Liputan6.com, Cilacap - Pernikahan ialah ikatan sakral yang menyebabkan halalnya berhubungan badan. Dalam rumah tangga hubungan antara suami dan istri itu harus mesra dan romantis.
Namun, lain halnya dengan KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) yang menilai jika ada suami yang mesra kepada istri, apalagi sampai berlebihan justru menaruh rasa curiga.
Jika ada suami yang terlalu mesra kepada istrinya justru membuat Gus Baha marah kepadanya.
Advertisement
Baca Juga
“Kalau ada santri alumni kok mesra sama istrinya, sering sowan ke rumah saya bareng istrinya, mesti saya marahi,” ujarnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Xpmedia31, Selasa (21/01/2025).
Simak Video Pilihan Ini:
Lupa kepada Ibunya
Gus Baha menduga, saat ada suami yang sangat mesra kepada istrinya ini justru ada hal yang salah di baliknya. “Mesti itu tidak benar, kok mesranya seperti itu,”
“Gus Kok bisa?” kata Gus Baha menuturkan pertanyaan salah seorang yang penasaran.
Lebih dalam Gus Baha mengatakan bahwa jika hal itu terjadi, bisa dipastikan ia (suami) telah lupa kepada ibunya.
Kebahagiaan yang sejatinya harus dibagikan kepada ibunya meskipun telah menikah. Jika ada indikasi over alias berlebihan semacam itu maka dipastikan ia tidak lagi berbagi kebahagiaan dengan ibunya.
“Orang yang terlalu mesra sama istrinya itu mesti kamu lupa ibumu,” terangnya.
“Jatahnya amal ibumu untuk membeli beras, habis untuk bedak istrimu, pasti,” ujarnya.
Advertisement
Kewajiban Anak Laki-Laki Menafkahi Ibunya Meskipun Telah Menikah
Menukil islampos.com, masalah menafkahi, hal ini seringkali menjadi pemicu konflik dalam keluarga. Siapakah yang harus didahulukan oleh suami? Kebutuhan istri dan anak-anak atau kebutuhan ibunya? Islam memang mewajibkan seorang suami untuk menafkahi istri secara lahir dan batin.
Dan jika kebutuhan pokok istri telah tercukupi, suami harus memenuhi kebutuhan ibunya. Ingatlah bahwa seorang anak tidak boleh menelantarkan ibunya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist:
Diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah ﷺ, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” (HR. Muslim)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Q.S Luqman:14)
Perintah untuk berbuat baik dan merawat orang tua telah dituliskan secara jelas dalam Al-Quran. Sebagai seorang anak, kita wajib merawat orang tua yang telah lanjut usia. Jangan malah mengirimkannya ke panti jompo.
Perlakukan orang tua dengan baik, sayangi mereka, berikan tempat tinggal yang layak. Apabila kondisi mereka sudah lemah dan tidak ada yang merawatnya, cobalah berbicara dengan istri untuk mengajak orang tua tinggal bersama-sama dalam satu rumah.
Seorang istri yang melarang suaminya memberikan nafkah kepada mertua, maka perbuatan itu bisa jadi memicu dosa. Namun apabila ia turut merelakannya insyaAllah rezeki suaminya bertambah dan ia memperoleh pahala.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
