Liputan6.com, Jakarta - Perbincangan tentang kehadiran polisi wanita atau polwan di Indonesia memang sudah lama menjadi bagian dari dinamika sosial dan hukum. Namun, siapa sangka, ulama kharismatik dari Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, pernah memiliki pandangan kritis terkait hal ini.
Dalam sebuah pengajian, Gus Baha mengaku pernah mempertanyakan bahkan sempat memprotes kehadiran polwan di lingkungan kepolisian.
Advertisement
Gus Baha menceritakan bahwa saat itu dirinya masih sangat kuat dalam memegang pemahaman fikih secara tekstual, sehingga menganggap pekerjaan sebagai polisi adalah tugas yang seharusnya diemban oleh laki-laki.
Advertisement
Menurut Gus Baha, secara tradisional, tugas-tugas berat seperti menangkap penjahat, melakukan penggeledahan, atau tugas lapangan yang menuntut fisik tinggi, biasanya identik dengan laki-laki.
Cerita menarik ini disampaikan Gus Baha dalam sebuah pengajian, dimana videonya dikutip dari kanal YouTube @Kangreds.
Dalam pengajian tersebut, Gus Baha mengungkapkan bahwa awalnya ia merasa sangat aneh melihat adanya polisi wanita. Ia bahkan menyebutnya sebagai 'protes' kepada pihak kepolisian.
Â
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Penjelasan soal Keberadaan Polwan
Namun, pemahaman Gus Baha mulai berubah ketika ia mendapatkan penjelasan langsung dari seorang anggota polisi yang menjelaskan alasan kenapa polwan sangat dibutuhkan.
"Kadang-kadang, orang nakal itu menyembunyikan narkoba di alat kelamin wanita," kata Gus Baha menirukan penjelasan dari polisi tersebut.
Penjelasan tersebut membuka pandangan Gus Baha bahwa ada kebutuhan yang sangat penting yang tidak bisa diatasi jika hanya melibatkan polisi laki-laki.
Menurut Gus Baha, jika semua anggota kepolisian hanya laki-laki, tentu akan muncul banyak persoalan dalam proses penggeledahan terhadap perempuan yang terindikasi sebagai pelaku kejahatan.
"Kalau semua polisi laki-laki seperti jenengan itu kan masalah," tutur Gus Baha mengutip kata-kata dari polisi yang menjelaskannya saat itu.
Gus Baha pun akhirnya memahami bahwa keberadaan polwan bukan hanya soal keterlibatan perempuan dalam dunia kerja, tetapi juga menyangkut aspek hukum dan etika yang berkaitan dengan jenis kelamin.
Ia menambahkan bahwa kasus penyelundupan narkoba oleh perempuan yang disembunyikan di area sensitif tubuh memang kerap terjadi dan membutuhkan polwan untuk mengatasinya.
Advertisement
Polwan Salah Satu Solusi Syariat
Tanpa kehadiran polwan, akan sangat sulit bagi aparat penegak hukum untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan syariat maupun prosedur hukum yang berlaku.
Gus Baha lantas menyadari bahwa Islam tidak pernah melarang perempuan berperan aktif di tengah masyarakat selama dalam batasan yang diperbolehkan syariat.
Dalam konteks ini, kehadiran polwan justru menjadi bagian dari solusi syariat yang mencegah fitnah, menjaga kehormatan perempuan yang diperiksa, sekaligus melindungi petugas laki-laki dari situasi yang memberatkan.
Gus Baha juga menekankan bahwa dalam fiqih klasik memang belum ada pembahasan langsung terkait profesi modern seperti polwan, tetapi substansi syariat tetap bisa diterapkan sesuai kebutuhan zaman.
Ulama asal Rembang tersebut juga mengajak umat Islam agar tidak terburu-buru dalam menilai sesuatu hanya dari kacamata tekstual tanpa memahami konteks sosial dan maslahat yang ada.
Menurut Gus Baha, salah satu ciri ajaran Islam yang sempurna adalah mampu menjawab tantangan zaman tanpa mengabaikan nilai-nilai pokok yang telah diajarkan.
Ia mengajak para santri dan jamaah untuk terbiasa membuka diri, tidak mudah bersikap kaku dalam menilai fenomena baru yang muncul di tengah masyarakat.
Gus Baha mengingatkan, banyak hal yang dulu dianggap aneh atau tidak biasa, justru saat ini menjadi solusi penting bagi kemaslahatan umat, termasuk kehadiran polisi wanita.
Pengalaman Gus Baha ini menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang tentang pentingnya memahami syariat Islam dengan cara yang bijak, adil, dan sesuai konteks kebutuhan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
