Analogi Gus Baha soal Tawasul Kepada Nabi Muhammad SAW

Dalam konteks tawasul, Gus Baha menjelaskan bahwa tawasul kepada Nabi Muhammad SAW adalah bentuk usaha untuk mendapatkan ridha Allah melalui perantara orang yang sangat dicintai oleh Allah.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Agu 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2024, 10:30 WIB
Gus Baha (TikTok)
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, memberikan penjelasan mendalam mengenai konsep tawasul .

Dalam video tersebut, Gus Baha menjelaskan bagaimana tawasul kepada Nabi Muhammad SAW dapat dipahami dengan analogi yang sederhana namun penuh makna.

Gus Baha memulai penjelasannya dengan membandingkan tawasul dengan kebutuhan tubuh akan gizi. "Kamu ingin tubuh kamu sehat, butuh asupan gizi. Kemudian kamu makan kangkung, apa kamu cinta kangkung?" tanyanya.

Melalui analogi ini, Gus Baha ingin menekankan bahwa tujuan utama bukanlah cinta terhadap kangkung itu sendiri, tetapi cinta terhadap kesehatan tubuh.

Ia melanjutkan dengan menegaskan bahwa cinta yang sejati adalah cinta terhadap tujuan akhir, yaitu kesehatan itu sendiri. "Cinta kesehatan kamu sendiri," ujarnya, dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @GPDCorpSanggau, dikutip Rabu (28/08).

Dengan kata lain, saat kita mencari kesehatan, kita tidak hanya mencintai makanan yang mendukungnya, tetapi mencintai hasil akhir dari proses tersebut.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Penjelasan Gus Baha Gampang Dicerna

Ilustrasi doa, muslim, Islami
Ilustrasi berdoa dan bertawasul (Pixabay/SuleymanKarakas)

Dalam konteks tawasul, Gus Baha menjelaskan bahwa tawasul kepada Nabi Muhammad SAW adalah bentuk usaha untuk mendapatkan ridha Allah melalui perantara orang yang sangat dicintai oleh Allah.

"Karena orang tawasul sama Rasulullah, ia ingin dapat ridha Allah lewat orang yang dicintai Allah," jelasnya.

Gus Baha juga menegaskan bahwa tawasul bukanlah bentuk penyembahan kepada Nabi, melainkan bentuk penghormatan dan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui sosok yang sangat mulia.

"Tawasul adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui perantara yang dicintai-Nya," tambahnya.

Dengan analogi ini, Gus Baha berharap bahwa umat Islam dapat memahami bahwa tawasul adalah bagian dari ibadah dan usaha untuk mendapatkan keberkahan dari Allah.

"Ini adalah cara kita untuk mencari ridha Allah dengan menghormati dan mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW," katanya.

Melalui penjelasan ini, diharapkan umat Muslim dapat lebih memahami konsep tawasul dan bagaimana praktik ini dapat membantu mereka dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang benar.

Gus Baha memberikan wawasan yang bermanfaat bagi semua yang ingin memperdalam pemahaman tentang aspek spiritual dalam Islam.

 

Tawasul Menjadi Perdebatan

Ilustrasi Seseorang Sedang Meraih Pahala Ramadan dengan Berdoa dan Membaca Alquran
Ilustrasi Seseorang Ilustrasi berdoa dan bertawasul. (freepik)

Sementara, mengutip Nu Online, praktik tawasul menjadi topik diskusi yang tak pernah usai. Perdebatan mengenai tawasul terus berlanjut karena pihak-pihak yang terlibat memiliki pandangan yang berbeda. Secara umum, tawasul dianjurkan dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 35:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ

"Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Carilah wasilah kepada-Nya."

Tawasul adalah praktik doa di mana seseorang menyebut nama orang-orang saleh dalam doanya dengan harapan doa tersebut menjadi lebih istimewa dan diterima oleh Allah SWT. Berikut adalah dua lafal tawasul yang umum digunakan:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Allâhumma innî atawassalu ilaika binabiyyika muhammadin shallallâhu alaihi wa sallam.Artinya: “Ya Allah, aku bertawasul kepada-Mu melalui kemuliaan nabi-Mu, Nabi Muhammad SAW.”

يَا رَبِّ بِالمُصْطَفَى بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا وَاغْفِرْ لَنَا مَا مَضَى يَا وَاسِعَ الكَرَمِ

Yâ rabbi bil mushthafâ, balligh maqâshidanâ, waghfir lanâ mâ madhâ, yâ wâsi‘al karami.

Artinya: “Tuhanku, berkat kemuliaan kekasih pilihan-Mu Rasulullah, sampaikanlah hajat kami. Ampunilah dosa kami yang telah lalu, wahai Tuhan Maha Pemurah.”

Namun, praktik tawasul seperti ini sering disalahpahami. Beberapa orang mengharamkan tawasul karena menganggapnya sebagai bentuk kemusyrikan. Untuk menghindari kesalahpahaman dan potensi kemusyrikan, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki memberikan penjelasan rinci mengenai tawasul. Pandangan ini menjadi pijakan dan keyakinan paham Ahlussunah wal Jamaah, yaitu:

أولا: أن التوسل هو أحد طرق الدعاء وباب من أبواب التوجه إلى الله سبحانه وتعالى، فالمقصود الأصلي الحقيقي هو الله سبحانه وتعالى، والمتوسَّل به إنما هي واسطة ووسيلة للتقرب إلى الله سبحانه وتعالى، ومن اعتقد غير ذلك فقد أشرك

“Pertama, tawasul adalah salah satu cara doa dan salah satu pintu tawajuh kepada Allah SWT. Tujuan hakikinya adalah Allah. Sedangkan sesuatu yang dijadikan tawasul hanya bermakna jembatan dan wasilah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Siapa saja yang meyakini di luar pengertian ini tentu jatuh dalam kemusyrikan,” (Lihat Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Hasani Al-Maliki, Mafahim Yajibu an Tushahhah, Surabaya, Haiatus Shafwah Al-Malikiyyah).

Penjelasan ini membantu memahami bahwa tawasul merupakan bentuk usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan perantara, bukan sebagai pengganti atau penyembahan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya