Pacu Itik, Adu Gengsi Berbalut Budaya Masa Lalu

Melihat Pacu itik sebuah tradisi dan permainan dari Sumatera Barat.

oleh Erinaldi diperbarui 31 Agu 2016, 09:31 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2016, 09:31 WIB
Pacu Itik
Pacu Itik Sumatera Barat

Liputan6.com, Padang Pacu Itik (balapan itik) menjadi tontonan seru bagi wisatawan yang menginjakkan kaki di tanah Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Di sini, itik atau bebek dihargai lebih dari sekadar petelur atau lauk santapan pengasup protein.

Mereka diperlakukan bak jet darat agar mampu melesat menyentuh finish dengan kecepatan maksimal. Siang itu, peliput Tour de Singkarak mendapat suguhan menarik dari jet-jet hidup yang melesat bersaing untuk menjadi nomor satu.

Lintasannya di jalanan, tepat di titik akhir pebalap Tour de Singkarak etape satu menyentuh finish di depan areal wisata Ngalau Indah. Delapan ekor itik yang digenggam sang joki bersiap menunjukkan kebolehannya terbang melintasi jalur dan finish tepat di barisan itik betina yang menunggu.

Menariknya, pacu itik dipandu seorang layaknya ring anouncer memperkenalkan para petarung. Siang itu, kebetulan itik yang mengikuti ajang balap resmi ini milik pejabat daerah, Walikota, Bupati, dan sejumlah petinggi di Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota.

Pacu Itik Sumatera Barat

Kesehatan jet hidup yang ambil bagian di balapan ini mendapat perhatian pemilik sebelum mereka dilempar menuju garis finish. Balapan itik merupakan agenda wisata di Kabupaten Limapuluh Kota yang setiap tahun bisa dinikmati para pelancong yang berwisata ke Aua Kuning, Tigo Balai, Tunggul Kubang, Padang Alai, dan Bodi Aia Tabik. Pengunjung bisa menikmati balapan ini di setiap akhir pekan pada bulan September.

Pacu itik dikelola Persatuan Olahraga Terbang Itik (Porti). "Ajang ini masuk dalam kalender wisata di Dinas Pariwisata Payakumbuh dan Limapuluh Kota," kata YB Datuak Parmato Alam, Ketua Porti setempat.

Pacu itik bukanlah hal baru yang dilakukan masyarakat yang dinaungi Gunung Sago. Masyarakat setempat menyakininya, balapan ini lahir jauh sebelum Indonesia merdeka dan beberapa pihak menyebutkan sudah ada sejak beberapa abad silam.

Itik yang mengikuti perlombaan tidak bisa serta-merta lulus tanpa memenuhi kriteria sebagai itik balapan. "Biasanya itik-itik ini akan dikurung dalam waktu tertentu oleh pemiliknya dan baru akan siap bertarung setelah melewati latihan terbang," ujar Darmon (31) pemilik itik balapan.

Pakannya dijaga seminggu sebelum turun balapan. Itik hanya mengkonsumsi padi dan telur agar mampu memberikan yang terbaik bagi majikan. Selama sepekan sebelum pacuan di helat, itik mendapat pijatan di titik di tubuhnya untuk dapat melaju lurus menyentuh finish.

Biasanya, ujar Darmon, itik yang menjadi pemenang memiliki ciri-ciri jumlah gigi yang ganjil, tujuh sampai sembilan gigi. Warna kaki yang sama, hitam atau kuning dan memiliki sisik kecil di ujung jari tengah.

Tentu, memiliki sayap yang panjang dan mengarah ke atas menjadi persyaratan utama yang tak bisa diabaikan. Kondisi ini diyakini agar itik bisa terbang lurus dengan ketinggian yang bagus. Sebelum perlombaan dimulai, itik dan 'joki-nya' bersiap di garis start.

Kelas pacu itik ini cukup beragam mulai dari 800 meter, 1.000 meter, 1.200 meter dan 1.600 meter. Setiap kelas memiliki acuan berbeda untuk menjadi pemenang.

Hiburan Berbalut Harga Diri

Joki itik terlihat bersiap dengan muka tegang menjelang aba-aba diucapkan pemandu lomba di garis start. Kecepatan dan ketepatan para joki melepas itik ke udara menjadi penentu keberhasilan itik menyentuh finish di urutan terdepan.

Siang itu, para joki berbaris sejajar dan saat aba-aba dari pemandu lomba mengatakan mulai, mereka bergerak beberapa langkah dan dengan sepenuh tenaga terlihat melepas itik yang ada di genggaman ke udara. Tak semuanya berhasil melepas itik dengan baik. Ada juga yang gagal sehingga itik pun rawan cedera.

Pacu Itik Sumatera Barat

Saat itu, itik Kepala Dinas Pariwisata Sumbar dinyatakan sebagai pemenang oleh pemandu lomba. Penghargaan ini membuat sang pemilik itik merasa bangga saat namanya disebut dengan pengeras suara.

Tak hanya itu. Berkunjung ke sini Limapuluh Kota, tak hanya pacu itik yang bisa ditemui. Dinding alam Harau menjadi salah satu destinasi yang tak mungkin dilewatkan. Anda juga bisa menikmati eksotisnya fly over Kelok 9 yang menjulang di ketinggian dan kerumunan bukit barisan di Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Payakumbuh.

"Kami akan menata sejumlah destinasi wisata ini dan berharap dukungan dari investor untuk membangun infrastruktur di sini," ujar Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi. Kemolekan alam berbalut budaya menjadi keunggulan bagi Limapuluh Kota sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Sumatera Barat. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya