Liputan6.com, Jakarta - Di tengah banyaknya perdebatan soal kesuksesan lulusan pesantren, muncul pertanyaan mengapa banyak alumni pondok yang dianggap tidak berhasil secara materi.
Menanggapi hal ini, santri kesayangan Syaikhana KH Maimoen Zubair KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, memberikan jawaban yang mendalam.
Advertisement
“Eh jadi begini ya, masalah pendidikan ini kalau saya jawab pakai ilmu hakikat saja, karena ini keahlian saya,” ujar Gus Baha dalam ceramahnya.
Advertisement
Dalam tayangan video di kanal YouTube @gondelanulama, yang dikutip Liputan6.com Gus Baha menegaskan bahwa anggapan sukses atau tidaknya seseorang sering kali bersifat subjektif.
Menurutnya, dalam banyak kasus, orang hanya mengenalkan lulusan pondok yang sukses, sementara yang tidak sukses tidak diperbincangkan.
"Saya punya tetangga dari pondok yang Anda sebut itu, kebetulan gak sukses semua. Itu jan tonggo saya sampai ngeluh, ‘Saya ini gimana kok begini ya gus?’ Ya sudah seperti itu, kan subjektif," ujarnya.
Ia menekankan bahwa hasil pendidikan tidak bisa dinilai hanya dari pencapaian materi atau jabatan tertentu.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Uwais Al Qarni
Dalam pandangan Islam, sukses tidak selalu diukur dengan pekerjaan bergaji besar atau jabatan prestisius.
Seseorang yang hidup sederhana, namun tetap istiqomah dalam ibadah dan memiliki tanggung jawab terhadap keluarga, bisa jadi jauh lebih mulia di sisi Allah.
Gus Baha mengutip kisah Uwais Al-Qarni, seorang laki-laki yang tidak dikenal luas pada zamannya, namun dipuji Rasulullah.
Uwais adalah seorang yang hidup miskin dan tidak memiliki jabatan tinggi, tetapi sangat berbakti kepada ibunya yang lumpuh.
Saat banyak orang berlomba-lomba untuk bertemu Rasulullah, Uwais justru tidak bisa, karena ibunya melarangnya pergi. Karena harus merawat ibunya yang sakit.
Namun justru karena baktinya itu, Rasulullah menyebutnya sebagai manusia yang luar biasa.
"Sebagus-bagusnya zaman, itu zaman yang ada Uwais Al-Qarni," tegas Gus Baha.
Dari kisah ini, ia ingin menegaskan bahwa sukses dalam Islam tidak selalu identik dengan duniawi, tetapi juga seberapa besar nilai seseorang di hadapan Allah.
Advertisement
Di Mata Umum Tak Sukses, Tapi Ternyata Begini
Banyak lulusan pesantren yang mungkin secara materi terlihat biasa saja, tetapi mereka menjadi orang yang sangat bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya.
Ada yang setiap malam sujud kepada Allah, ada yang merawat orang tua dengan penuh kesabaran, dan ada yang mendidik anak-anaknya dengan baik.
Mereka mungkin tidak menjadi dosen, menteri, atau orang kaya, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah bisa lebih tinggi.
Islam hadir dengan perspektif kesuksesan yang berbeda dari standar duniawi yang sering digunakan manusia.
Sebagai penutup, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak mudah menghakimi seseorang hanya dari tampilan lahiriahnya.
“Jadi kalau ada yang mondok tapi hidupnya sederhana, jangan langsung dikira gagal. Bisa jadi, di mata Allah, dia jauh lebih sukses daripada yang kita kira,” pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
