Liputan6.com, Jakarta - Rumus perbuatan dunia yang bernilai di akhirat menjelaskan bahwa setiap tindakan yang dilakukan dengan niat yang baik dan benar serta diiringi dengan doa dapat memiliki nilai yang abadi dan berdampak positif di akhirat.
Ini berarti bahwa tidak hanya tindakan besar dan ibadah yang memiliki pahala, tetapi juga aktivitas sehari-hari jika dilakukan dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
Pandangan Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang diunggah dalam sebuah tayangan YouTube di kanal @ratnasari_d3wi, menjelaskan bagaimana perbuatan dunia bisa mendapatkan nilai akhirat melalui doa.
Advertisement
"Untuk menjadikan perbuatan dunia punya nilai akhirat, maka Nabi memberikan rumus-rumusnya," ujarnya. Menurutnya, salah satu cara untuk mengaitkan perbuatan dunia dengan nilai akhirat adalah melalui doa.
"Dalam Islam, dari bangun tidur sampai tidur, setiap perbuatan kita itu pasti ada doanya," jelasnya.
Ini menunjukkan betapa pentingnya memasukkan doa dalam setiap aktivitas sehari-hari.
Menurut Ustadz Adi, salah satu doa yang sangat dianjurkan adalah dengan mengucapkan "Bismillahirrohmanirrohim" sebelum melakukan setiap perbuatan.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Jika Tak Hafal Doa-doa, Maka Cukup Ini
"Jika tidak tahu semua doanya, cukup katakan Bismillahirrohmanirrohim," katanya. Doa ini, menurutnya, memiliki kekuatan untuk menghubungkan setiap perbuatan dengan nilai akhirat.
Ia menjelaskan bahwa setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan kalimat tersebut tidak akan mendapatkan nilai akhirat.
"Setiap perbuatan baik yang dipandang baik oleh Allah yang tidak dimulai dengan Bismillahirrohmanirrohim, maka terputus nilai akhiratnya," tegasnya. Ini berarti, tanpa hal tersebut, pahalanya hanya akan terbatas pada dunia.
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa tanpa doa yang tepat, perbuatan baik hanya mendapatkan manfaat duniawi dan tidak memiliki nilai di akhirat.
"Cuman dapat dunia, pahalanya enggak ada," ujarnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memulai setiap aktivitas dengan doa agar mendapatkan keberkahan di dunia dan akhirat.
Advertisement
Ini Anjuran Baca Basmallah
Menukil Rumaysho.com, dalil anjuran membaca Basmalah
1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كُلُّ كَلَامٍ أَوْ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُفْتَحُ بِذِكْرِ اللهِ فَهُوَ أَبْتَرُ – أَوْ قَالَ : أَقْطَعُ –
“Setiap perkataan atau perkara penting yang tidak dibuka dengan dzikir pada Allah, maka terputus berkahnya.” (HR. Ahmad, 2: 359. )
2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam tabaqathnya)
3. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ كَلاَمٍ لاَ يُبْدَأُ فِيهِ بِ لْحَمْدُ لِلَّهِ فَهُوَ أَجْذَمُ
“Setiap pembicaraan yang tidak dimulai dengan ‘alhamdu’, maka berkahnya terputus.” (HR. Abu Daud, no. 4840; Ibnu Majah, no. 1894.)
4- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ أَمْرٍ ذِى بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيهِ بِالْحَمْدِ أَقْطَعُ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai di dalamnya dengan ‘alhamdu’, maka berkahnya terputus.” (HR. Ibnu Majah, no. 1894; Abu Daud, no. 4840.)
Sebagian ulama menghasankan hadits di atas, ada pula yang menshahihkannya. Yang menghasankan hadits tersebut adalah Imam Nawawi dan Ibnu Hajar. Sedangkan Ibnu Daqiq Al-‘Ied dan Ibnul Mulaqqin menyatakan bahwa hadits tersebut shahih.Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menyatakan bahwa secara makna hadits tersebut bisa diterima dan diamalkan karena Allah Ta’ala memulai kitab suci Al-Qur’an dengan bismillah. Begitu pula Nabi Sulaiman ‘alaihis salam menulis surat pada penguasa Saba’ dengan bismillah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml: 30)
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memulai suratnya pada Raja Heraklius dengan bismillah. Begitu pula kala berkhutbah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulainya dengan hamdu lillah dan memuji Allah Ta’ala.
Kebanyakan ulama tetap menganjurkan membaca bismillah untuk perkara yang penting. (Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab, no. 146079)
Dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah (8: 92) dinyatakan, para fuqaha sepakat bahwa membaca bismillah disyari’atkan untuk (memulai) setiap perkara penting, untuk hal ibadah atau lainnya.
Beberapa hal yang disebutkan dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah (8: 92) yang dianjurkan membaca bismillah di awalnya (karena sebagian dianjurkan dalam hadits diawali dulu dengan bismillah):
Memulai membaca Al-Qur’an dan dzikir.Naik perahu dan kendaraan.Masuk rumah, masuk masjid dan keluar dari rumah dan masjid.Menyalakan dan memadamkan lampu.Sebelum bersetubuh yang halal.Ketika imam naik mimbar.Ketika akan tidur.Masuk dalam shalat sunnah.Menutup wadah (bejana).Memulai menulis.Menutupi mata mayit dan memasukkannya dalam liang lahat.Meletakkan tangan ketika membaca doa (ruqyah) pada anggota tubuh yang sakit.
Disebutkan dalam kitab yang sama, bacaannya adalah “bismillah”, lengkapnya adalah “bismillahirrahmanir rahiim”. Jika lupa membaca bismillah atau meninggalkannya sengaja, maka tidak ada dosa untuknya. Namun jika dilakukan berpahala.
Imam Nawawi Al-Bantani menyatakan bahwa bismillah dibaca pada suatu perkara yang penting atau pada perkara mubah dan tidak termasuk dalam suatu yang haram atau makruh. Namun bismillah tidak untuk suatu perkara yang remeh seperti menyapu kotoran binatang, dan bacaan bismillah bukanlah sebagai bacaan dzikir seperti tahlil. (Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najaa, hlm. 26)
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul