Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang, selalu punya cara unik dan humoris dalam menyampaikan pesan keagamaan. Salah satu ceritanya yang mengundang gelak tawa adalah tentang seseorang yang sangat fanatik ingin meninggal di hari Jumat.
Gus Baha menceritakan, di suatu desa ada seorang kiai yang sangat terobsesi meninggal di hari Jumat karena meyakini keutamaan wafat di hari tersebut. Obsesi ini begitu kuat hingga menjadi bahan pembicaraan sehari-harinya.
Advertisement
"Wonten niku kiai fanatik luar biasa. Kalau mendengar ada orang meninggal di hari Jumat, keinginannya luar biasa," ujar Gus Baha sambil tersenyum, dikutip dari kanal YouTube @ngajigusbahaaa.
Advertisement
Namun, Gus Baha punya cara unik untuk membantu kiai tersebut agar tidak terlalu fanatik terhadap hari wafat. Ia memulai dengan menceritakan kisah orang-orang yang wafat di hari selain Jumat.
Gus Baha mengisahkan ada seseorang yang sangat ingin meninggal di hari Jumat, namun ternyata wafat di hari Senin. Mendengar cerita ini, sang kiai malah berubah haluan ingin meninggal di hari Senin.
"Iya, Gus, kalau begitu doakan saya meninggal di hari Senin," ucap kiai tersebut, seperti ditirukan Gus Baha.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Gonta Ganti Keinginannya Gara-Gara Gus Baha
Tak berhenti di situ, Gus Baha kembali bercerita bahwa ada tokoh ulama dunia yang wafat di hari Selasa. Mendengar cerita itu, kiai tersebut langsung berubah pikiran lagi.
"Kalau begitu, Gus, doakan saya meninggal di hari Selasa," ujarnya dengan penuh semangat, seperti dituturkan Gus Baha.
Namun, Gus Baha kembali menimpali dengan kisah lain bahwa Imam Bukhari, salah satu ulama besar perawi hadis, wafat di hari Sabtu.
Mendengar cerita itu, sang kiai mulai kebingungan. Ia merasa tak ada hari tertentu yang benar-benar lebih istimewa untuk meninggal.
"Akhire bingung, wis Gus, nak ngono sak mati-matine wae," ujar sang kiai, membuat para jamaah tertawa terbahak-bahak.
Gus Baha menjelaskan bahwa kematian adalah rahasia Allah. Tidak ada yang bisa memastikan hari atau waktu tertentu untuk meninggal, dan terlalu fanatik terhadap hal itu hanya akan membuat seseorang terjebak pada hal yang tidak esensial.
Advertisement
Pesan Kematian dari Gus Baha
Melalui cerita ini, Gus Baha menyampaikan pesan bahwa yang terpenting bukanlah hari meninggalnya seseorang, melainkan amal ibadah dan persiapan untuk bertemu dengan Sang Khalik.
"Yang penting itu amalnya, bukan harinya," tegas Gus Baha, mengingatkan jamaah untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting.
Sebagai penutup, Gus Baha bercanda bahwa yang terpenting adalah jangan meninggal ketika orang sedang sarapan.
"Sing penting ojo pas wong lagi sarapan. Hahahaha," ujar Gus Baha, disambut gelak tawa jamaah.
Cerita sederhana ini menggambarkan bagaimana Gus Baha mampu mengemas pesan keagamaan dengan cara yang ringan dan menghibur. Ia mengajarkan bahwa fanatisme berlebihan, bahkan dalam hal agama, bisa mengalihkan fokus dari hal yang lebih esensial.
Dengan gaya santai dan penuh humor, Gus Baha mengajak jamaah untuk selalu bersikap tenang dalam menjalani kehidupan. Pesan-pesan seperti ini membuat ceramah Gus Baha selalu dinantikan oleh banyak orang.
Kisah ini juga menjadi pengingat bahwa kematian adalah misteri yang tidak bisa ditebak. Yang bisa dilakukan hanyalah mempersiapkan diri dengan amal kebaikan dan ketakwaan.
Melalui kisah tersebut, Gus Baha menunjukkan bahwa agama bukanlah sesuatu yang kaku. Ia penuh warna dan bisa disampaikan dengan cara yang menyenangkan.
Ceramah Gus Baha seringkali mengajak orang untuk lebih berpikir reflektif sambil tetap merasa terhibur. Ini adalah salah satu kekuatan dakwahnya yang membuatnya dicintai banyak kalangan.
Sebagai penutup, Gus Baha menegaskan bahwa rahmat Allah tak mengenal waktu atau tempat. Yang terpenting adalah bagaimana setiap hamba mempersiapkan diri dengan amal yang terbaik.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul