Mengulik Kisah WNI Muslim di Filipina, Jalani Bulan Suci Ramadan sebagai Minoritas

Menjalani Ramadan sebagai minoritas di Filipina membawa tantangan, tetapi juga menawarkan pengalaman yang berharga. Hal inilah yang dirasakan oleh seorang WNI Muslim yang sudah 15 tahun tinggal di Manila.

oleh Benedikta Miranti T.V Diperbarui 16 Mar 2025, 21:30 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2025, 21:30 WIB
Ilustrasi bendera Filipina. (Unsplash/CvE)
Ilustrasi bendera Filipina. (Unsplash/CvE)... Selengkapnya

Liputan6.com, Manila - Ramadan merupakan bulan yang dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia.

Namun, suasana dan pengalaman menjalani bulan suci ini bisa sangat berbeda tergantung pada tempat tinggal. Bagi seorang Warga Negara Indonesia (WNI) di Manila, Filipina, Ramadan menjadi momen yang lebih berkesan karena dijalani sebagai bagian dari komunitas Muslim minoritas.

Berbeda dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, suasana Ramadan di Filipina tidak begitu terasa di ruang publik. Kira-kira, hal demikian yang dirasakan oleh Sherko Mubarakh, seorang WNI asal Pekanbaru, Riau yang sudah merantau di Filipina selama lebih dari 15 tahun.

"Tidak ada iklan bertema Ramadan di televisi, tidak ada lagu religi di pusat perbelanjaan, serta tidak ada penjual takjil yang berjejer di pinggir jalan seperti di Indonesia," ungkap Sherko kepada Liputan6.com, Minggu (16/3/2025).

"Tapi, justru itu yang bikin kita sebagai Muslim jadi lebih menghargai momen Ramadan karena harus lebih mandiri dan mencari suasana itu dari dalam komunitas kita sendiri."

Di Manila, sebagian besar komunitas Muslim berasal dari Mindanao, wilayah selatan Filipina. Mereka membawa serta tradisi khas yang kemudian dilestarikan di komunitas-komunitas kecil, terutama di masjid dan pusat perdagangan.

Tradisi ini mirip dengan di Indonesia, termasuk kebiasaan berkumpul untuk berbuka puasa bersama dengan sajian khas seperti pastil (nasi bungkus dengan ayam suwir), tyula itum (sup daging khas Mindanao), dan satti (sate dengan saus khas). Meski begitu, diaspora Indonesia tetap mempertahankan tradisi kuliner tanah air dengan menyajikan kolak, gorengan, dan es buah saat berbuka.

Promosi 1

Pengalaman Ramadan di Manila

Sherko Mubarakh (tiga dari kanan), WNI yang sudah tinggal di Filipina selama 15 tahun bersama pengurus Indonesia Diaspora Network di Manila saat kegiatan buka bersama di kediaman Dubes RI. (Dok. Narasumber)
Sherko Mubarakh (tiga dari kanan), WNI yang sudah tinggal di Filipina selama 15 tahun bersama pengurus Indonesia Diaspora Network di Manila saat kegiatan buka bersama di kediaman Dubes RI. (Dok. Narasumber)... Selengkapnya

Pria yang bekerja di bidang teknologi itu mengungkapkan bahwa menjalani Ramadan di tanah rantau awalnya terasa berat karena rindu dengan suasana di Indonesia—dari adzan maghrib yang berkumandang hingga kebersamaan saat sahur. Namun, seiring waktu, ia mulai terbiasa dan menemukan keunikan tersendiri dalam menjalani Ramadan sebagai minoritas.

Salah satu pengalaman paling menarik adalah berbuka puasa dan salat tarawih di Masjid At-Taqwa KBRI Manila, di mana umat Muslim dari berbagai negara berkumpul.

"Jumlah warga non-Indonesia yang berbuka puasa dan tarawih bisa lebih banyak dari WNI sendiri, jadi terasa banget semangat ukhuwah islamiyah lintas budaya dan negara. Itu pengalaman yang unik yang saya kira tidak saya dapatkan di Indonesia," tutur dia.

 

Solidaritas sebagai Minoritas

Kegiatan buka puasa bersama di Masjid At Taqwa KBRI Manila, Filipina. (Dok. Narasumber)
Kegiatan buka puasa bersama di Masjid At Taqwa KBRI Manila, Filipina. (Dok. Narasumber)... Selengkapnya

Sebagai minoritas, umat Muslim di Filipina membangun solidaritas yang kuat.

Di KBRI Manila, buka puasa bersama dan tarawih dilakukan dengan gotong royong, di mana takjil serta makanan berbuka berasal dari donasi warga. H

"Dan yang bikin haru, teman-teman non-Muslim juga ikut bantuin - misalnya dengan penyediaan catering atau paket berbuka dan mereka pun ikut hadir di kediaman Bapak Duta Besar dalam acara buka puasa dengan Diaspora Indonesia lintas agama. Itu momen yang saya yakin akan selalu saya rindukan," kata Sherko.

Dua tantangan utama yang dihadapi saat berpuasa di Manila adalah akses makanan halal dan jadwal kerja. Tidak semua restoran menyediakan makanan halal, sehingga sering kali harus memasak sendiri atau mencari dari komunitas Muslim.

Selain itu, karena lingkungan kerja didominasi oleh non-Muslim, terkadang ada jadwal rapat atau tugas lapangan yang cukup melelahkan di siang hari saat berpuasa. Namun, dengan komunikasi yang baik, tantangan ini dapat diatasinya.

Peran Komunitas Diaspora

Kegiatan buka puasa bersama di Kediaman Dubes RI untuk Filipina. (Dok. KBRI Manila)
Kegiatan buka puasa bersama di Kediaman Dubes RI untuk Filipina. (Dok. KBRI Manila)... Selengkapnya

Para WNI yang beragama Muslim di Manila juga terkoneksi melalui wadah Indonesian Diaspora Network (IDN), di mana Sherko saat ini menjabat sebagai Ketua Umum-nya. Lewat perkumpulan itu, komunitas diaspora Indonesia di Manila cukup aktif dalam berbagai kegiatan termasuk aktivitas keagamaan di bulan Ramadan. Mereka tergabung dalam WhatsApp group beranggotakan sekitar 250 orang, serta berinteraksi melalui berbagai grup Facebook.

"Kegiatan utama kami biasanya seputar pertemuan rutin seperti olahraga bareng, pengajian, dan arisan. Kegiatan budaya seperti latihan tari di KBRI. Acara perayaan hari besar nasional di KBRI," jelas Sherko.

"Acara diaspora family day, seperti roadtrip dan jalan jalan Bersama, sampai kegiatan social seperti memberi bantuan ke korban bencana alam, kunjungan ke panti asuhan dan menjenguk WNI yang dipenjara seumur hidup di Filipina. Ramadan jadi salah satu momen yang paling ramai kegiatannya."

Selama Ramadan, diaspora Indonesia menggelar buka puasa dan tarawih bersama di Masjid At-Taqwa KBRI Manila setiap hari.

"Masjid At Taqwa KBRI Manila mengadakan buka puasa dan tarawih bersama setiap hari yang mana penyediaan takjil dan adalah dari sumbangan dan donasi warga atau jamaah sendiri. Pelaksanaan sholat Ied Fitri juga di lakukan di Masjid At Taqwa," papar Sherko.

"Bapak Duta Besar juga telah melaksanakan buka puasa Bersama di kediaman beliau dengan mengundang Diaspora Indonesia baik yang muslim dan non-muslim (lintas agama) yang ada di Manila," tambahnya.

Selain itu, komunitas diaspora juga aktif dalam kegiatan sosial dengan menyalurkan zakat dan sedekah ke komunitas Muslim lokal. Bahkan, pada hari-hari tertentu, buka puasa di KBRI bersifat terbuka bagi warga sekitar, sebagai bentuk syukur dan upaya mempererat hubungan dengan masyarakat setempat.

 

infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia
Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya