Kisah Rasulullah Cemburu kepada Nabi Sulaiman yang Mukjizatnya 'Wah', Diceritakan Gus Baha

Rasulullah pernah bertanya kepada Allah, mengapa dirinya tidak diberikan mukjizat seperti para nabi sebelumnya

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Feb 2025, 08:30 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2025, 08:30 WIB
Gus Baha AI
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Setiap nabi memiliki keistimewaan dan mukjizat masing-masing yang diberikan oleh Allah. Nabi Sulaiman AS, misalnya, dianugerahi kemampuan mengendalikan angin dan memahami bahasa hewan. Namun, di balik semua itu, ada sebuah kisah menarik tentang bagaimana Rasulullah pernah merasa cemburu terhadap mukjizat yang dimiliki Nabi Sulaiman AS.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, membahas kisah ini dalam salah satu ceramahnya. Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang, Gus Baha kerap memberikan perspektif unik dalam memahami sejarah para nabi.

"Nabi itu pernah cemburu. Ya Allah, saya ini sama-sama Rasul, tapi kok kurang ‘wow’ gitu," ujar Gus Baha dalam ceramahnya yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @PenaKitab-g4i.

Gus Baha melanjutkan, Rasulullah melihat bagaimana Nabi Sulaiman AS diberikan kemampuan luar biasa. Dengan izin Allah, Nabi Sulaiman bisa bepergian ke mana saja dengan mengendarai angin, tanpa perlu alat transportasi seperti jet atau kendaraan lainnya.

Selain itu, beberapa nabi lain juga diberikan mukjizat yang luar biasa. Nabi Musa AS, misalnya, memiliki tongkat yang bisa membelah lautan. Nabi Isa AS diberikan kemampuan menyembuhkan orang sakit bahkan menghidupkan orang mati dengan izin Allah.

Melihat semua itu, Rasulullah pernah bertanya kepada Allah, mengapa dirinya tidak diberikan mukjizat seperti para nabi sebelumnya. Namun, jawaban dari Allah justru membuka pemahaman yang lebih mendalam tentang nikmat yang lebih besar.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Nikmat Keseharian, Inilah Mukjizat Terbesar Nabi Muhammad SAW

Mukjizat Nabi Sulaiman (sumber : beritaku.id)
Mukjizat Nabi Sulaiman (sumber : beritaku.id)... Selengkapnya

Allah mengingatkan Rasulullah tentang perjalanan hidupnya sejak kecil. Saat masih kecil, Rasulullah adalah seorang yatim yang kemudian diasuh oleh pamannya. Dalam perjalanannya, ia juga tidak langsung memahami Al-Qur'an, tetapi Allah sendiri yang membimbingnya hingga menjadi utusan yang sempurna.

Tak hanya itu, Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah dulunya hidup dalam kesederhanaan dan kemudian mendapatkan keberkahan dalam rezeki serta kehidupan yang semakin baik seiring waktu.

Melalui kisah ini, Gus Baha menekankan bahwa mukjizat yang diberikan kepada Rasulullah bukan dalam bentuk kekuatan fisik atau kendali terhadap alam, tetapi dalam bentuk nikmat keseharian yang lebih abadi dan bermakna.

Dulu Rasulullah tidak memiliki harta, tetapi kemudian Allah melimpahkan rezeki kepadanya. Dulu beliau belum menikah, lalu Allah memberikan pasangan yang mendampinginya. Dulu tidak memiliki rumah, lalu Allah memberinya tempat tinggal yang penuh berkah.

Dengan kata lain, nikmat yang lebih besar daripada mukjizat luar biasa adalah nikmat kehidupan sehari-hari yang sering kali tidak disadari oleh manusia. Ini adalah pesan yang penting bagi setiap Muslim agar lebih mensyukuri hal-hal kecil dalam hidup.

Sering kali manusia terlalu terpaku pada hal-hal besar yang dimiliki orang lain dan merasa kurang bersyukur atas apa yang telah diberikan kepadanya. Padahal, nikmat yang paling berharga justru sering kali hadir dalam bentuk yang sederhana.

Rasulullah sendiri akhirnya memahami bahwa nikmat keseharian yang diberikan kepadanya jauh lebih berharga daripada sekadar kemampuan mengendalikan angin atau berbicara dengan hewan.

Gus Baha menekankan bahwa kisah ini menjadi pelajaran penting bagi umat Islam agar tidak mudah merasa kurang atau iri terhadap orang lain. Setiap orang memiliki rezeki dan keistimewaan masing-masing yang telah ditetapkan oleh Allah.

Pelajaran dari Kisah Ini

Ilustrasi lafaz Nabi Muhammad saw.
Ilustrasi lafaz Nabi Muhammad SAW. (Photo by Ahmet Kürem on Unsplash)... Selengkapnya

Jika seseorang merasa iri dengan kehidupan orang lain yang tampak lebih sukses atau lebih beruntung, cobalah untuk melihat kembali nikmat yang sudah diterima dalam hidup sendiri.

Allah memberikan setiap orang keistimewaan yang berbeda-beda, dan tugas manusia adalah mensyukuri serta memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Gus Baha juga menegaskan bahwa dalam kehidupan modern, banyak orang yang sering membandingkan dirinya dengan orang lain tanpa menyadari betapa banyak nikmat yang telah diterimanya.

Sebagian orang mungkin menginginkan kekayaan yang lebih besar, padahal mereka sudah diberikan kesehatan yang jauh lebih berharga. Ada juga yang merasa kurang dalam hal pekerjaan, padahal mereka memiliki keluarga yang harmonis.

Dari kisah Rasulullah dan Nabi Sulaiman ini, umat Islam diajak untuk memahami bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Tidak ada satu standar kebahagiaan yang bisa diterapkan untuk semua orang.

Syukur adalah kunci utama dalam menjalani hidup. Dengan bersyukur, seseorang akan lebih mudah merasakan kebahagiaan dan ketenangan batin.

Melalui ceramahnya, Gus Baha mengajak setiap Muslim untuk lebih fokus pada nikmat yang telah diberikan oleh Allah daripada terus melihat apa yang dimiliki orang lain.

Pada akhirnya, kebahagiaan tidak ditentukan oleh seberapa besar atau hebat sesuatu yang dimiliki, tetapi seberapa dalam rasa syukur yang tertanam di dalam hati.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya