Wabah PMK di Tuban tak Terkendali, Pemda Akui Kekurangan Dokter Hewan

Meningkatkan kasus PMK di Tuban salah satunya di pengaruhi lalu lintas hewan ternak antar desa

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jun 2022, 23:00 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2022, 23:00 WIB
Wabah PMK di Tuban tak Terkendali, Pemda Akui Kekurangan Dokter Hewan
PMK makin merebak di Tuban. (Adirin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Hewan (PMK) di Tuban Jawa Timur dinilai masih sulit dikendalikan pemerintah.

Kepala Bidang Peternakan di Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Pertanian (DKPPP) Tuban Pipin Diah Larasati mengungkapkan, faktor utamanya adalah kekurangan petugas medis dokter.

"Jumlah dokter hewan tidak seimbang dengan laporan kasus yang ada," ujarnya, Senin (20/6/2022).

Selain itu, meningkatkan kasus PMK di Tuban salah satunya di pengaruhi lalu lintas hewan ternak antar desa masih terjadi. 

Sehingga hal tersebut menjadi faktor penghambat untuk menekan angka penyebaran virus PMK di Tuban.

“Hewan sakit masih diperjualbelikan,” jelas Pipin Diah Larasati.

Pipin menjelaskan kendala lainnya dalam penanganan penyakit itu adalah peternak belum memahami penanganan awal PMK. 

Termasuk, tidak ada tempat isolasi bagi hewan ternak yang terinfeksi virus.

“Kendala kedua tidak ada tempat isolasi, dan kondisi cuaca. Sehingga virus mudah terbawa air hujan atau angin,” tegasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Edukasi

Kendala lainnya yang membuat angka PMK sulit dikendalikan karena jumlah dokter hewan di Tuban masih kurang. Artinya, petugas dokter hewan tidak sebanding dengan jumlah kasus yang di laporkan oleh masyarakat.

Kendati demikian, petugas masih terus berupaya untuk melakukan pencegahan dalam rangka pengendalian kasus PMK tersebut. 

Diantaranya, memberikan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penanganan awal dan hewan ternak untuk sementara waktu tidak lalu lintas.

“Upaya pemecahan, kita melakukan KIE agar ternak tidak dilalu lintaskan. Kita juga melakukan penyekatan di perbatasan, dan perpanjangan penutupan pasar hewan,” beber Pipin.

Pencegahan lain dilakukan dengan bersinergi melalui kerjasama perguruan tinggi yang memiliki studi kedokteran hewan. Hal itu dilakukan untuk memberikan pelayanan kesehatan hewan (Keswan) di desa tertular.

“Sinergi dengan perguruan tinggi yang ada kedok hewan untuk melakukan pelayanan Keswan di desa tertular,” ungkapnya.

Lebih lanjut, berdasarkan data dari dinas setempat total kumulatif penyebaran PMK di Tuban telah tembus menjadi 3.446 kasus tersebar di 19 kecamatan, Sabtu (18/6/2022).

Jumlah total kumulatif itu dengan rincian hewan ternak masih dalam kondisi sakit ada 2.769 ekor, mati 9 ekor, dan sembuh 668 ekor. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya