Liputan6.com, Jakarta Sebagai salah satu dari lima unsur dalam pentahelix, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) NHI Bandung berkomitmen mencetak SDM handal pariwisata. Salah satunya diwujudkan dengan menggelar International Tourism Jambore (ITJ) yang berlangsung pada 29 September hingga 1 Oktober 2017 di Taman Buru Masigit Kareumbi, Desa Leuwiliang, Cicalengka, Jawa Barat.
Kegiatan yang digelar dalam rangka memperingati Hari Pariwisata Dunia ini diikuti sebanyak 200 peserta dari 33 institusi pendidikan pariwisata dalam negeri dan dua institusi pendidikan luar negeri, yaitu Cavite State University-Imus Philippines dan Universiti Utara Malaysia.
Ketua STP NHI Bandung, Dr. Anang Sutono, mengatakan bahwa ITJ 2017 menghadirkan beberapa narasumber dengan materi terkait tiga isu utama, yaitu Sustainable Tourism as a Tool of Development, The Spirit of "Wonderful Tourism", dan Digitalization and Connectivity.
Advertisement
"Kegiatan ini memberi kesempatan kepada para peserta untuk membangun karakter sebagai pemimpin. Generasi yang mampu memahami konsep visi dan misi kehidupan dan memiliki karakter yang solid," ujar Anang.
Ketua Lembaga Profesi Pariwisata Nasional Indonesia, I Gusti Putu Laksana, yang hadir sebagai salah satu pembicara, menyatakan dalam paparannya yang berjudul "Readiness of Tourism Human Resources Facing Global Competition (ASEAN)", ada tiga hal yang menjadi isu utama dalam membangun jiwa kepemimpinan Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata sebagai modal menghadapi kompetisi global (ASEAN).
Ketiga isu utama tersebut adalah Pariwisata Internasional, Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) dan ASEAN MRA (Mutual Recognition Arrangement), serta peluang dan tantangan yang dihadapi oleh insan pariwisata Indonesia dalam menghadapi kompetisi global.
"Dalam menghadapi kompetisi global ASEAN, tentunya banyak peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh tenaga profesional di bidang pariwisata," ucap Laksana.
Karena itu, ia menjelaskan, tenaga profesional pariwisata dituntut untuk menguasai kompetensi (competency) yang merupakan kombinasi dari keahlian (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude).
"Kualifikasi dari kompetensi tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan, pendidikan, serta pengalaman pekerjaan," kata Laksana. Selain itu, ia juga menjelaskan lima poin penting yang membentuk seseorang menjadi pemimpin hospitality yang baik. Lima poin tersebut adalah Innovation, Vision, Inner Values, Inspiration, dan Communication.
"Dengan adanya keinginan untuk berinovasi, seorang pemimpin akan menciptakan suatu visi yang akan dicapai dengan adanya dukungan dari nilai-nilai kepribadian (inner values) yang kemudian memunculkan inspirasi yang disampaikan melalui komunikasi yang baik sehingga inovasi tersebut dapat diwujudkan," ujar Laksana.
Dalam kegiatan ITJ 2017, para peserta menghasilkan Wonderful Tourism Leader (WTL) Credo dan Protokol Kareumbi. WTL Credo sebagai paham yang mendasari prinsip-prinsip pembangunan wisata berkelanjutan (sustainable tourism).
WTL Credo memiliki gimmick Love, Empathy, Awareness, Dynamic, Enthusiasm, Responsiveness, dan Solidarity. WTL Credo tertuang dalam Protokol Kareumbi, yakni berkontribusi dalam pembangunan masyarakat, mengimplementasikan aktivitas sederhana dan mendayagunakan digitalisasi, serta menciptakan pemimpin-pemimpin pariwisata (tourism leaders).
"Melalui lima poin tersebut diharapkan para peserta dapat membangun jiwa kepemimpinan mereka sebagai Wonderful Tourism Leaders, sehingga siap dalam menghadapi kompetisi global ASEAN serta mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia serta dunia," ucap Anang.
Ia menjelaska,n International Tourism Jamboree dilaksanakan untuk memfasilitasi pertukaran informasi dan jejaring antar institusi perguruan tinggi pariwisata Indonesia dan ASEAN, sebagai wadah pemersatu dan ajang promosi pariwisata Indonesia.
"Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan generasi pariwisata muda yang tidak hanya memiliki kesadaran akan pentingnya pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism), namun juga dapat mempengaruhi lingkungan untuk mempraktikkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan," kata Anang.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengapresiasi terselenggaranya International Tourism Jamboree yang digelar untuk pertama kalinya ini. Menurutnya, penerapan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan sudah harus menjadi pegangan dan dasar bagi para stakeholders pariwisata. Terlebih lagi, Indonesia merupakan negara dengan nature and culture resources yang masuk dalam "Top 20 in the World".
"Karena itu, dibutuhkan SDM-SDM pariwisata dengan karakter pemimpin yang dapat menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. STP NHI sebagai salah satu stakeholder pariwisata telah membantu mewujudkannya melalui ITJ 2017," ujar Arief.
Kementerian Pariwisata, imbuhnya, selalu berkomitmen mendukung pihak-pihak menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Beberapa waktu lalu, Kemenpar menggelar "Wonderful Indonesia Tourism Awards 2017" yang didalamnya memberikan apresiasi terhadap pihak-pihak yang telah melakukan tindakan nyata. Salah satunya penghargaan Indonesia Sustainable Awards.
Menteri Pariwisata sendiri telah menerbitkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan untuk Indonesia, sebagai komitmen dan keseriusan pelaksanaan Sustainable Tourism Destination (STD) di Indonesia.
Standar Destinasi Pariwisata Berkelanjutan yang digunakan sudah direkognisi oleh UNWTO dan diadopsi dari standar GSTC yang terdiri dari empat standar. Empat standar itu adalah pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal, pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung, serta pelestarian lingkungan.
"Pariwisata memiliki keunggulan dalam menjaga lingkungan dengan menerapkan environment sustainability atau tourism sustainability dengan prinsip yakni ‘Semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan’,” ucap Arief.(*)