Profil Brian Yuliarto, Mendiktisaintek Baru Pengganti Satryo Brodjonegoro

Brian Yuliarto, pakar teknologi nano dan kuantum, resmi dilantik sebagai Mendikbudristek, menggantikan Satrio Brodjonegoro. Jejak karirnya di ITB dan prestasi internasionalnya menjadi sorotan.

oleh Woro Anjar Verianty Diperbarui 19 Feb 2025, 18:40 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 18:40 WIB
Prof Brian Yuliarto
Prof Brian Yuliarto (dokumentasi ITB)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto menghasilkan pergantian di posisi Mendiktisaintek. Profesor Brian Yuliarto, seorang akademisi dan peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), resmi dilantik menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam memimpin Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.

Pelantikan Mendiktisaintek yang baru ini berlangsung di Istana Negara Jakarta pada Rabu, 19 Februari 2025. Prosesi pelantikan didasari oleh Keputusan Presiden (Keppres) nomor XXVIP tahun 2025 tentang pemberhentian dan pengangkatan menteri negara Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.

Sebagai Mendiktisaintek yang baru dilantik, Brian Yuliarto membawa harapan segar bagi kemajuan pendidikan tinggi Indonesia. Kehadirannya diharapkan dapat mendorong transformasi pendidikan tinggi dan pengembangan teknologi di tanah air, khususnya dalam bidang nanoteknologi dan sains terapan yang menjadi keahliannya.

Lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber profil dan prestasi Brian Yuliarto, pada Rabu (19/2).

Latar Belakang Pendidikan dan Karier

Brian Yuliarto resmi dilantik sebagai Mendiktisaintek RI pada 19 Februari 2025
Brian Yuliarto resmi dilantik sebagai Mendiktisaintek RI pada 19 Februari 2025 (Foto: Sekretariat Presiden)... Selengkapnya

Prof. Brian Yuliarto adalah putra Jakarta yang lahir pada 27 Juli 1975. Sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, ia telah menunjukkan bakat dan dedikasi luar biasa dalam bidang akademis sejak masa studinya. Perjalanan pendidikannya yang cemerlang dimulai di Institut Teknologi Bandung (ITB), di mana ia memilih jurusan Teknik Fisika sebagai landasan pendidikannya.

Selama menempuh pendidikan sarjana di ITB, Prof. Brian menunjukkan minat yang mendalam pada bidang fisika terapan dan teknologi material. Ketertarikannya pada bidang ini membuatnya semakin fokus mengembangkan pemahaman tentang teknologi nano dan kuantum. Pada tahun 1999, ia berhasil menyelesaikan studi sarjananya dengan prestasi yang membanggakan.

Prestasi akademiknya yang cemerlang membuka jalan baginya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di University of Tokyo, Jepang. Di negeri sakura, ia mengambil spesialisasi dalam bidang Teknik Kuantum untuk program magisternya. Dedikasi dan ketekunannya membuahkan hasil dengan keberhasilannya menyelesaikan program magister pada tahun 2002.

Tidak berhenti di jenjang magister, Prof. Brian melanjutkan pendidikannya ke program doktoral di universitas yang sama. Ia memilih untuk mendalami bidang Quantum Engineering and System Science, sebuah bidang yang memadukan pemahaman mendalam tentang teknologi kuantum dengan aplikasi praktisnya dalam sistem rekayasa. Studinya di jenjang doktoral ini berhasil diselesaikan pada tahun 2005 dengan disertasi yang berfokus pada pengembangan teknologi nano dan aplikasinya.

Selama masa studinya di Jepang, Prof. Brian tidak hanya fokus pada pencapaian akademis, tetapi juga aktif terlibat dalam berbagai proyek penelitian dan kolaborasi internasional. Pengalamannya berinteraksi dengan komunitas peneliti internasional membentuk visinya tentang pentingnya kolaborasi global dalam pengembangan sains dan teknologi. Hal ini kemudian menjadi salah satu landasan penting dalam kariernya sebagai akademisi dan peneliti.

Keputusannya untuk kembali ke Indonesia pada tahun 2006 didasari oleh keinginan kuat untuk berkontribusi pada pengembangan pendidikan tinggi dan riset di tanah air. Dengan bekal pendidikan dan pengalaman internasional yang dimilikinya, ia memulai kariernya di ITB sebagai dosen dan peneliti. Sejak saat itu, kontribusinya dalam dunia akademis dan riset terus berkembang, ditandai dengan berbagai pencapaian dan inovasi yang signifikan dalam bidang teknologi nano dan material maju.

Perjalanan Karier di ITB

Kembali ke Indonesia pada 2006, Prof. Brian bergabung dengan ITB dan memulai perjalanan kariernya yang penuh prestasi. Dalam rentang waktu yang panjang, ia telah menduduki berbagai posisi strategis:

  • Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB (2010-2016)
  • Kepala Program Studi Teknik Fisika (2016-2020)
  • Ketua KK AFM FTI ITB (2018-2020)
  • Kepala Researcher Center on Nanoscience and Nanotechnology (2019-2020)
  • Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB (2024-2025)

Sebelum menjadi Mendiktisaintek, Prof. Brian juga sempat mencalonkan diri sebagai Rektor ITB periode 2025-2030. Meski tidak terpilih dalam pemilihan tersebut, semangatnya untuk memajukan dunia pendidikan tidak pernah surut.

 

Prestasi dan Karya Penelitian

Kontribusi Prof. Brian dalam dunia riset dan inovasi tidak diragukan lagi. Prestasinya yang menonjol dibuktikan dengan perolehan Habibie Prize Bidang Ilmu Rekayasa pada tahun 2024. Penghargaan bergengsi ini mengakui dedikasinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Fokus risetnya terutama pada pengembangan nanomaterial untuk aplikasi sensor dan energi telah menghasilkan berbagai inovasi penting. Beberapa karya penelitian signifikan dalam lima tahun terakhir mencakup:

Bidang Kesehatan dan Biosensor

  • Pengembangan biosensor plasmonik untuk deteksi penyakit menular (2021)
  • Inovasi dalam deteksi Covid-19 berbasis LSPR menggunakan Aptamer RNA (2021)
  • Pengembangan sistem biosensor pendeteksi dini kanker (2020)
  • Sintesis Nano-MOF berbasis Biosensor Elektrokimia untuk Deteksi Salmonella (2021)

Bidang Energi dan Material

  • Jasa Evaluasi Teknologi Amorphous Silicon Thin Film Solar Photo Voltaic (2020)
  • Pengembangan material berstruktur nano untuk aplikasi kesehatan (2020)
  • Fabrikasi Material Nano Berporositas Tinggi (2021)
  • Pengembangan Sensor Gas Berbasis Metal Oxide (2020)

Proyek Kolaboratif

  • Penyelenggaraan program magister dan doktoral di berbagai bidang
  • Pengembangan sensor cahaya berbasis film tipis
  • Riset Unggulan PPNN (2020)
  • Berbagai proyek konsultasi dan pengembangan teknologi

 

 

Visi dan Program Kerja

Dalam perannya sebagai Mendiktisaintek, Prof. Brian membawa visi besar untuk memajukan pendidikan tinggi Indonesia. Ia meyakini bahwa kolaborasi aktif dengan perguruan tinggi luar negeri dan pengembangan inovasi berkelanjutan adalah kunci untuk mengatasi keterbatasan dalam pendidikan tinggi, khususnya di bidang nanoteknologi.

Beberapa fokus program yang direncanakan meliputi:

  • Penguatan kolaborasi riset dengan perguruan tinggi internasional
  • Pengembangan pusat-pusat unggulan nanoteknologi
  • Peningkatan kualitas pendidikan tinggi berbasis riset
  • Mendorong inovasi dalam bidang sains dan teknologi

 

Tantangan dan Harapan

Pengangkatan Prof. Brian sebagai Mendiktisaintek terjadi di tengah berbagai tantangan di sektor pendidikan tinggi. Sebelumnya, posisi ini mendapat sorotan publik setelah adanya demonstrasi dari berbagai pihak, termasuk ASN kementerian dan mahasiswa.

Namun, dengan latar belakang yang kuat dalam riset dan manajemen pendidikan tinggi, Prof. Brian diharapkan dapat:

  • Membawa pembaruan dalam sistem pendidikan tinggi Indonesia
  • Meningkatkan kualitas riset dan inovasi nasional
  • Memperkuat kolaborasi antara akademisi dan industri
  • Membangun ekosistem pendidikan tinggi yang lebih dinamis dan berdaya saing

Komitmennya untuk memajukan dunia pendidikan, khususnya di bidang pendidikan tinggi nanoteknologi, memberikan harapan baru bagi transformasi pendidikan tinggi Indonesia menuju era yang lebih kompetitif dan inovatif di tingkat global.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya