yang ditinggalkan."

Ini menunjukkan bahwa aktivitas mubah dapat menjadi sarana untuk menghindari maksiat.

Ulama Dahulu Senang Bercanda Semalaman

Sayid Said Agil Husin Al Munawwar, Gus Baha dan Gus Mus.
Sayid Said Agil Husin Al Munawwar, Gus Baha dan Gus Mus. (Sumber: Instagram/republik.santri)

"Makanya dulu banyak orang saleh yang semalaman bercanda, bukan karena ingin urakan, tapi untuk mengalahkan setan," ujar Gus Baha seperti dikutip dari Youtube @Santri Gayeng.

Menurutnya, ulama-ulama terdahulu menggunakan hal-hal yang menyenangkan untuk melawan godaan setan, seperti bercanda atau melakukan permainan yang dibolehkan.

Setan, lanjut Gus Baha, sangat senang jika melihat orang mukmin dalam keadaan susah. Kesusahan bisa membuat seseorang mengeluh dan pada akhirnya menggugat takdir Allah.

Oleh karena itu, aktivitas mubah yang membuat hati senang bisa menjadi cara efektif untuk menjauhkan diri dari godaan setan.

Selain itu, keyakinan bahwa setiap aktivitas mubah bisa menghindarkan seseorang dari maksiat juga mengajarkan kita untuk tidak merendahkan orang lain. Melihat seseorang rebahan dan tidak melakukan amalan sunnah tidak seharusnya membuat kita merasa lebih baik dari dirinya.

"Jangan sampai hanya karena melihat orang lain rebahan dan tidak melakukan amalan sunnah, lalu kita gegabah merasa lebih baik dari dirinya," kata murid Mbah maimoen Zubair ini.

Menurutnya hal ini penting untuk menjaga hati dari sikap sombong dan merendahkan orang lain, yang justru bisa menjadi bentuk maksiat tersendiri.

Dengan memahami bahwa aktivitas sederhana yang dibolehkan syariat juga memiliki nilai ibadah, kita bisa lebih bersyukur dan tidak mudah merendahkan orang lain. Sikap ini akan membuat kita lebih bijak dalam menilai diri sendiri dan orang lain, serta menjaga hati dari perasaan negatif.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya