Liputan6.com, Semarang Dalam situasi pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih adaptif terhadap penggunaan teknologi. Termasuk, pada persoalan belanja. Pembatasan mobilitas memaksa penjual maupun pembeli bermigrasi untuk menciptakan transaksi secara daring.
Melihat hal tersebut, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen meminta pihaknya bisa memanfaatkan, salah satu sektor yang dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya Jawa Tengah yakni sektor digital.
Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan pada kegiatan Konsultasi Regional Produk Domestik Regional Bruto (Konreg PDRB), Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabalnusra) Tahun 2022, Kamis kemarin (24/03/2022).
Advertisement
Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, pengguna internet di Indonesia pada 2021 sebanyak 202,6 juta. Angka itu naik sebesar 27 juta atau 16 persen, jika dibandingkan tahun sebelumnya, di bulan yang sama.
“Pertambahan jumlah pengguna internet di Indonesia ini, dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan (pengguna internet) global yang hanya 7 persen,” ungkap dia.
Dari total pengguna internet 202,6 juta, sebanyak 170 juta orang aktif bermedia sosial. Pengguna media sosial ini juga naik sebesar 10 juta, dibanding tahun sebelumnya (2020)
Seiring naiknya pengguna internet, masyarakat pun semakin akrab berbelanja secara online. Data dari perusahaan marketing We Are Social berjudul 'Digital 2021', setidaknya 87 persen responden di Indonesia mengaku berbelanja secara daring.
“Dari data-data tersebut, maka sudah pas kalau kita mengambil tema Transformasi Digital Guna Meningkatkan Produktivitas sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karena memang masyarakat kita, utamanya anak-anak muda kita, (sekarang) lebih senang bekerja di rumah, mereka bekerja di tempat kafe, hanya menggunakan internet,” jelasnya.
Sosok inspiratif di Jateng
Disebutkan, Jawa Tengah juga memiliki sosok inspiratif yang mampu memberdayakan ratusan masyarakat dengan berbagai latar belakang pendidikan untuk menguasai digital marketing. Dia adalah Nofi Bayu Darmawan, warga Desa Tanjungmuli, Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga. Nofi rela memilih resign dari pegawai Kementerian Keuangan untuk fokus pada pengembangan digital marketing pada 2017 lalu.
Tantangan awal yang dihadapi pada saat awal merintis adalah jaringan internet karena Desa Tunjungmuli berada di kaki Gunung Slamet. Tantangan berikutnya adalah tingkat pendidikan yang rendah membuat warga lokal sulit menerima buah pemikiran Nofi. Tapi seiring berjalannya waktu, Desa Tanjungmuli kini dikenal sebagai Kampung Marketer.
Pola bisnis dengan basis gerakan pemberdayaan ini bahkan sekarang bertransformasi menjadi startup bernama Komerce. Pada 2020, nilai perputaran uang yang bersumber dari keterlibatan warga kampung sudah mencapai Rp 15,6 miliar.
Advertisement