Liputan6.com, Jakarta Seksisme yang banyak dipraktikkan oleh banyak orang adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Sebuah hasil penelitian yang baru-baru ini dilakukan bahkan menemukan bahwa perilaku tersebut dapat merusak kehidupan seks pasangan, seperti yang dilansir dari Marieclaire.co.uk pada Senin (26/9/2016).
Jurnal bertajuk Archives of Sexual Behavious mempublikasikan sebuah studi dan menemukan bahwa wanita yang merasa pasangannya seorang seksis dan egois cenderung kesulitan untuk mencapai orgasme saat berhubungan seks.
Advertisement
Baca Juga
Dalam hal ini, sifat egois yang dimaksud bukan sekadar orang yang tak mau berbagi makanan, namun egois yang berkaitan dengan karakter pria yang tidak menghargai dan justru meremehkan wanita, atau yang disebut dengan istilah benevolent sexism. Seksisme ini menganggap bahwa wanita seharusnya bersikap pasif dan percaya bahwa mereka tak bisa hidup tanpa pria. Dibalik selubung sikap protektif seorang pria terhadap wanita, mereka percaya bahwa wanita seharusnya selalu berlindung, bergantung, dan patuh terhadap pria.
Dalam penelitian ini, ada 2 kelompok yang terdiri dari 339 wanita dan 323 wanita. Para peneliti mengukur ada seberapa banyak karakter seksisme dari pasangan para wanita tersebut, kemudian menilai bagaimana persepsi mereka terhadap pria yang egois secara seksual. Setelahnya, para wanita diberikan kesempatan untuk membicarakan tentang seberapa sering mereka mengalami orgasme, apakah pasangan mereka hanya mementingkan kepuasan diri sendiri, dan seberapa peduli pasangan mereka terhadap mencapai kepuasan.
Hasilnya membuktikan kaitan yang erat antara sifat seksisme pria terhadap frekuensi orgasme wanita. "Wanita yang merasa pasangannya mempraktikkan seksisme dan egois adalah wanita yang sering kesulitan mencapai orgasme. Emily Harris, seorang peneliti dari Queensland's School of Psychology menuturkan. "Saat wanita menyerah dan pasrah terhadap anggapan bahwa mereka tidak berdaya tanpa pria, semakin mahal harga yang harus mereka di bayar di kamar tidur." Dalam arti, mereka akan lebih jarang mencapai orgasme.
Meskipun seksisme tidak berpengaruh langsung terhadap frekuensi orgasme, perilaku ini membuat wanita menganggap pasangan mereka sebagai seseorang yang egois dan berkaitan dengan ketidakpuasan dalam hubungan seks.
Para peneliti juga mempelajari seberapa sering wanita bersedia untuk 'meminta' agar dipuaskan oleh pasangan. Jawabannya, semakin wanita menganggap pasangan mereka egois dan seksis, semakin rendah kemungkinan ia 'meminta' kepuasan seksual.