Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, seorang ulama ahli tafsir Al-Qur'an, memberikan nasihat sederhana namun dalam tentang cara agar seseorang tidak menjadi orang yang hasud atau iri hati.
Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha menyampaikan pentingnya menjaga hati dari perasaan dengki terhadap nikmat yang dimiliki orang lain.
Dalam ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @azofficialid, Gus Baha menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama timbulnya perasaan hasud adalah kebiasaan melihat kehidupan orang lain secara berlebihan.
Advertisement
Menurutnya, ketika seseorang terlalu sering memperhatikan nikmat yang dimiliki orang lain, ia bisa tergoda untuk merasa iri.
"Kamu jangan sering melihat orang lain yang mungkin secara akhir dapat nikmat lebih tinggi dari Anda," kata Gus Baha.
Gus Baha melanjutkan, apabila seseorang tidak mampu mengelola hatinya, maka perasaan iri dan hasud dapat muncul. Hal ini bisa berdampak pada hilangnya rasa syukur.
"Kalau kamu gak bisa ngelola hati, kamu bisa hasud, bisa dengki, paling gak kamu bisa gak syukur," tambah Gus Baha. Nasihat ini mengingatkan pentingnya menjaga hati dan pandangan agar tidak terjebak dalam perasaan negatif.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Hindari Hal Ini
Dalam ceramah tersebut, Gus Baha mengajak umat Islam untuk membatasi pandangan terhadap hal-hal yang bisa memicu perasaan iri. Ia menekankan bahwa pandangan yang berlebihan terhadap nikmat orang lain hanya akan menimbulkan ketidakpuasan dalam diri sendiri.
"Sudahlah, mata kamu itu kamu batasin, jangan melihat sesuatu yang potensinya bisa menjadikan kamu tidak syukur," ujarnya.
Menurut Gus Baha, rasa syukur adalah kunci utama untuk menghindari perasaan hasud. Dengan bersyukur atas nikmat yang dimiliki, seseorang tidak akan mudah merasa iri terhadap nikmat orang lain.
Ia juga menambahkan bahwa syukur adalah bentuk pengakuan terhadap karunia Allah yang sudah diberikan kepada setiap individu. "Syukur itu kuncinya, supaya kita tidak mudah iri dan dengki," katanya.
Gus Baha juga menekankan bahwa setiap orang memiliki rezeki dan nikmat yang berbeda-beda sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk menerima dengan lapang dada apapun yang sudah Allah tetapkan.
"Setiap orang punya rezekinya masing-masing, jangan terlalu sibuk memikirkan rezeki orang lain," ucapnya.
Dalam ceramah tersebut, Gus Baha memberikan contoh konkret bagaimana perasaan iri bisa merusak kehidupan seseorang.
Menurutnya, orang yang terus-menerus merasa iri dan hasud tidak akan pernah merasa puas dengan kehidupannya sendiri. "Orang yang hasud itu gak pernah puas, selalu merasa kurang, padahal Allah sudah memberikan banyak nikmat," tegasnya.
Â
Advertisement
Fokus Pada yang Dimiliki
Lebih lanjut, Gus Baha mengajak umat Islam untuk lebih fokus pada apa yang sudah mereka miliki, daripada terus-menerus melihat apa yang dimiliki orang lain.
Menurutnya, cara ini akan membantu seseorang untuk tetap bersyukur dan menjaga hati dari perasaan negatif. "Fokuslah pada apa yang kamu punya, itu akan membuat kamu lebih tenang dan bersyukur," tuturnya.
Selain itu, Gus Baha juga mengingatkan bahwa nikmat yang dimiliki orang lain seringkali hanya terlihat lebih baik dari luar, padahal setiap orang memiliki ujiannya masing-masing. Oleh karena itu, tidak ada gunanya iri terhadap orang lain.
"Kadang nikmat orang lain hanya terlihat lebih baik dari luar, padahal setiap orang punya ujiannya sendiri," ujarnya.
Gus Baha juga menekankan pentingnya berprasangka baik terhadap takdir Allah. Menurutnya, apapun yang diberikan Allah kepada seseorang, itulah yang terbaik untuk dirinya.
"Berprasangka baiklah terhadap takdir Allah, apapun yang Allah berikan, itu yang terbaik untukmu," katanya.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga memberikan motivasi bagi umat Islam untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah dan amal baik. Dengan begitu, seseorang akan lebih fokus pada dirinya sendiri dan tidak mudah tergoda untuk merasa iri terhadap orang lain.
"Tingkatkan ibadah dan amalmu, itu akan membuat hatimu lebih tenang," nasihatnya.
Di akhir ceramahnya, Gus Baha mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari membandingkan diri dengan orang lain, tetapi dari kemampuan untuk bersyukur atas apa yang dimiliki.
"Kebahagiaan itu datang dari rasa syukur, bukan dari membandingkan diri dengan orang lain," tutupnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul