Dikritik, Gus Baha Malah Berterima Kasih, Hikmahnya Begini

Sikap menerima kritik dengan positif juga merupakan bagian dari keagungan ajaran Islam yang diajarkan oleh para ulama dan Al-Quran.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jul 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2024, 16:30 WIB
Gus baha 22
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Ulama ahli tafsir Al-Qur'an, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, dalam ceramahnya mengungkapkan pentingnya keahlian ulama dalam menjelaskan keagungan Al-Quran.

Menurutnya, salah satu keagungan Al-Quran adalah kemampuannya memberikan penjelasan yang mencerahkan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran sebagai “Wal Kitabil Mubin” yang berarti kitab yang menjelaskan.

"Dulu itu di antara keagungan Al-Quran adalah keahliannya ulama memberi penjelasan. Sebab itu disebut Wal Kitabil Mubin, punya kemampuan mencerahkan," jelas Gus Baha, dinukil youtube kanal @takmiralmukmin.

Ia menambahkan bahwa ulama memiliki keahlian dalam membuat hal-hal yang sulit dipahami menjadi jelas dan masuk akal.

Gus Baha memberikan analogi dengan belajar kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, di mana hal-hal yang awalnya tidak masuk akal bisa menjadi masuk akal melalui penjelasan yang tepat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Ucapkan Terima Kasih jika Dikritik

Ilustrasi muslim, Islami, Iduladha, Idul Adha, terima kasih, bersyukur
Ilustrasi muslim, ucapkan terima kasih, bersyukur. (Image by freepik)

“Kalau kita belajar Ihya itu, hal yang tidak masuk akal itu menjadi masuk akal. Misalnya begini, orang itu kalau dirasani (digosipkan) harusnya senang karena itu artinya kamu diberitahu tentang dirimu,” ungkapnya.

Gus Baha kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa ketika seseorang dikritik dengan kesalahan yang nyata, bukan fitnah, seharusnya orang tersebut berterima kasih.

Ia memberikan contoh bagaimana seseorang seharusnya bereaksi jika diberi tahu ada bahaya pada dirinya.

“Kalau ada orang memberitahu saya, ‘Baha, di baju kamu ada kalajengking atau ada ular berbisa,’ kira-kira saya maturnuwun (terima kasih) apa nggak? Harusnya maturnuwun karena itu bahaya sekali kalau ada di tubuh saya,” jelasnya.

Menurut Gus Baha, kritik yang benar seharusnya dilihat sebagai sesuatu yang bermanfaat karena memberikan informasi penting tentang kesalahan yang bisa membahayakan di dunia dan akhirat.


Ini yang Seharusnya Dilakukan jika Dikritik

Ilustrasi kritik
Ilustrasi kritik. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

“Harusnya ketika orang itu dikritik dengan kesalahan yang nyata, bukan fitnah, kesalahannya nyata, kesalahan anda itu lebih mudir fi dunyaka wa akhiratik (bahaya di dunia dan akhirat), sekarang kamu menjadi tahu karena dikasih tahu. Harusnya maturnuwun sama yang ngasih tahu,” tegasnya.

Gus Baha mengajarkan bahwa menerima kritik dengan hati terbuka dan rasa syukur adalah sikap yang seharusnya dimiliki setiap orang.

Kritikan yang membangun dapat menjadi jalan untuk memperbaiki diri dan menghindari kesalahan yang lebih besar di masa depan.

Menurut Gus Baha bahwa ulama memiliki peran penting dalam menjelaskan dan mencerahkan umat melalui penafsiran Al-Quran dan ilmu agama lainnya.

Sikap menerima kritik dengan positif juga merupakan bagian dari keagungan ajaran Islam yang diajarkan oleh para ulama dan Al-Quran.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya