Banyak Amal Tak Bisa Jamin Masuk Surga, Ini yang Dibutuhkan Menurut Gus Baha

Gus Baha a mengingatkan agar umat Islam tidak terlalu sombong dengan amalnya dan selalu berharap pada syafaat Nabi Muhammad SAW.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2024, 08:30 WIB
Gus Baha 2
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, memberikan pesan mendalam yang langsung menyentuh hati para pendengarnya.

Dalam sebuah kesempatan, ia menjelaskan hal-hal yang sering kali kita lupakan saat berbicara tentang jalan menuju surga. Menurutnya, perjalanan menuju surga bukan hanya soal mengandalkan amal, namun lebih dari itu, ada peran syafaat Rasulullah SAW.

Gus Baha menegaskan bahwa manusia seharusnya menyadari bahwa amal ibadah yang kita lakukan sering kali tidak cukup untuk membawa kita ke surga.

Hal ini disampaikan Gus Baha dalam video yang diunggah di kanal YouTube @Pengaosangusbaha, yang sudah ditonton oleh ribuan orang. Video tersebut menggugah para pendengar untuk memahami aspek spiritual di balik ibadah sehari-hari.

Di dalam video tersebut, Gus Baha menyampaikan bahwa meskipun seseorang memiliki banyak amal, namun amal tersebut belum tentu menjamin surga.

“Kita nanti masuk surga itu ngandalkan syafaat Rasulullah SAW,” jelas Gus Baha. Beliau menekankan bahwa manusia perlu menyadari keterbatasan amalnya dalam mencapai rahmat Allah SWT, dan pentingnya syafaat Nabi.

Lebih lanjut, Gus Baha menyebutkan bahwa ada banyak orang yang mungkin merasa telah melakukan banyak amal, seperti berdakwah, berpidato, atau rajin tahlilan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kalau Pakai Amal Berat, Paling Pakai Jalur Syafaat Nabi Muhammad SAW

Surat Nabi Muhammad SAW Sebut Muslim Harus Lindungi Umat Nasrani
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW | Via: istimewa

Namun, baginya, hal-hal ini tidak selalu menjadi jaminan. “Kalau amal kita ndak cukup, amal pidato ya disangoni,” tambahnya. Bagi Gus Baha, amal yang dilakukan sekadar formalitas sering kali tidak membawa dampak yang diharapkan.

Ia juga menyampaikan bahwa sebagian orang melakukan ibadah hanya untuk dilihat orang lain. Ada yang menangis saat berdoa atau berdzikir di hadapan umum, namun tidak demikian saat di rumah.

Menurut Gus Baha, semestinya tangisan dan rasa khusyuk itu datang dari hati yang ikhlas, bukan untuk dipamerkan. “Nangis ndak di depan umum, nak neng omah, neng omah or pati iso nangis,” ujar Gus Baha.

Gus Baha juga menyinggung soal mengaji yang semangat jika disaksikan banyak orang, tetapi saat sendiri malah lesu atau mengantuk. Baginya, amal yang baik adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas tanpa memikirkan siapa yang menyaksikan.

Ngaji ning omah ngontak, ngantuk, enggak meyakinkan,” katanya. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya ketulusan dalam setiap perbuatan.

Gus Baha menekankan bahwa ikhlas dalam amal adalah kunci yang penting. Amal yang dipaksakan, hanya untuk terlihat religius di hadapan orang lain, tidak akan memberikan dampak spiritual yang sesungguhnya. “Amal kita semua ini ndak menyakinkan,” ujarnya. Tanpa ketulusan, amal hanya menjadi rutinitas tanpa makna.

Menurut Gus Baha, pada akhirnya yang menentukan seseorang masuk surga atau tidak adalah syafaat Rasulullah SAW. “Yang meyakinkan itu syafaat Rasulillah SAW,” jelasnya. Ia mengingatkan agar umat Islam tidak terlalu sombong dengan amalnya dan selalu berharap pada syafaat Nabi Muhammad SAW.

 

Jadikan Syafaat Tujuan Akhir

Bisa melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpi
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)

Dalam pandangannya, manusia tidak seharusnya merasa cukup dengan amal yang dimiliki. Gus Baha menjelaskan bahwa sebesar apapun usaha manusia dalam beribadah, tetap ada kekurangan. Ia berpendapat bahwa rahmat Allah SWT melalui syafaat Rasulullah-lah yang bisa menutupi kekurangan tersebut.

Selain itu, Gus Baha menyampaikan bahwa mencintai Nabi Muhammad SAW dan meneladani kehidupannya adalah salah satu cara untuk memperoleh syafaatnya. “Syafaat Rasulullah itu menjadi harapan terbesar kita,” tambahnya. Melalui rasa cinta dan penghormatan terhadap Nabi, manusia diharapkan mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

Pesan ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk tidak terjebak pada formalitas ibadah. Menurutnya, beribadah bukan soal bagaimana dilihat orang, tetapi bagaimana menghadirkan ketulusan hati. Gus Baha ingin para pendengarnya menyadari bahwa semua amal harus diarahkan pada upaya untuk memperoleh ridha Allah SWT.

Gus Baha juga mengajak umat Islam untuk menjadikan syafaat Rasulullah SAW sebagai tujuan akhir dari setiap amal. Ia berpesan agar setiap umat Islam menyadari bahwa tidak ada yang lebih utama dari rahmat dan kasih sayang Allah SWT yang datang melalui syafaat Nabi.

Dengan pesan tersebut, Gus Baha berharap umat Islam bisa menjalankan ibadah dengan lebih tulus, tanpa mengharapkan pujian dari manusia. Bagi Gus Baha, setiap amal akan lebih berarti jika didasari ketulusan yang mendalam dan harapan akan syafaat Nabi Muhammad SAW.

Ajakan Gus Baha ini menjadi pengingat bahwa agama bukan sekadar ritual, melainkan hubungan batin yang kuat antara manusia dan Sang Pencipta.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya