Liputan6.com, Jakarta - Tak semua dosa dipandang sama di sisi manusia, namun setiap kesalahan yang dilakukan dengan kesengajaan dan sikap meremehkan bisa berubah menjadi besar di mata Allah. Termasuk dosa yang dilakukan dalam ranah rumah tangga, khususnya oleh seorang istri terhadap suaminya.
Dalam ajaran Islam, pernikahan adalah ikatan suci yang dibangun atas dasar saling menghormati dan mengabdi. Ketika salah satu pihak mengkhianati prinsip ini, maka muncul dosa yang berat, apalagi jika disertai sikap meremehkan.
Ulama sekaligus pendakwah kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang akrab disapa Buya Yahya menjelaskan bahwa semua dosa dibenci oleh Allah. Namun, ada satu dosa dari seorang istri yang memiliki bobot sangat besar dan mendapat murka Allah secara langsung.
Advertisement
“Dosa paling besar seorang istri adalah durhaka kepada suaminya,” kata Buya Yahya dalam sebuah pengajian yang diikuti ribuan jamaah dari berbagai daerah.
Menurutnya, jika seorang istri terus-menerus melawan atau membangkang terhadap suaminya, terlebih tanpa alasan yang syar’i, maka ia telah terjatuh ke dalam perbuatan dosa besar yang sangat dibenci Allah.
Buya Yahya menekankan bahwa dosa istri menjadi sangat berat ketika seseorang meremehkannya. Ia mencontohkan, banyak orang melakukan dosa karena tidak menyadari keburukannya, lalu mengulangi dosa itu berkali-kali.
Pemaparan tersebut dirangkum Senin (21/04/2025) dari tayangan video ceramah di kanal YouTube @albahjah-tv yang selama ini konsisten membagikan nasihat-nasihat kehidupan rumah tangga dalam perspektif Islam.
Baca Juga
Istri Harusnya Begini
Buya menegaskan bahwa seorang istri harus memandang rumah tangga sebagai ladang pengabdian, bukan arena untuk menuntut keinginan atau menunjukkan ego.
“Jangan anggap mengabdi itu memperbudak,” ujar Buya. Ia mengingatkan, pengabdian dalam rumah tangga dilandasi oleh cinta dan keikhlasan, bukan keterpaksaan.
Menurutnya, banyak istri yang saat pacaran atau masa awal pernikahan bersikap manis dan memuji suaminya habis-habisan, namun saat kenyataan hidup datang, sikap itu lenyap dan digantikan dengan tuntutan.
Buya memberi nasihat agar para istri menghindari mengangkat suara terhadap suami, serta membiasakan diri bersyukur atas apa pun yang diberikan oleh suaminya, walau sedikit.
Ia menyindir kebiasaan menuntut yang dilakukan sebagian istri. “Seperti orang minum air garam, semakin diminum, semakin haus,” ujarnya, menggambarkan wanita yang tidak pernah puas.
Menurutnya, jika suami bersikap keras, bisa jadi memang sang istri layak dimarahi. Namun jika suami keliru, tetap ada pahala dalam kesabaran dan Allah yang akan membalas dengan kebaikan.
Dalam pandangannya, rumah tangga bisa indah jika kedua belah pihak menjalankan peran masing-masing. Istri mengabdi, suami melindungi. Keselarasan ini kunci kebahagiaan rumah tangga.
Buya juga menekankan bahwa dosa durhaka kepada suami bukan hanya soal melawan secara verbal. Membangkang secara halus, atau tidak menerima pemberian suami dengan ikhlas, juga termasuk bentuk kedurhakaan.
Advertisement
Perbanyak Stok Kesabaran
Dosa ini diperparah ketika istri membandingkan suaminya dengan lelaki lain atau membandingkan hidupnya dengan keluarga lain, yang pada akhirnya melahirkan rasa tidak puas dan iri.
Ia mengajak para istri untuk memperbanyak stok kesabaran dan menata niat sejak awal bahwa pernikahan adalah ladang amal, bukan ajang perlombaan dalam menuntut kebahagiaan duniawi.
Penting bagi istri untuk selalu berusaha membuat suasana rumah tangga tenang, menyenangkan, dan jauh dari konflik. Ketika rumah menjadi damai, suami pun akan lebih mudah memberikan cinta dan perhatian.
Ia menegaskan, rumah tangga yang penuh konflik sering kali bermula dari hal kecil yang ditumpuk menjadi besar karena ego masing-masing. Jika istri mampu mengalah, maka itu menjadi jalan keluar.
Buya Yahya menyimpulkan, tugas utama istri bukan hanya mendampingi suami, tetapi juga membantunya menjadi hamba Allah yang lebih baik melalui suasana rumah yang religius dan damai.
“Jika semua wanita memahami hakikat pengabdian, maka rumah tangga akan menjadi tempat terbaik untuk meraih surga,” tutup Buya.
Dengan menghindari dosa durhaka kepada suami, seorang istri telah menjaga dirinya dari murka Allah, dan sebaliknya, membuka pintu-pintu rahmat dan keberkahan dalam hidupnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Simak Video Pilihan Ini:
Advertisement
