Liputan6.com, Jakarta - Menyekolahkan anak ke pesantren Qur'an adalah keputusan besar yang diambil banyak orang tua. Namun, ada hal yang lebih penting dari sekadar memasukkan anak ke lembaga tahfidz, yaitu niat yang mendasarinya.
Ustadz Adi Hidayat menyoroti pentingnya niat yang lurus saat orang tua memilih pesantren Qur'an untuk anak-anak mereka. Menurutnya, jika niatnya tidak benar, maka hasil yang didapat juga tidak akan maksimal.
Advertisement
"Maaf Ibu dan Bapak, Anda yang menyekolahkan anaknya di pesantren Qur'an niatnya apa? Kalau niatnya untuk dunia, Allah kasih dunia. Nanti akan ditemukan hanya untuk dikesankan anak saya sudah hafidz, hanya untuk membangun kesan bahwa anak saya sekolah di sekolah Islam," jelas Ustadz Adi Hidayat dalam ceramah yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @ratnasari_d3wi.
Advertisement
Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menegaskan bahwa tujuan utama memasukkan anak ke pesantren Qur'an haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Jika niatnya hanya sebatas kebanggaan atau pencitraan sosial, maka manfaat yang didapat bisa menjadi semu.
Menurutnya, ada banyak orang tua yang ingin anaknya terlihat religius, namun lupa bahwa pendidikan Qur'an seharusnya membentuk akhlak dan kecintaan kepada Allah.
"Banyak yang hanya ingin tampilan luar saja, ingin anaknya disebut penghafal Al-Qur'an, tapi tidak memperhatikan apakah anaknya benar-benar memahami dan mengamalkan isinya," tambahnya.
Lebih lanjut, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa Al-Qur'an bukan hanya untuk dihafal, tetapi juga untuk dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak hanya menghafal tanpa memahami maknanya, maka tujuan utama dari pendidikan Qur'an tidak akan tercapai.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Jangan Sekadar Hafal, tapi Begini Baiknya
"Jangan sampai anak sekadar hafal, tapi tidak mengerti bagaimana mengamalkannya dalam kehidupan," ujarnya.
Dalam perspektif Islam, niat memiliki peran yang sangat besar. Setiap amal dinilai berdasarkan niatnya, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad.
Karena itu, Ustadz Adi Hidayat mengajak para orang tua untuk meluruskan niat sejak awal sebelum memasukkan anak ke pesantren Qur'an.
Jika niatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencetak generasi Qur'ani yang berakhlak mulia, maka keberkahan akan datang dengan sendirinya.
Namun, jika niatnya hanya untuk dunia, maka hasil yang didapat pun hanya sebatas dunia, tanpa ada nilai ibadah yang hakiki.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa mendidik anak dengan Al-Qur'an bukan hanya tugas pesantren, tetapi juga tanggung jawab orang tua di rumah.
"Jangan serahkan semuanya kepada pesantren, orang tua juga harus terlibat dalam pendidikan anak," tegasnya.
Interaksi orang tua dengan anak dalam pembelajaran Al-Qur'an di rumah akan memberikan dampak besar terhadap perkembangan spiritual anak.
Advertisement
Kawal Proses Pembelajarannya
Jika anak melihat bahwa orang tuanya juga menghormati dan mengamalkan Al-Qur'an, maka semangat mereka untuk memahami dan menjalankan isi Al-Qur'an akan semakin kuat.
Sebaliknya, jika di rumah mereka melihat ketidakkonsistenan, maka hafalan yang mereka pelajari di pesantren bisa saja tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam kehidupan mereka.
Selain niat yang benar, Ustadz Adi Hidayat juga menekankan pentingnya memilih pesantren yang benar-benar mengajarkan pemahaman Qur'an secara komprehensif.
Pendidikan Qur'an yang baik tidak hanya menekankan hafalan, tetapi juga tafsir, fiqih, dan akhlak sehingga anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang memahami serta mengamalkan ajaran Islam.
"Pilihlah pesantren yang tidak hanya fokus pada hafalan, tapi juga mengajarkan bagaimana cara memahami dan mengamalkan Qur'an dalam kehidupan," sarannya.
Dengan niat yang lurus dan pendidikan yang benar, anak-anak tidak hanya menjadi penghafal Qur'an, tetapi juga generasi yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Orang tua yang benar-benar menginginkan keberkahan dari pendidikan Qur'an untuk anaknya harus terus mengawal proses pembelajaran, bukan sekadar menyerahkan semuanya kepada lembaga pendidikan.
Jika sejak awal niat sudah benar, maka hasilnya pun akan lebih berkah dan bermanfaat, baik bagi anak, keluarga, maupun masyarakat luas.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul