Liputan6.com, Jakarta Sepanjang bulan Ramadan, Anda pasti menemukan banyak iklan untuk berbuka puasa, promosi di restoran, makanan cepat saji, dan belum lagi, billboard raksasa yang penawaran prasmanan istimewa di hotel.Â
Baca Juga
Seperti yang dilansir dari situs Malaysiandigest.com, Kamis (9/6/2016), skenario umum di bulan Ramadan setiap tahun di Malaysia adalah bersikap royal terhadap makanan. Anehnya ini terjadi di saat banyak yang masih mengeluh tentang kenaikan harga, beban Pajak Barang dan Jasa (GST ) dan biaya hidup yang tinggi. Padahal dapat dilihat, kemewahan dalam hal makanan bergandengan tangan dengan pemborosan.
Sebuah penelitian tahun lalu oleh Limbah Padat Dan Perusahaan Umum Pembersih (SWCorp) mengungkapkan bahwa Malaysia membuang 15 ribu ton makanan sehari-hari, dengan jumlah 3 ribu ton masih layak untuk dikonsumsi, jumlah yang cukup untuk memberi makan 2 juta orang kelaparan.
Advertisement
Hal yang juga mengejutkan bahwa setiap Ramadan, rata-rata 9 ribu ton makanan dibuang setiap hari, setara dengan sekitar 270 ribu ton makanan per bulan, menurut SWCorp.
Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa Malaysia menikmati waktu makan dan bangga dengan berbagai makanan berkualitas. Namun terkadang, hal ini berlebihan karena banyak orang yang cenderung "lapar mata" dan membeli lebih dari yang bisa dimakan saat berbuka puasa. Namun, ada organisasi non-pemerintah (NGO) yang selalu sadar dan khawatir akan fakta, serta mengingatkan bahwa sisa makanan tidak harus langsung masuk ke tong sampah. Makanan tersebut dapat disalurkan kepada lembaga-lembaga yang membutuhkan.
Ramadan memang bulan suci bagi umat Islam, waktu untuk mengumpulkan pahala dengan melakukan perbuatan baik dan menahan kebiasaan buruk, berlatih dalam pengendalian diri serta bersikap moderat dalam segala hal, termasuk tidak makan berlebihan.
Muslim harus berusaha untuk menjadi teliti dalam hal memperlakukan makanan dan pada dasarnya tidak bisa membuang-buang sesuatu yang bisa berharga bagi orang lain. Mereka juga mendesak untuk berbagi makanan dengan orang miskin, tidak hanya dari sisa makanan, namun juga makanan yang dibuat secara khusus untuk dibagikan.
Pada sebuah blog,  Ustaz Dr Mohd Shauqi Othman, Dosen Senior di Universiti Putra Malaysia, menekankan bagaimana Ramadan adalah saat bagi umat Muslim untuk menjadi hemat dalam pengeluaran mereka. Sayangnya, yang terjadi justru kebalikannya karena orang-orang lebih bersedia untuk menghabiskan berbagai makanan lezat saat berbuka puasa.Â
"Beberapa Muslim bahkan memperlakukan waktu berbuka puasa mereka seperti 'festival makanan'. Dan bulan puasa berubah menjadi 'bulan makan'." Ustaz Dr Mohd Shauqi Othman menuturkan.
Meskipun makan diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia, untuk menjaga kesehatan dan menyehatkan tubuh dan pikiran. Namun, makan secara berlebihan jelas menimbulkan ancaman bagi kesehatan. Misalnya, obesitas dan diabetes, berasal dari kurangnya pengendalian diri dalam makan. Itulah sebabnya dalam Islam, pencegahan dianggap lebih baik daripada mengobati.
Terlepas dari keyakinan Anda, menyia-nyiakan makanan adalah hal yang tidak baik baik di bulan Ramadan maupun waktu lain. Sudah saatnya kita makan atau membeli makanan sesuai dengan kebutuhan. Mari diingat, makanan yang berlebihan bisa masuk ke wadah penyimpanan untuk hari berikutnya, jika tidak, makanan tersebut sebaiknya disumbangkan untuk amal.
Â
Â