Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan di dunia sering kali dianggap sebagai simbol kesuksesan dan prestasi, namun sesungguhnya bersifat sementara. Meskipun harta dan kekayaan dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan hidup, semuanya akan ditinggalkan ketika seseorang meninggal dunia.
Dalam ceramah terbaru yang diunggah di kanal YouTube @baliksisi, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan umat Islam untuk tidak merasa bangga dengan kekayaan duniawi.
Dalam pesan yang disampaikan, ia menekankan bahwa kekayaan di dunia tidak memiliki nilai abadi dan tidak dapat dibawa ke akhirat.
Advertisement
UAH memulai ceramahnya dengan pernyataan tegas tentang kefanaan kekayaan dunia.
"Maaf ya teman-teman, kalau kaya di dunia jangan bangga dulu karena selesai meninggal, kekayaan itu sudah selesai hilang," ujarnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Inilah Kehidupan Kekal
Menurutnya, kehidupan di dunia ini bersifat sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah kekal dan abadi.
Ia menjelaskan bahwa kekayaan dunia tidak akan memiliki nilai di akhirat. "Hidupnya sementara, kalau di akhirat kan abadi sifatnya, nggak ada meninggal lagi," kata Ustadz Adi.
Ini menggarisbawahi pentingnya memahami bahwa semua harta benda yang dimiliki tidak akan dibawa saat seseorang meninggal dunia.
UAH melanjutkan dengan penekanan bahwa tidak perlu khawatir jika seseorang merasa miskin di dunia. "Kalau anda misalnya fakir di akhirat, fakir terus, kalau kita kaya dunia dan disebut miskin dunia, nggak usah khawatir," jelasnya.
Dalam pandangan Ustadz Adi, status dunia tidak akan berpengaruh pada status akhirat.
"Kalau sudah meninggal, statusnya sama almarhum, tempatnya sama kali ke tanah, dan nggak ada yang dibawa," lanjutnya.
Ia menegaskan bahwa tidak ada satupun benda material seperti rumah, mobil, atau bahkan handphone yang akan diikutkan dalam proses penguburan.
Ustadz Adi mengajukan pertanyaan retoris yang menegaskan poinnya.
Advertisement
Tak Ada yang Dikubur Bareng Hartanya
"Ada yang meninggal dikuburkan dengan rumahnya, mobilnya, asetnya, bahkan handphone-nya?" tanyanya.
Jawabannya tentu saja tidak ada, mengingat semua harta duniawi ditinggalkan dan tidak dapat dibawa ke akhirat.
UAH juga mencatat bahwa sering kali orang-orang membuat wasiat untuk barang-barang tertentu. Namun, dalam praktiknya, semua benda tersebut tetap tertinggal di dunia.
"Pernah dengar ada orang bikin wasiat, ‘Sayang kalau Papah wafat, kuburkan dengan handphone ini,’” ujarnya, sambil menjelaskan bahwa ini adalah hal yang tidak mungkin terjadi.
Pentingnya introspeksi dan memikirkan kehidupan akhirat menjadi fokus utama dalam ceramah ini.
"Kalau anda miskin urusan akhirat, miskin selamanya. Kalau kaya, kaya selamanya," kata Ustadz Adi, menunjukkan betapa pentingnya memperhatikan kehidupan setelah mati.
UAH menambahkan bahwa orang yang bertakwa sering merasa takut akan masalah di akhirat. "Makanya orang takwa itu takut kalau ke akhirat punya masalah," ucapnya.
Ustadz Adi menjelaskan bahwa kesadaran ini mendorong orang untuk sering beristigfar dan memohon ampunan Allah.
Dengan penekanan pada pentingnya kehidupan akhirat, Ustadz Adi mengingatkan umat untuk lebih fokus pada amalan ibadah dan kebaikan yang akan bermanfaat di hari kiamat.
"Sering dia istighfar," ujarnya, menyarankan agar umat terus berdoa dan memohon ampunan untuk memperbaiki keadaan spiritual mereka.
Ceramah ini adalah pengingat yang kuat tentang ketidakabadian harta dunia dan pentingnya mempersiapkan kehidupan setelah mati. Ustadz Adi menutup ceramahnya dengan harapan agar umat Islam selalu ingat akan tujuan akhir mereka dan tidak terlalu terikat pada kekayaan duniawi.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul