Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah ceramah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menanggapi topik yang sedang hangat dibicarakan terkait pernyataan beberapa tokoh yang mengatakan bahwa seorang guru atau kiai tidak selalu benar.
Gus Baha tak terima dengan sebutan tersebut dan meluruskannya.
Gus Baha, yang dikenal sebagai ulama terkemuka Pengasuh Pondok Pesantren di Rembang merasa perlu memberikan klarifikasi mengenai pernyataan tersebut.
Advertisement
Dalam pandangannya, ada kesalahpahaman yang perlu diluruskan terkait kewajiban mengikuti ajaran seorang kiai.
Menurut Gus Baha, seperti dikutip kanal Youtube @SUDARNOPRANOTO pernyataan bahwa seorang kiai tidak selalu benar menunjukkan adanya pemahaman yang kurang tepat mengenai posisi dan peran seorang ulama dalam masyarakat.
Dalam Islam, pengajaran yang diberikan adalah bahwa selain Rasulullah Muhammad SAW, tidak ada yang maksum atau terjaga dari kesalahan. Konsep ini, yang merupakan bagian dari ajaran Islam, menekankan bahwa semua manusia, termasuk para kiai, bisa saja melakukan kesalahan.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Landasan Kiai, Al-Quran dan Sunnah
Gus Baha menegaskan bahwa sejak kecil, para santri sudah diajarkan bahwa hanya Nabi Muhammad SAW yang maksum. Konsep maksum menunjukkan bahwa hanya Nabi yang terjaga dari dosa dan kesalahan, sedangkan manusia biasa, termasuk kiai, tidak terhindar dari kemungkinan salah.
Oleh karena itu, menganggap bahwa kiai selalu benar juga pemahaman yang kurang tepat pula dan perlu diperbaiki.
Menurut Gus Baha, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita memahami ajaran agama dan bagaimana cara kita mengikuti nasihat para guru dan kiai dengan tetap berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah.
Dalam pandangannya, penting untuk memiliki pemahaman yang benar dan mendalam mengenai ajaran Islam agar tidak terjebak dalam kesalahan pemahaman yang bisa menyesatkan.
Gus Baha menambahkan bahwa menilai seorang kiai atau guru tidak hanya dari kesalahan yang mungkin dilakukan, tetapi juga dari kontribusinya dalam menyebarkan ilmu dan kebaikan.
Jika seorang kiai memberikan nasihat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka sudah seharusnya kita merujuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah untuk mendapatkan pencerahan.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menyinggung tentang pemahaman yang kurang tepat mengenai konsep "ihdinasiratal mustaqim," yang merupakan doa dalam Al-Qur'an untuk meminta petunjuk dari Allah.
Menurutnya, doa ini menunjukkan pentingnya mencari petunjuk yang benar dari Allah dan mengikuti ajaran yang sesuai dengan tuntunan-Nya.
Â
Advertisement
Pemahaman Agama Harus Benar
Gus Baha menegaskan bahwa pemahaman agama haruslah berdasarkan ilmu yang benar dan otoritatif. Sebagai umat Islam, kita tidak hanya mengikuti nasihat sembarangan, tetapi harus memastikan bahwa nasihat tersebut sesuai dengan ajaran yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat.
Ia juga mengingatkan bahwa memahami ajaran Islam dengan baik adalah tanggung jawab setiap Muslim. Dengan memahami ajaran agama secara mendalam, kita dapat terhindar dari pemahaman yang salah dan dapat menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam yang benar.
Gus Baha mengingatkan bahwa ajaran agama haruslah dijadikan panduan hidup yang tidak hanya diikuti secara tekstual, tetapi juga dipahami maknanya secara mendalam.
Dengan pemahaman yang benar, kita dapat menghindari kesalahan dan tetap berada di jalan yang benar.
Ia juga menekankan pentingnya belajar dari ulama yang terpercaya dan memiliki pemahaman yang mendalam mengenai agama.
Ulama yang baik akan selalu mengarahkan umat kepada ajaran Islam yang benar dan menjelaskan setiap permasalahan dengan referensi yang kuat.
Di akhir ceramahnya, Gus Baha mengingatkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan sebagai umat Islam kita harus saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan.
Menjadi seorang Muslim yang baik adalah dengan terus belajar dan memperbaiki diri berdasarkan ajaran Islam yang benar.
Dengan klarifikasi ini, Gus Baha berharap agar umat Islam dapat memahami dengan lebih baik mengenai peran dan posisi kiai, serta bagaimana seharusnya kita mengikuti ajaran agama dengan benar tanpa terjebak dalam pemahaman yang salah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul