Mengelap Air setelah Wudhu, Apakah Membatalkan Wudhunya? Simak Baik-Baik Ustadz Adi Hidayat

Menurut UAH, mengelap bagian tubuh setelah wudhu diperbolehkan dan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap keabsahan wudhu itu sendiri. Hal ini masuk ke dalam kategori perkara yang tidak berkaitan langsung dengan ibadah yang telah ditunaikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jan 2025, 11:30 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2025, 11:30 WIB
UAH
Ustadz adi Hidayat (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Praktik wudhu dalam Islam memiliki berbagai aturan dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Salah satu hal yang sering ditanyakan adalah hukum mengusap atau mengelap bagian tubuh setelah berwudhu. Penceramah asal Banten, Ustadz Adi Hidayat (UAH), memberikan penjelasan lengkap terkait hal ini.

Penceramah muda ini kerap membahas persoalan-persoalan fiqih untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada umat.

Penjelasan terkait hukum mengusap atau mengelap air wudhu ini dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @AdiHidayatOfficial. Menurut UAH, mengelap bagian tubuh setelah wudhu diperbolehkan dan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap keabsahan wudhu itu sendiri. Hal ini masuk ke dalam kategori perkara yang tidak berkaitan langsung dengan ibadah yang telah ditunaikan.

"Kalau Anda mengelap air wudhu, itu tidak masalah. Hal ini tidak ada kaitan langsung dengan ibadah yang telah ditunaikan, kecuali jika ada perbuatan yang membatalkan ibadah tersebut," jelas UAH.

Ia memberikan contoh situasi yang dapat membatalkan wudhu, seperti keluarnya sesuatu dari tubuh setelah berwudhu. Dalam kasus ini, wudhu harus diulang karena ada hal yang jelas membatalkan.

Selain itu, UAH juga menjelaskan tentang perkara makruh yang berkaitan dengan wudhu dan sholat. Contohnya adalah mengonsumsi makanan yang memiliki bau tidak sedap, seperti jengkol atau pete, sebelum sholat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Tidak Membatalkan, Bahkan Jadi Kebutuhan Kondisional

cara wudhu
ilustrasi wudhu ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

"Memakan makanan tertentu dengan bau yang kuat bisa menjadi makruh jika baunya mengganggu kekhusyukan sholat. Bahkan, dalam kondisi tertentu, hal ini dapat dianggap membatalkan jika mempengaruhi keadaan ibadah secara signifikan," tambahnya.

Contoh lain yang disebutkan adalah memakan daging unta setelah berwudhu. UAH menjelaskan bahwa ada pendapat ulama yang menyatakan hal ini dapat membatalkan wudhu, tergantung pada kondisi spesifik seperti cara masak yang menghasilkan bau kuat.

Namun, jika bau tersebut tidak ada atau sudah diminimalkan, hal ini tidak mempengaruhi wudhu. Membersihkan gigi atau berkumur juga dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan saat beribadah.

Kembali pada hukum mengusap atau mengelap air wudhu, UAH menegaskan bahwa ini merupakan tindakan yang diperbolehkan. Bahkan, dalam beberapa situasi, mengelap air wudhu dapat menjadi kebutuhan yang kondisional.

"Misalnya, Anda harus masuk ke ruangan untuk menghadiri rapat. Dalam situasi seperti ini, mengelap air wudhu yang masih menempel di tubuh sangat diperbolehkan agar sesuai dengan kondisi," jelasnya.

UAH juga membahas pandangan sebagian orang yang memilih membiarkan air wudhu meresap sebagai bentuk perasaan spiritual. Hal ini, menurut UAH, tidak memiliki dasar hukum syariat yang kuat, melainkan hanya bersifat rasa atau simbolis.

Namun, ia menegaskan bahwa keutamaan wudhu terletak pada hikmah dan dampak positif yang dihasilkan, baik secara fisik maupun spiritual. Wudhu yang dilakukan dengan benar mampu melahirkan kebersihan lahir dan batin.

Penjelasan Cahaya Orang Berwudhu

cara ambil wudhu
Ilustrasi Wudhu ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

"Wudhu memberikan dampak positif yang melahirkan cahaya atau aura kebaikan. Ini yang kemudian disebut sebagai cahaya yang akan menerangi di hari kiamat," ungkap UAH.

Cahaya yang dimaksud tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencerminkan kebaikan yang terpancar dari kebersihan hati dan perbuatan yang baik.

Menurutnya, wudhu juga memiliki makna simbolis sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi Allah dalam ibadah. Kebersihan fisik menjadi salah satu cara untuk menciptakan suasana batin yang tenang dan khusyuk.

UAH menekankan pentingnya memahami hukum-hukum wudhu dengan benar agar ibadah menjadi lebih bermakna. Pemahaman yang baik akan membantu umat Islam menghindari keraguan dalam beribadah.

Islam, menurut UAH, memberikan fleksibilitas dalam menjalankan ibadah, termasuk dalam perkara yang sifatnya mubah seperti mengelap air wudhu. Hal ini menunjukkan bahwa agama ini sangat memperhatikan kenyamanan umatnya.

Selain memberikan penjelasan tentang hukum mengelap air wudhu, UAH juga mengajak umat untuk memaksimalkan wudhu sebagai cara untuk menyucikan diri secara menyeluruh.

"Wudhu adalah bagian dari ibadah yang memberikan manfaat besar, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, lakukan dengan baik dan pahami hikmahnya," pesannya.

Kajian ini menjadi pengingat bahwa wudhu tidak hanya tentang ritual, tetapi juga tentang bagaimana menjaga kebersihan fisik dan spiritual. Dengan wudhu yang benar, seorang Muslim dapat meraih kekhusyukan dalam sholat dan keberkahan dalam kehidupan.

Penjelasan UAH memberikan panduan yang jelas bagi umat Islam untuk memahami hukum-hukum terkait wudhu. Dengan pemahaman yang mendalam, ibadah dapat dilakukan dengan lebih yakin dan tenang.

Wudhu adalah salah satu bentuk persiapan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah. Keutamaan ini hendaknya dimanfaatkan dengan baik agar memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari dan akhirat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya