Kisah Nyata Gus Baha, Pernah Digeruduk Orang Gara-Gara Nasihatkan Hal Ini

Protes keras dilontarkan kepada Gus Baha, yang memberikan nasihat tersebut

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jan 2025, 01:30 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2025, 01:30 WIB
Gus Baha tiktok
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang Jawa Tengah, dikenal sebagai sosok yang penuh dengan hikmah dan sering memberikan ceramah yang mengundang gelak tawa para jamaahnya.

Namun, di balik cerita-cerita ringan dan menghibur, Gus Baha juga menyampaikan banyak pelajaran hidup yang dalam. Salah satu kisah yang pernah diceritakan oleh Gus Baha adalah tentang dirinya yang pernah diamuk atau digrudug oleh banyak orang.

Kisah ini diawali ketika Gus Baha menceritakan pengalaman seseorang yang memiliki tanah atau tegalan hanya satu bidang. Orang  tersebut memiliki tujuh anak yang semuanya tergolong dalam keadaan ekonomi yang kurang mampu. Dengan nada humor, Gus Baha menyebutkan, “Anak pitu alhamdulillah fekir kabeh,” yang langsung disambut tawa dari jamaah yang hadir.

Orang tua tersebut, meski sudah tergolong sepuh dan cukup religius, merasa bingung dengan masalah hartanya yang terbatas, apalagi dengan banyaknya anak yang harus diperhatikan. Ia curhat kepada Gus Baha tentang kondisinya dan bagaimana ia merasa tidak dapat membagi hartanya yang hanya satu bidang tanah itu dengan tujuh anaknya.

Gus Baha mendengarkan dengan seksama dan memberikan masukan kepada orang tua tersebut. “Tanah satu bidang ini jika dibagi tujuh (warisan-red), maka hasilnya tidak akan cukup. Jadi, saya sarankan untuk menjual tanah tersebut agar bisa digunakan untuk berhaji,” ujar Gus Baha, mengingatkan bahwa keputusannya untuk berhaji adalah keputusan yang religius dan bermanfaat.

Setelah mendengar nasihat tersebut, orang tua tersebut pun memutuskan untuk menjual tanahnya dan menggunakan hasil penjualan untuk biaya ibadah haji. Keputusan ini diambil dengan niat tulus untuk mendapatkan berkah dari Allah, meskipun harus mengorbankan warisan untuk anak-anaknya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Gus Baha Digeruduk Orang Gara-Gara Ini

Haji
ilustrasi ibadah Haji

Namun, tidak lama setelah keputusan tersebut diambil, anak-anak dari orang tua itu datang dengan wajah yang penuh protes. Mereka merasa kecewa karena tanah satu-satunya yang mereka harapkan bisa dibagi, justru dijual oleh orang tua mereka. Protes keras dilontarkan kepada Gus Baha, yang memberikan nasihat tersebut.

Seorang anak dari orang tua tersebut berkata dengan penuh keluh kesah, “Oalah Gus, Gus tanah satu bidang saja malah dijual Gus. Kita-kita anaknya mau dapat apa?” Pertanyaan itu pun membuat suasana menjadi tegang, namun Gus Baha tetap tenang dan menjawab dengan penuh kebijaksanaan.

Gus Baha kemudian dengan santai menjawab protes anak tersebut, “Wong saya kiai, saya jawab, kalian dapatnya pahala untuk surga kalian.” Jawaban tersebut langsung disambut tawa oleh jamaah yang hadir, mengingatkan mereka akan pentingnya memahami esensi dari pengorbanan dan niat yang tulus dalam setiap perbuatan.

Di tengah tawa jamaah, Gus Baha menambahkan dengan penuh kebijaksanaan, “Kalau tanah satu dibagi tujuh, malah tidak cukup, lalu jadi apa?” Pernyataan ini menjadi refleksi bagi semua orang yang hadir bahwa kadang dalam kehidupan, kita harus memilih antara apa yang terlihat sebagai kepentingan duniawi dan apa yang lebih bermanfaat untuk kehidupan akhirat.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa meskipun anak-anak tersebut mungkin merasa kecewa dengan keputusan orang tua mereka, namun yang lebih penting adalah niat baik orang tua tersebut untuk beribadah dan mencari ridho Allah. Ia mengingatkan bahwa keputusan tersebut bukanlah semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk mendapatkan berkah yang lebih besar di akhirat.

Kisah ini tidak hanya mengandung unsur humor, tetapi juga mengandung banyak pelajaran tentang pentingnya niat, pengorbanan, dan cara melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih luas. Gus Baha mengajak jamaah untuk selalu memandang setiap keputusan dengan bijaksana, terutama yang berkaitan dengan keluarga dan harta benda.

Harusnya Anak Memahami Keinginan Orang Tua

cara pembagian harta warisan
Ilustrasi pembagian harta warisan ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

Gus Baha menambahkan bahwa dalam hidup ini, kadang kita dihadapkan pada pilihan yang sulit antara memenuhi kebutuhan duniawi atau berfokus pada hal-hal yang lebih utama dalam kehidupan spiritual. Ia menekankan bahwa tujuan hidup seorang Muslim adalah mencari ridho Allah dan mendapatkan surga sebagai tempat yang abadi.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa meskipun protes dari anak-anak tersebut dapat dimaklumi, namun mereka seharusnya memahami bahwa orang tua mereka telah berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Keputusan untuk berhaji, menurut Gus Baha, adalah keputusan yang penuh dengan nilai spiritual yang lebih besar daripada hanya sekedar masalah harta dan warisan.

Dalam ceramahnya, Gus Baha juga mengingatkan kepada semua yang hadir untuk selalu memprioritaskan kepentingan akhirat di atas kepentingan duniawi. Ia mengajak umat Islam untuk tidak terjebak dalam keinginan untuk mengumpulkan harta atau warisan yang berlimpah, karena pada akhirnya yang lebih penting adalah amal ibadah yang diterima oleh Allah.

Kisah ini juga menjadi pengingat bagi semua orang tua untuk selalu mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya pengorbanan dan niat yang baik. Sebagai orang tua, kita harus memberi contoh yang baik kepada anak-anak kita tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup ini dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa kadang kita harus menerima kenyataan bahwa tidak semua keinginan atau harapan kita dapat tercapai dalam hidup ini. Namun, jika kita selalu mengutamakan ridho Allah dalam setiap langkah kita, maka Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita, baik di dunia maupun di akhirat.

Di akhir ceramahnya, Gus Baha mengajak jamaah untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, dengan senantiasa menjaga niat dan tujuan hidup kita. Ia mengingatkan bahwa meskipun hidup penuh dengan ujian dan tantangan, kita harus tetap yakin bahwa setiap keputusan yang diambil dengan niat baik dan penuh keikhlasan akan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah.

Kisah ini menjadi pelajaran yang berharga bagi setiap orang yang mendengarnya, bahwa dalam hidup ini, kita harus selalu memprioritaskan hal-hal yang membawa kita lebih dekat kepada Allah, meskipun terkadang keputusan tersebut tidak mudah dan tidak selalu diterima oleh orang lain.

Akhirnya, Gus Baha menutup ceramahnya dengan sebuah pesan sederhana namun dalam maknanya, “Kalian setuju saja maka mendapatkan ganjaran surga, hahaha,” yang kembali mengundang tawa dari jamaah, namun juga memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya niat yang tulus dalam setiap langkah hidup.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya