Ukai, Saat Unggas Jadi Sahabat Nelayan Tradisional di Jepang

Nelayan tradisional Jepang gunakan unggas saat memancing ikan

oleh Aria Sankhyaadi diperbarui 18 Jul 2014, 13:35 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2014, 13:35 WIB
Ukai, Saat Unggas Jadi Sahabat Nelayan Tradisional di Jepang
Nelayan tradisional Jepang gunakan unggas saat memancing ikan

Liputan6.com, Jepang Memancing menjadi satu kegiatan menyenangkan dikala waktu luang. Biasanya orang yang hendak memancing telah menyiapkan sejumlah persiapan berupa alat pancing dan tentunya tak lupa menyiapkan umpan.

Seperti yang dilansir dari Japan-guide.com, Jumat (18/7/2014), bagi Anda yang punya hobi memancing, metode memancing ikan secara tradisional dari Jepang berikut ini bisa menjadi alternatif pilihan Anda.

Metode Ukai

unggas

Metode memancing ikan secara tradisional di Jepang menggunakan cara yang tak biasa. Para pemancing kuno rupanya menggunakan unggas sebagai alat pancing yang disebut dengan metode Ukai.

 

Pemancing yang memakai metode Ukai melatih kormoran atau sejenis burung laut warna hitam dengan leher dan paruh panjang.

 

Unggas yang disebut "ayu" ini yang nantinya akan menyelam ke air menangkap ikan-ikan. Praktek ini sudah dilakukan sejak 1.300 tahun lalu di sungai Nagara, Hozu dan Uji selama musim panas.

 

Six imperial fishermen fish for the Imperial family eight times a year, as well as daily fishing from mid-May to mid-October.

 

 

Warisan Seni Budaya

bebek

Menurut cerita rakyat setempat, pemancing Ukai mendapat perlindungan dari dinasti kerajaan. Panglima perang, Oda Nobunaga, bahkan melindungi pemancing Ukai dengan memberikan jabatan resmi khusus "usho".

 

Oda memang suka menyaksikan keahlian ukai dalam memancing sehingga ingin melestarikannya sebagai warisan seni budaya.

Dilakukan Malam Hari

bebek

Ukai biasanya dilakukan malam hari dengan dua nelayan di setiap kapal yang membawa selusin burung ayu. Karena sudah gelap maka penerangan hanya menggunakan obor yang digantung di atas kapal. Mereka lalu melepas ke air unggas-unggas yang lehernya telah diikat sebelumnya dengan tali.

 

Tali di leher tersebut berguna agar burung tidak menelan ikan buruannya hingga masuk perut. Sebab nelayan akan memaksa burung memuntahkan ikan di dalam lehernya, begitulah cara Ukai. Namun jangan khawatir, burung itu mendapat jatah ikan untuk dimakan usai bekerja.

 

Di masa modern, Ukai menjadi atraksi turis dengan memberikan tur saat musim memancing. Turis harus merogoh 1.500-3.000 Yen (Rp 200-300an ribu) untuk menikmati atraksi kuno ini selama satu jam. Perfektur Gifu merupakan lokasi paling bagus untuk menyaksikan Ukai selama kisaran Mei hingga Oktober.

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya