Akal Sehat Menurut Al-Qur'an, Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Menurut UAH, akal sehat adalah akal yang mengenal penciptanya, Allah SWT. Akal sehat bukan hanya akal yang pintar memberikan rumusan untuk fisik, tetapi akal yang tahu untuk apa ia diciptakan.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Des 2024, 22:30 WIB
Diterbitkan 05 Des 2024, 22:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH). (YT Adi Hidayat Official)
Ustadz Adi Hidayat (UAH). (YT Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Secara umum akal sehat merupakan kemampuan manusia untuk berpikir logis, memahami situasi secara objektif, dan mengambil keputusan berdasarkan penalaran yang rasional.

Akal sehat menjadi fondasi dalam menjalani kehidupan yang harmonis, karena ia memungkinkan seseorang untuk memilah mana yang benar dan salah, serta menilai konsekuensi dari setiap tindakan.

Konsep akal sehat sering kali menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan pandangan mendalam mengenai hal ini dalam sebuah ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @amalsunnah. Dalam penjelasannya, UAH merujuk kepada Al-Qur'an sebagai pedoman utama untuk memahami akal sehat.

Menurut UAH, akal sehat adalah akal yang mengenal penciptanya, Allah SWT. "Akal sehat bukan hanya akal yang pintar memberikan rumusan untuk fisik, tetapi akal yang tahu untuk apa ia diciptakan," tegas UAH dalam ceramahnya. Ia mengingatkan bahwa akal diberikan Allah untuk mengenal kebesaran-Nya dan menjalankan fungsi sesuai kehendak Sang Pencipta.

Penjelasan ini dikuatkan dengan ayat dalam Surat Ali Imran Ayat 190: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal.”

Menurut UAH, ayat ini menegaskan bahwa akal sehat adalah akal yang mampu merenungi tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Akal Sebenarnya Diciptakan untuk Mengenal Allah SWT

Manfaat Bermain Piano, Bagus untuk Melatih Kecerdasan Akademik Anak (pexels)
Ilustrasi akal dan daya ingat pada otak (Foto dok : pexels/pixabay).

Dalam ceramah tersebut, UAH menambahkan bahwa akal sehat harus mampu memahami tujuan penciptaannya. Sebagaimana tubuh memiliki fungsi tertentu seperti tangan untuk bergerak, mulut untuk berbicara, dan telinga untuk mendengar, akal juga memiliki fungsi yang harus dijalankan. “Akal diciptakan untuk mengenal Allah dan memahami perintah-Nya,” ujar UAH.

Surat Ali Imran Ayat 191 juga menjadi rujukan UAH dalam menjelaskan pentingnya akal sehat. Ayat tersebut berbunyi: “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.'”

Menurut UAH, ayat ini mengajarkan bahwa akal sehat adalah akal yang senantiasa digunakan untuk mengingat Allah, merenungi ciptaan-Nya, dan memahami tujuan hidup. Akal seperti inilah yang disebut Al-Qur'an sebagai akal yang sehat.

Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa akal sehat tidak hanya sekadar berpikir logis, tetapi juga melibatkan aspek spiritual. “Akal yang sehat adalah akal yang selalu ingat kepada Allah. Ia tahu penciptanya dan menjalankan fungsinya sesuai dengan kehendak-Nya,” tambah UAH.

Dalam tafsir Kementerian Agama RI, Surat Ali Imran Ayat 190-191 dijelaskan sebagai ajakan untuk mengenal kebesaran Allah melalui penciptaan alam semesta. Langit, bumi, dan pergantian malam dan siang menjadi bukti kebesaran Allah yang hanya dapat dipahami oleh akal yang sehat.

UAH juga mengingatkan agar akal tidak disalahgunakan. Ia menekankan pentingnya menjaga akal tetap fokus pada tujuan penciptaannya, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Menurutnya, banyak orang yang memiliki kemampuan berpikir cemerlang tetapi tidak menggunakan akalnya untuk mengenal Allah.

Dalam ceramahnya, UAH juga mengkritik pandangan yang menyamakan akal sehat dengan kecerdasan intelektual semata. Ia menegaskan bahwa akal sehat harus mencakup kemampuan untuk mengenal Allah dan memahami hakikat kehidupan. “Kecerdasan tanpa keimanan adalah kesia-siaan,” katanya.

Jaga Akal Sehat, Karena Anugerah Terbesar

Ilustrasi otak manusia, mengidap empty sella syndrome
Ilustrasi otak manusia. (Image by kjpargeter on Freepik)

Selain itu, UAH menyebutkan bahwa akal yang sehat harus mampu membimbing pemiliknya untuk menjalani hidup sesuai ajaran Islam. Ia mencontohkan bagaimana akal dapat digunakan untuk merenungi tanda-tanda kebesaran Allah, seperti pergantian siang dan malam, penciptaan manusia, serta fenomena alam lainnya.

Ceramah ini mengajak umat Islam untuk merenungi apakah akal yang dimiliki sudah digunakan sesuai dengan kehendak Allah. UAH menekankan pentingnya memperbaiki pola pikir agar sesuai dengan ajaran Al-Qur'an.

Penjelasan UAH ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat karena relevansinya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan akal sehat, setiap individu diharapkan mampu mendekatkan diri kepada Allah dan menjalani hidup dengan lebih bermakna.

Melalui ceramahnya, UAH menekankan bahwa akal sehat adalah anugerah Allah yang harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ia mengajak umat Islam untuk terus menggunakan akal dalam merenungi ciptaan Allah dan meningkatkan keimanan kepada-Nya.

Pesan yang disampaikan UAH ini menjadi pengingat bagi semua orang untuk tidak hanya menggunakan akal untuk kepentingan duniawi, tetapi juga untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, akal sehat dapat menjadi alat yang membawa manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pada akhirnya, UAH menyimpulkan bahwa akal sehat menurut Al-Qur'an adalah akal yang selalu ingat kepada Allah, mengenal kebesaran-Nya, dan menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan penciptaannya. Penjelasan ini menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja yang ingin memahami makna akal sehat dalam perspektif Islam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya