Rayakan Tahun Baru Islam, Ada Tapa Bisu Mubeng Beteng di Yogya

Ribuan orang ikuti prosesi mubeng benteng menjelang pergantian tahun baru Islam 1 Muharam di Yogyakarta.

oleh Yanuar H diperbarui 24 Okt 2014, 18:41 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2014, 18:41 WIB
Tapa Bisu
(FOTO:Antara)

Liputan6.com, Yogyakarta- Ribuan orang di Yogyakarta mengikuti prosesi mubeng benteng menjelang pergantian tahun baru Islam 1 Muharam atau malam tahun baru Jawa 1 Sura. Pada tanggal ini, bagi sebagian masyarakat Jawa khususnya di Yogyakarta diisi dengan melakukan ritual “tapa bisu mubeng beteng” Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ketua pelaksana Tapa Bisu Mubeng Beteng KRT Gondo Hadiningrat mengatakan ritual berjalan keliling benteng tanpa berbicara ini biasanya diikuti ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya. Tahun lalu mubeng beteng diikuti sekitar 4 ribu orang mulai dari abdi dalem, pemerintah hingga masyarakat umum. Tahun ini, diprediksi jumlahnya tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. 

Gondo menjelaskan Tapa Bisu Mubeng Beteng ini akan dimulai pukul 21.00 wib, dengan memotong tumpeng dan dilanjutkan membaca macapatan. Ia berharap acara dapat dilakukan sebelum tengah malam selesai. "Setelah potong tumpeng jam 10 malam lalu ada sekar macapatan. Nanti sebelum pukul 00 jam 11 gitu mulai mubeng (keliling) jadi sebelum jam 12 lebih kembali lagi," ujarnya.

Kegiatan rutin tahunan ini diselenggarakan oleh Paguyuban Abdi Dalem Kaprajan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat bersama-sama dengan Kawula Mataram. 

Gondo menjelaskan mubeng beteng bermakna sebagai keselamatan kerajaan dan pemerintah pada awalnya. Saat ini menurutnya tujuan dari Mubeng Beteng ini sebagai bentuk doa agar masyarakat menjadi sejahtera. Tidak hanya bagi warga Yogyakarta tapi bagi seluruh Nusantara. Selama mubeng peserta dilarang untuk berbicara.

Hal ini agar peserta dapat khusyuk menjalani prosesi dan bersungguh-sungguh dengan mengucapkannya di bathin peserta. Sehingga tidak mengganggu peserta yang lain. Bagi warga yang berhalangan hadir dan tidak bisa mengikuti mubeng beteng biasanya menjalani ritual sendiri seperti tirakat di  rumahnya masing-masing.

"Sebetulnya jaman dulu kan seperti ronda untuk keselamatan bangsa dan negara  waktu itu sekarang ya ke masyarakat makmur se-nusantara tidak hanya di jogja saja. Ya dengan jalan nggak usah macem-macem dengan diam diri dan doa tidak diucapkan terlahir tapi dengan batin agar tidak mengganggu yang lainnya," ujarnya.

Rute keliling benteng sendiri dimulai dari pelataran Keben Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke Jl. Kauman lalu Jl. Wachid Hasyim sampai ke Pojok Beteng Kulon belok ke Gading  sampai Pojok Beteng Wetan. Setelah di Jokteng Wetan lurus ke Utara Jl. Brigjend Katamso lalu Jl. Ibu Ruswo lurus ke Jl. Pekapalan dan Finish Keben.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya