Tanda Kiamat yang Jarang Disadari, Memudarnya Ilmu dan Menyebarnya Kebodohan

Di antara tanda kiamat yang sering terabaikan oleh manusia adalah memudarnya ilmu dan tersebarnya kebodohan yang menyebabkan kesesatan.

oleh Putry Damayanty diperbarui 14 Des 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 14 Des 2024, 09:30 WIB
ciri kiamat kubra
ciri kiamat kubra ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta - Petunjuk mengenai terjadinya kiamat telah dijelaskan dalam Al-Qur'an dan hadis. Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah SWT, QS. Gafir ayat 59 yang berbunyi:

اِنَّ السَّاعَةَ لَاٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَا ۖوَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Artinya: "Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman."

Al-Qur'an memuat banyak ayat yang menggambarkan peristiwa kiamat, baik secara langsung maupun melalui tanda-tanda yang akan muncul.

Namun, salah satu tanda kiamat yang mungkin belum kita sadari saat ini adalah mulai memudarnya ilmu dan meluasnya kebodohan. Lantas, bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Berikut ulasannya dirangkum dari laman almanhaj.or.id.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Hilangnya Ilmu dan Menyebarnya Kebodohan

Ajang untuk Mengevaluasi Diri
Ilustrasi Muslimah Credit: shutterstock.com

Di antara tanda-tanda kiamat adalah hilangnya ilmu dan menyebarnya kebodohan. Dijelaskan dalam ash-Shahiihain dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ

‘Di antara tanda-tanda Kiamat adalah hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan.’”

Al-Bukhari meriwayatkan dari Syaqiq, beliau berkata, “Aku pernah bersama ‘Abdullah dan Abu Musa, keduanya berkata, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيهَا الْعِلْمُ

‘Sesungguhnya menjelang datangnya hari Kiamat akan ada beberapa hari di mana kebodohan turun dan ilmu dihilangkan.’”

Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ

‘Zaman saling berdekatan, ilmu dihilangkan, berbagai fitnah bermunculan, kebakhilan dilemparkan (ke dalam hati), dan pembunuhan semakin banyak.’”

Ibnu Baththal berkata, “Semua yang terkandung dalam hadis ini termasuk tanda-tanda Kiamat yang telah kita saksikan secara jelas, ilmu telah berkurang, kebodohan nampak, kebakhilan dilemparkan ke dalam hati, fitnah tersebar dan banyak pembunuhan.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari ungkapan itu dengan perkataannya, “Yang jelas, sesungguhnya yang beliau saksikan adalah banyak disertai adanya (tanda Kiamat) yang akan datang menyusulnya. Sementara yang dimaksud dalam hadis adalah kokohnya keadaan itu hingga tidak tersisa lagi keadaan yang sebaliknya kecuali sangat jarang, dan itulah isyarat dari ungkapan “dicabut ilmu”, maka tidak ada yang tersisa kecuali benar-benar kebodohan yang murni. Akan tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan adanya para ulama, karena mereka saat itu adalah orang yang tidak dikenal di tengah-tengah mereka." 

Diwafatkannya Para Ulama

Ilustrasi muslim, Islami, mengaji
Ilustrasi muslim, Islami, mengaji. (Image by rawpixel.com on Freepik)

Dicabutnya ilmu terjadi dengan diwafatkannya para ulama. Dijelaskan dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan men-jadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.’”

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadis ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu dalam hadis-hadis terdahulu yang mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah pembawanya meninggal, dan manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemutus hukum yang memberikan hukuman dengan kebodohan mereka, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.”

Kurangnya Pemahaman Terhadap Ilmu Agama

Santri.
Ilustrasi para santri sedang mengaji.

Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu Al-Qur'an dan As-Sunnah, ia adalah ilmu yang diwariskan dari para Nabi alaihimussalam, karena sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan dengan kepergian (wafat)nya mereka, maka hilanglah ilmu, matilah sunnah-sunnah Nabi, muncullah berbagai macam bid’ah dan meratalah kebodohan.

Adapun ilmu dunia, maka ia terus bertambah, ia bukanlah makna yang dimaksud dalam berbagai hadis. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW:

فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.”

Kesesatan hanya terjadi ketika bodoh terhadap ilmu agama. Para ulama yang sebenarnya adalah mereka yang mengamalkan ilmu mereka, memberikan arahan kepada umat, dan menunjuki mereka jalan kebenaran dan petunjuk, karena sesungguhnya ilmu tanpa amal adalah sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan akan menjadi musibah bagi pemiliknya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya