Ingin Menjadi Pendaki 7 Summits Indonesia? Perhatikan Hal Ini

Simak hal-hal yang perlu diperhatikan jika ingin menjadi pendaki 7 summits Indonesia.

oleh Vinsensia Dianawanti diperbarui 02 Feb 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2018, 15:00 WIB
7 Summits Indonesia in 100 Days
Setelah melakukan perjalanan berhari-hari, tim ekspedisi 7 Summits Indonesia in 100 Days akhirnya berhasil menapaki Puncak Cartensz. (13/1). Cartensz merupakan salah satu gunung tertinggi di dunia. (Dok. Tim Ekspedisi 7 Summits Indonesia in 100 Days)

Liputan6.com, Jakarta Tim ekspedisi 7 Summit Indonesia in 100 Days telah berhasil menyelesaikan misi pendakian di Gunung Cartensz Pyramid pada Senin (15/1/2018). Tim eksepedisi ini terdiri Mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Mila Ayu Hariyanti, dan Tri Hardiyanto. Mereka memulai pendakian pada 10 Oktober 2017 di Gunung Bukit Raya, Kalimantan Tengah. Dengan diadakannya ekspedisi ini, mereka pun menyabet dua rekor sekaligus, yakni pendaki pria 7 summits Indonesia tercepat dan pendaki wanita 7 summits Indonesia tercepat. 

Bukan hal mudah untuk menjadi seorang seven summiters Indonesia (julukan bagi pendaki yang telah menjamahi tujuh gunung tertinggi di Indonesia), terlebih dalam waktu singkat, tapi bukan berarti tidak bisa. Jika Anda juga ingin merasakan sensasi pendakian 7 summits Indonesia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Mila Ayu Hariyanti, seven summiters Indonesia di sela-sela kunjungannya ke redaksi Liputan6.com beberapa waktu lalu menceritakan beragam hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang seven summiters. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Informasi sebanyak mungkin

7 Summits Indonesia in 100 Days
Mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Mila Ayu Hariyanti, dan Tri Hardiyanto berpose dengan latar belakang Ranu Kumbolo. (6/12). Ranu Kumbolo merupakan danau indah yang ada di kawasan Semeru. (Dok. Tim Ekspedisi 7 Summits Indonesia in 100 Days)

Mila mengungkapkan bahwa pendaki perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang gunung yang akan didaki. Anda harus mencari tahu bentuk jalur yang akan dilalui seperti apa, di mana Anda bisa menemukan penduduk lokal, pos pertama ada di mana, dan dari satu pos ke pos yang lain berapa lama.

2. Fisik

Ketika akan melakukan pendakian, latihan fisik perlu dilakukan. Mila bersama tim ekspedisi melakukan endurance dengan jogging sebanyak 3 sampai 4 kali dalam seminggu. Mila menuturkan latihan fisik yang cukup belum tentu mampu membawa pendaki ke puncak gunung tanpa mental yang kuat.

"Ketika di Cartensz, hari pertama kedua kita pakai fisik. Tapi sisanya pakai mental. Karena ketika fisik sudah tidak kuat, mental yang akan menopang," ujar Mila.

3. Perlengkapan pendakian yang memadai

Dengan Anda memahami karakter gunung yang akan didaki, Anda menjadi tahu perlengkapan apa saja yang harus Anda bawa untuk mencegah hipotermia. Misalnya Anda ingin mendaki karakter gunung yang lembab dengan pohon yang rimbun. Anda tidak bisa menggunakan jaket biasa atau sweater. Anda haru menggunakan jaket yang berbahan polar di bagian dalamnya. Selain itu, Anda harus membawa pakaian dry fit atau bahan pakaian yang cepat kering.

4. Latihan high altitude

Dalam kesempatan yang sama, Tri Hardiyanto mengungkapkan bahwa latihan fisik sebelum pendakian tidaklah cukup. Seorang pendaki harus tetap berusaha beradaptasi dengan gunung sehingga Anda tahu soal manajemen resiko ketika menghadapi cuaca ekstrem.


Rekomendasi untuk pendaki pemula

Gunung Kerinci
Tim ekspedisi 7 Summits Indonesia in 100 Days saat berada di Puncak Kerinci. (15/11). Gunung Kerinci merupakan puncak tertinggi di Pulau Sumatera dengan ketinggian 3.805 m dpl. (Dok. Tim Ekspedisi 7 Summits Indonesia in 100 Days)

Untuk pemula, Mila Ayu Hariyanti merekomendasikan Anda untuk mendaki Gunung Kerinci, Sumatera Barat.

"Kalau untuk pemula, lebih baik Kerinci dulu. Estimasi waktu pendakiannya dari pos satu ke post lainnya cepat. Paling 10-15 menit. Dan sebenarnya pendakian di Gunung Kerinci bisa sehari pulang," ujar Mila.

Karakter jalur dari Gunung Kerinci sendiri sangat berakar. Di mana Anda akan menemukan pohon dengan akar yang menjalar panjang dan besar. Di Gunung Kerinci pun, terdapat sebuah jalur yang disebut dengan jalur tikus. Jalur ini sebenarnya dinding tanah yang terbentuk karena air yang mengalir dari atas gunung.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya