Menanti Surabaya Zero Stunting Tiga Bulan ke Depan

Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya mencatat angka stunting di Surabaya pada Oktober 2021 ada 5.727 kasus, namun, tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785 kasus.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi Stunting
Ilustrasi Stunting. Foto: Ade Nasihudin Liputan6.com (9/11/2020).

Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menargetkan dalam tiga bulan mendatang Kota Surabaya, Jawa Timur zero stunting, menyusul angka stunting atau kerdil di Kota Surabaya menurun drastis dari 5.727 pada Oktober 2021 menjadi 1.626 pada saat ini.

"Saya ingin tiga bulan ke depan dipantau terus," kata Eri Cahyadi, Minggu (6/3/2022).

Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya mencatat angka stunting di Surabaya pada Oktober 2021 ada 5.727 kasus, namun, tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785 kasus.

Dari jumlah 1.785 balita stunting pada 31 Desember 2021 tersebut, Dinkes Surabaya berhasil menurunkannya menjadi 1.657 balita stunting pada 31 Januari 2022. Sedangkan pada awal Maret 2022 turun lagi menjadi 1.626.

Eri mengatakan, dalam mengatasi masalah stunting bukan hanya tugas Pemkot Surabaya dan TP PKK saja, tetapi juga peran dari Kader Surabaya Hebat serta seluruh stakeholder. Dengan kebersamaan tersebut, ia berharap angka stunting di Kota Surabaya bisa ditekan lagi.

"Kami didukung betul oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim, sehingga semua stakeholder nanti akan menjadi satu bagian agar bisa zero stunting," ujarnya.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Pengentasan Gizi Buruk

Eri menyebut tugas pemerintah jangan sampai mempermalukan wong cilik, karena pemerintah hadir adalah untuk memberikan yang terbaik untuk warga Surabaya.

Oleh karena itu, ia ingin nantinya para kader melanjutkan gerakan Surabaya Emas (eliminasi masalah stunting) sebagai motivasi mengatasi stunting ke depannya.

Nanti kalau sudah ada SK Kader Surabaya Hebat itu muncul, saya inginnya per RW. Jadi nanti per RW itu akan dapat penghargaan, jika angka stuntingnya paling sedikit.

"Tidak hanya stunting, tapi juga tidak ada gizi buruk, orang miskin yang tidak masuk ke dalam MBR (masyarakat berpenghasilan rendah), saya harap tidak ada lagi itu," kata mantan Kepala Badan Perencanaan dan Kota (Bappeko) Surabaya ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya