Liputan6.com, Cilacap - Salah satu tujuan Allah memberikan rezeki kepada manusia untuk keberlangsungan seseorang menjalani kehidupan di dunia. Salah satu rezeki yang diberikan Allah SWT kepada manusia ialah harta benda.
Selain itu, penting juga mengetahui maksud atau tujuan utama Allah SWT menitipkan rezeki untuk manusia.
Advertisement
Hal ini yang diungkap pendakwah muda Muhammadiyah, yaitu Ustadz Adi Hidayat (UAH) tentang tujuan utama Allah SWT memberikan rezeki atau harta benda kepada manusia.
Advertisement
Baca Juga
Pastinya anugerah istimewa ini tidak untuk flexing atau pamer kekayaan di medsos yang kerap dilakukan oleh manusia dewasa ini.
Simak Video Pilihan Ini:
Tujuan Manusia Diberikan Harta Benda
Menurut Ustadz Adi Hidayat, harta yang dititipkan Allah SWT kepada seseorang itu bukan untuk pamer. Sebab hahikatnya harta itu bukan milik kita. Jadi jangan bangga lalu dipamerkan.
“Jadi kalau Allah titipkan harta benda itu bukan buat pamer,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @nurislami, Rabu (08/01/2025).
“Jangan bangga dengan titipan, yang punya harta Allah," imbuhnya.
UAH menegaskan bahwa maksudnya kita memiliki harta benda sejatinya untuk kepentingan ibadah kepada Allah SWT.
Namun, saat manusia khilaf dan menyangka harta ini miliknya apalagi dipamerkan tentu saja sangat mudah bagi Allah SWT untuk melenyapkan dan memindahkan kepemilikannya kepada orang lain.
“Dititipkan pada Anda, supaya anda bisa ibadah dengan harta itu," ujarnya.
“Mudah bagi Allah mencabutnya, dipindahkan pada orang lain,” tandasnya.
Advertisement
Kisah Allah Membenamkan Harta Qarun ke dalam Bumi
Merangkum NU Online, Qarun ialah manusia kaya raya yang merupakan putra paman atau sepupu Nabi Musa ‘alaihissalam. Pasalnya, Nabi Musa ‘alaihissalam sendiri adalah putra ‘Imran, sedangkan ‘Imran adalah putra Qahits. Dengan kata lain, Qarun masih satu kakek dengan Nabi Musa ‘alaihissalam, yakni kakek Qahits.
Namun, di balik kekayaannya, Qarun seorang sosok sombong dan gemar pamer kemegahan. Itu pula yang dikisahkan dalam ayat berikut ini,
“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya.” Para ulama tafsir menjelaskan, Qarun keluar dengan baju mewah diiring dengan tiga ratus gadis berbaju merah dan 4 ribu kendaraan kuda. Tak heran iring-iringan Qarun itu mengundang decak kagum mereka yang gandrung terhadap harta kekayaan, sebagaimana yang terekam ayat Al-Quran, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar,” (QS. Al-Qashash [28]: 79).
Tak hanya itu, Qarun juga seorang kaya raya yang sangat kikir dan menolak mengeluarkan zakat. Hal itu seperti yang diungkap oleh Ibnu Abbas. Disebutkan, ketika datang perintah zakat, Nabi Musa ‘alaihissalam pergi menemui Qarun dan memerintahnya mengeluarkan zakat sebesar satu dinar dari setiap seribu dinar hartanya, satu dirham dari setiap seribu dirham, satu kambing dari setiap seribu kambing, dan seterunya.
Setelah Qarun menghitung seluruh hartanya, ternyata jumlah zakatnya sangat besar. Kekikiran dan kegandrungannya pun mulai menghalangi hatinya untuk mengeluarkan zakat.
Akibat kesombongan dan kekikirannya, Qarun pun ditenggelamkan ke dalam bumi. Demikian seperti yang diungkap dalam Al-Quran.
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (diri),” (QS. Al-Qashash [28]: 81). Kala itu, Allah menurunkan wahyu kepada Musa ‘alaihissalam untuk memerintah bumi apa pun yang diinginkannya. Begitu Nabi Musa ‘alaihissalam datang dengan wajah sangat marah, barulah Qarun merajuk, “Wahai Musa, sayangilah aku.” Sementara Nabi Musa ‘alaihissalam tak bergeming.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul